Yasin

38 6 2
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
يٰسۤ

***

Suara lantunan ayat suci Al-Qur'an menggema di telingaku dan sesekali diiringi isak tangis, pandanganku masih gelap.

Aku berusaha untuk membuka mataku tapi sangat sulit, aku berusaha keluar dari kegelapan ini, tapi serasa ada tali yang mengikatku.

Hingga ku coba untuk kesekian kalinya dan tidak berhasil.

Percuma.

***

Diwaktu lain ku coba terus untuk keluar dari kegelapan ini hingga rasanya aku berhasil.

Selarik demi selarik cahaya memasuki ruang yang ada di dalam bola mataku, aku meraba seluruh
ruangan dengan pelan, kemudian kulihat wanita yang sangat kusangi kini ada didekatku, ia memaca ayat
Al-Qur'an dengan khusu dan tenang.

Aku tidak mengusiknya, aku menunggunya hingga ia selesai.

Sementara itu, aku berusaha mengingat apa yang terjadi padaku, kenapa aku bisa disini dan ada apa.

Tiba-tiba sebercik ingatanku mengenai penghianatan hari itu kembali menggores lukaku, rasanya sakit tak tertahankan, aku berusaha menahan perasaanku yang kembali menguasai pikiranku.

"Shadakallaluladzim"

Mama segera mencium Al-Qur'an yang ada di tangannya kemudian meletakkannya di meja yang ada di sebelahnya.

Matanya membulat kaget melihatku menatapnya. Kemudian ia berlari keluar, aku berusaha menghalanginya tapi ia tak terlihat lagi.

Setelah beberapa lama, Mama datang bersama wanita cantik berambut pirang berjas putih mendekatiku.

Wanita itu memeriksa tubuhku dengan peralatan dokternya, kemudian ia melepaskan selang
pernafasan yang ada di hidungku.

"Bonjour, Vous ếtes trẻs bien? (selamat pagii, kau baik-baik saja?)" ucapnya ramah.

Aku mengerutkan dahiku tak mengerti.Kulihat mama sedang sibuk berbicara dengan seseorang melalui telpon, raut wajahnya bahagia.

"Are you okay?" tanyanya kembali.

Aku membalasnya dengan senyum tipis, kemudian ia pergi mendekati mama dan berbicara sebentar.

Kemudian ia keluar meninggalkanku berdua dengan mama. Mama berjalan mendekatiku kemudian memelukku erat dengan isakan tangais yang dapat kudengar.

"Mama kenapa nangis?" ucapku lemah.

Mama segera bangkit dan duduk di sebelahku, ia mencium tanganku yang terbalut selang infus.

"Mama cuma kangen sama kamu,kamu baik-baik ajakan?" tanyanya cemas.

Aku menghela nafas dan mengangguk ia kepada Mama.

Tak lama seorang pria tampan masuk dari pintu dengan nafas terengah-engah.
Ia terpatung melihatku menatapnya kemudian ku balas tatapannya dengan senyum seadanya. Ia berjalan mendekatiku kemudian memelukku sebentar.

Why It Has To Be You ? Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang