Jika mengenalmu adalah sebuah takdir, Menyayangimu adalah sebuah
Kewajaran dan mencintaimu adalah sebuah ibadah, lalu kenapa Tuhan Memisahkanku denganmu? Untuk alasan apa?***
Suara musik yang cukup keras berpadu dengan suara pisau, garpu, sendok, dan minyak dipenggorengan mengisi seluruh atmosfer dapur tempatku sedang berdansa bersama berbagai macam sayuran dan bahan makanan, yang membuat suhu di ruangan ini meningkat drastis.
Sesekali aku ikut bernyanyi mengiringi lagu, tapi suaraku tenggelam dalam hiruk-piruk pisau yang beradu dengan wortel.
Wajahku mendadak kesal saat suara musik tak terdengar lagi. Kemudian aku membalikkan badan untuk melihat siapa yang beraninmengganggu kesenanganku.
"Aaaa, Mama. Kok dimatiin, kan lagi asik." desuhku kesal pada mama yang berjalan mendekat ke arahku kemudian mengambil sendok kecil dan menghadapkannya ke wajahku mengomeliku.
"Kamu ini, anak gadis kok masak kaya lagi dugem. Nggak boleh tau pamali." bentak Mama.
"Ya ampun Ma, udah keluar negeri, ngelilingin dunia, masih aja bicara pamali." ledekku.
"Eh, anak ini, mulutnya!!!. Udahh ahh, kamu masak apa?" tanya Mama.
"Nasi goreng, rendang, sayur sop sama sushi." jelasku sambil membereskan alat dapur yang ada
di hadapanku.
"Kok kamu masak banyak banget? Oh ia bi' Mina mana?" tanya mama.
"Soalnya kak Githo bilang pengen makan rendang, Keyla pengen makan sushi, trus sayur sop buat Kak Astrid, biar kak Astrid sembuh total. Trus bi' Mina lagi ke pasar beli sayur." jelasku singkat.
"Ya udah, Mama angkat makanan ini semua ke meja makan, beresin cepet." pinta mama sambil mengangkat semua makanan yang sudah kubuat.
Aku membersihkan semua peralatan dapur, tapi tiba-tiba terasa ada tabuh kecil memeluk kaki ku.
"Onty, onty!! Sushinya udah jadi?" tanya Keyla gemas.
"Ia sayang, itu sama Oma di meja makan, sanah cepet, nanti Oma abisin loh."jelasku pada bocah imut itu, kemudian ia berlari menuju meja makan.
Setelah semuanya bersih aku menuju meja makan dan duduk di samping Keyla yang sudah lahap memakan makanannya.
Dari atas tangga kulihat Kak Githo sedang merangkul Kak Astrid istrinya untuk
membantunya memijaki anak tangga karena baru saja keluar dari rumah sakit.
"Keadaan kamu gimana sayang?" tanya mama kepada istri kakakku.
"Baik ma, tapi masih sering
pusing." jelasnya.
"Ya udah sini duduk.Githa udah buatin kamu sayur sop." jelas mama.
"Makasi yah Githa." ucap Kak Astrid tulus sambil duduk, Kak Githo pun ikut di sebelahnya.
Setelah sarapan selesai, aku membereskan piring-piring yang kotor dan mencucinya.
"Loh-loh, Non. Kok non cuci piring, biar saya saja." omel bibi yang baru saja tiba dari pasar.
"Udah Bi‟ nggak papa. Mending bibi istirahat dulu, dikit lagi udah selesai. Oke."
Bibi menganguk ia.
Setelah membersihkan semuanya, aku menaiki anak tangga menuju kamarku.
"Git?" suara Kak Githo memanggilku samar dari lantai bawah.
Aku membalikkan badanku dari
tangga atas untuk meresponnya.
"Temenin kakak ke apotik!" pintanya.
"Ngapain?" tanyaku.
"Cari Naruto, soalnya dia lagi diculik sama Akatsuki..!!"
Mataku mengerut aneh mendengar ucapan gila lelaki yang umurnya hanya berbeda beberapa tahun denganku dengan tubuh atletis itu.
"Sumpah, ngga lucu kak"
"Siapa suruh pake nanya segala. Kita ke apotik yag buat beli obat lahh!! Obat Astrid habis, sana cepet pake jilbab. Kakak tunggu di luar." ia kemudian berlalu meninggalkanku tanpa mendengar aku menyetujui permintaannya.
Aku segera kekamar dan memakai jilbab ala kadarnya dan menuju pintu gerabang.
"Mobilnya mana kak?" tanyaku heran melihat bagasi kosong.
"Lagi dibawa ke bengkel sama Pak
Agus, kita naik taxi aja." jelasnya.
"Padahal aku pengen nyetir." desuhku kesal.
"Mentang-mentang udah bisa nyetir."ledeknya kepadaku sambil memanggil taxi dan segera masuk kedalamnya.
Setelah ke apotik dan membeli semua obat yang diperlukan Kak Astrid, kami berjalan menuju jalan raya yang penuh polusi untuk mencari taxi kembali ke rumah.
Tapi saat berjalan mataku menankap sebuah toko es krim dan merengek kepaka Kak Githo untuk membelikanku es krim seperti anak kecil.
"Emang kamu yah, badan udah gede tapi masih suka es krim." ledeknya kesal.
"Aaa, kakak. Cepet!!" sambil menarik tangannya dengan sekuat tenaga aku terus berceloteh hingga Ia membelikanku es cream dan menyuruhku untuk krim masuk ke dalam taxi.
"Dasar bocah." ledeknya.
"Biarin." ledekku balik.
"Mana ada cowok yang suka sama kamu kalo kelakuan kamu kaya‟ gini." ledeknya terus.
"Enak aja, yang suka aku ngantri, ada banyakk."belaku.
"Mereka ngantri buat tampang kamu doang bukan kelakuan kamu yang bocah sama labil itu" ia tertawa geli meledekku.
"Masa sih?"tanyaku.
Kak Githo hanya tersenyum menanggapiku.
"Kak? Aku pengen nanya deh."ijin ku padanya.
"Nanya apa?" sambil membuang pandangan keluar jendela taxi.
"Cinta sejati itu nyarinya gimana
yah?"tanyaku iseng.
Kak Githo membolak-balikkan bola matanya, memilih kata-kata yang tepat untuk menjawab pertanyaan bodohku.
"Sebenernya cinta sejati itu nggak harus dicari, cuma harus ditemuin."
jelasnya."Dicari sama ditemuin itu beda yah?"tanyaku bingung.
"Mungkin enggak. Tapi kalo bicara
tentang cinta 1+1 bisa jadi 5. Karna cinta itu nggak bisa didefinisiin secara langsung juga cinta nggak bisadi ukur." jelasnya berbelit-belit.
"Aku nggak ngerti."ucapku lesu mencerna perkataan lelaki di sampingku ini.
"Yang jelasnya cinta sejati itu cuma satu,seumur hidup."jelasnya singkat.
"Cuma satu?"tanyaku.
"Emm, cuma satu. Jadi, kamu harus nyari itu dan pertahanin kalo kamu udah nemuin yang namanya cinta
sejati."jelasnya sekali lagi.Aku hanya menggeleng-geleng kagum dan merasa bodoh mendengar ucapannya karna tak semuanya dapat kumengerti.
"Tapi, apa cinta sejati itu ngejamin kebahagiaan seseorang?"tanyaku.
"Ia, tapi itu di satu sisi. Tapi disisi lain, cinta itu bisa jadi penyebab luka yang paling sakit, jadi kamu kalo cari
pacar harus hati-hati."jelasnya.
"Loh hubungannya ke pacar apa?Pertanyaan aku nggak ngarah ke sana." bibirku mendadak manyun.
"Tapi pertanyaan kamu tuh ngarah ke pasangan, bocah." ledeknya.
"Bocah??? kita cuma beda beberapa tahun."ketusku.
"Ia, masalah umur kita beda dikit, tapi kalau soal kedewasaan, kita beda jauh." ketusnya balik.
"Ia deh kakak ku yang paling ganteng." leluconku sambel memeluk lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why It Has To Be You ? Part 2
Short StoryKlik icon vote yah💙 *** Jika mengenalmu adalah sebuah takdir, Menyayangimu adalah sebuah Kewajaran dan Mencintaimu adalah sebuah Ibadah, lalu untik apa Tuhan Memisahkanku denganmu? Untuk alasan apa? *** Terimakasih telah hadir sebagai takdir. Aku...