"Reno, Githa?"
Mataku membulat kaget membaca tulisan pada gembok yang terkunci di jembatan ini. Kemudian ku balik gembok itu, ternyata terdapat tanggal kapan gembok ini dipasang ditempat ini. Jantungku semakin tak karuan, gembok ini bertuliskan hari dimana aku kecelakaan.
Aku segera berlari dari tempat ini menuju kereta bawah tanah ke apartemen Reno. Pikirku dalam hati, Reno memang benar-benar mencintaiku, aku melangkah menuju kamarnya dengan tergesa-gesa ku tekan Bell pada pintu kamarnya tapi tak ada jawaban.
Tiba-tiba seorang cleaning service mendekatiku.
"Bonjour" sapanya hangat. "Bonjour"sapaku balik. "Dame Ḋẻsole , le proprietaire de l'appaetement traivaille actueliement a sortir.'maaf nona, pemilik apartemen itu sedang keluar bekerja" jelasnya takku mengerti.
"Sorry, I don't understand," jelasku balik.
Kemudian ia memberiku isyarat kalau Reno tak di dalam sana, kemudian ku tepuk jidatku keras karna merasa bodoh.
"Iaia, kok aku lupa, Renokan kerja"ucapka bodoh.
Kemudian aku berterimakasih pada orang itu dan menuju kantor Reno.
Sesampaiku dikantornya ternyata Reno tak disana ia sedang keluar makan siang.
Aku tak merasa putus asa aku mencarinya ke tempat makan yang ada disekitar kantornya tapi dia tak kunjung kutemukan.
Merasa lelah aku duduk disebuah bangku dipinggir jalan, melepas lelah dan mengamati orang-orang yang sibuk kesana kemari.
Aku menyandarkan tubuhku untuk melepas lelah dan memejamkan mataku dan tak terasa aku tidur beberapa saat.
Saatku buka mataku, kulihat mantel hitam tebal menutupi sebagian tubuhku, aku menengok kesana-kemari berusaha untuk mencari siapa orang yang menutupi tubuhku dengan mantel tebal juga melindungiku dari suhu dingin.
Tiba-tiba sebuah tangan menyodoriku coklat hangat membuatku kaget, dan kulihat siapa orang itu. Mataku terasa berkaca-kaca, orang yang kucari kini ada di hadapanku.
"Ini" ucapnya menyuruhku mengambil segelas coklat panas yang ia sodorkan sedari tadi.
Aku menyambut apa yang ia berikan dan ia segera duduk disebelahku.
"Emang kamu nggak punya kerjaan tidur disini?"tanyanya tanpa menatapku.
Bibirku seketika menganga karna ternyata mantel yang menyelimutiku ini adalah mantelnya, kemudian kuberikan mantel yang ada ditanganku ini pada pemiliknya, ia pun segera mengambil dan memakainya.
"Emang kamu nggak kapok ke Paris?"tayanya.
Aku masih tidak menjawab pertanyaannya karna benar-benar tak menyangka akan bertemu kembali dengannya disituasi seperti ini.
Merasa tak mendapat tanggapan olehku ia kemudian menatapku.
"Apa sekarang kamu bisu?" tanyanya meledek.
"Apa?" satu alisku terangkat naik mendengar ucapannya.
Dia tertawa geli melihat responku padanya.
"Githa, Githa. Kamu masih sama kaya dulu" ucapnya.
Tunggu, apa-apaan ini? Apa yang terjadi padaku? Kemana perasaan sesak itu? Kemana semua pedih itu? Kemana semua rundungan kesedihan itu? Aku berusaha mencari semua hal yang hampir membuatku mati beberapa bulan trakhir ini.
Kemana kalian pergi?
Rasanya energi baru memasuki tubuhku sepenuhnya. Aku tersenyum sedikit lega juga heran. Mengapa bisa secepat ini? Bagaimana cinta bisa mempermainkan ku segampang ini?
Ia menatapku tajam kemudian menghela nafas.
"Maaf yah"ucapnya tulus.
Aku memandangnya berusaha menangkap isi hatinya.
"Kenapa semua orang minta maaf sama aku? Emang aku Tuhan?" tanyaku.
"Aku serius Git, aku minta maaf"ucapnya sekali lagi.
"Aku juga, maaf karna udah ngebentak kamu, sekarang aku tau kenapa kamu lakuin ini smua"jelasku.
"Tau darimana?"tanyanya penasaran.
"Laura, tadi aku ketemu sama dia, trus dia ceritaan semuanya sama aku. Dia anaknya cantik, manis, baik lagi. Tapi sayang dia egois, itu yang bikin semua yang jadiin dia cantik jadi hilang" jelasku.
"Dia emang gitu, mungkin karna dia ngerasa kesepian,juga ngerasa sakit"ucapnya.
"Mungkin,"
Reno menatapku tajam.
"Kamu udah maafin aku?"tanyanya.
"Emm" ucapku ia.
Rasanya otakku dan hatiku benar-benar sudah terbudaki oleh cinta.
Bagaimana bisa sembuh secepat ini? Bagaimana mungkin? Apa ini maksud kak Githo mengajakku kemari? Aku tak menyangka.
"Kamu ke gembok cinta?"tanyaku.
"Tau darimana?"tanyanya.
"Aku liat nama aku sama kamu ada disana"jelasku.
Mata Reno membulat kaget.
"Serius?"tanyanya antusias.
"Ia"ucapku.
"Ajaib banget, diantara banyaknya gembok, kamu bisa nemuin gembok itu"ucapnya.
"Ia, mungkin ini yang namanya cinta"ucapku tanpa kupikirkan.
Mata Reno seketika kembali tertuju padaku.
"Cinta yah?"tanyanya.
Aku menunduk menyadari kebodohanku. Reno masih menatapku tajam dengan seribu pertanyaan di matanya.
"Githa?"ucapnya serius.
Aku memandangnya dan menangkap sesuatu yang aneh dimatanya.
"Kenapa?"tanyaku. Reno mengambil nafas sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Will you marry me?"ucapnya sekali tarikan nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why It Has To Be You ? Part 2
Short StoryKlik icon vote yah💙 *** Jika mengenalmu adalah sebuah takdir, Menyayangimu adalah sebuah Kewajaran dan Mencintaimu adalah sebuah Ibadah, lalu untik apa Tuhan Memisahkanku denganmu? Untuk alasan apa? *** Terimakasih telah hadir sebagai takdir. Aku...