Naya pun merobohkan dirinya di kasur kesayangannya itu, dia pun menghela nafas seakan-akan semuanya sudah berakhir.
"Kenapa sih sama hidup gue? Gara-gara gue suka sama Ditya dan semuanya jadi gini? Ga lucu banget." Naya pun bangun dari tidurnya. "Gue harus move on dari Ditya, percuma gue pertahanin orang yang bisanya ngasih gue harapan palsu, buat apa," tekad Naya.
...
Naya pun berangkat sekolah dengan tekad baru, dengan tujuan baru, yaitu melupakan Ditya. Naya selalu berdoa, semoga dia berhasil dengan misi move onnya itu.
Saat Naya sedang menuju ke kelas, ada yang memanggilnya jauh di belakang, dan Naya mengenal suara itu, bahkan sangat mengenalnya. Itu suara Ditya, Naya mencoba berpura-pura tidak tahu dengan berjalan lebih cepat.
"Naya! Naya! Tungguin gue, gue mau ngomong sama lo Naya!" teriak Ditya seperti orang gila. Dia tidak perduli dengan tatapan-tatapan orang kepadanya, yang dia inginkan hanyalah Naya, cintanya.
"Eh liat geh Ditya, gak malu yah dia, kemaren nolak-nolak, seh sekarang ngejer-ngejer"
"Ya namanya cowok ya gitu deh"
"Kalo gue jadi Naya, gamau deh balikan lagi sama si Ditya, Naya kan cantik, dia bisa dapetin siapa aja, yakan?"
"Yaiya lah"
Begitulah bisikan-bisikan yang didengar oleh Ditya, namun saat ini bukan waktu yang tepat untuk menanggapi bisikan-bisikan setan itu.
Di posisi Naya, ia masih berusaha untuk terus berlari, saat ini ia sedang tidak ingin bertemu dengan Ditya, untuk melihat wajahnya pun ia sudah malas.
Teng...teng...teng...
"Huft, syukurlah," lega Naya. Akhirnya ia sudah sampai di kelasnya dan lonceng masuk kelas pun sudah berbunyi.
"Apa-apaan sih itu lonceng asal bunyi aja, waktunya gak tepat lo lonceng ga ada adab," omel Ditya.
"DITYA! Ngapain kamu di depan kelas 11 IPA 2, kelas kamu ada di sebelahnya, sana masuk," teriak Ibu Fera, guru BK di SMA Negeri Bangsa.
Ditya pun tanpa basa-basi langsung berlari menuju kelasnya.
...
Teng...teng...teng
"Kita akhiri pelajaran kali ini, wassalamualaikum," ucap guru yang ada di kelas Naya.
"Waalaikumsalam," jawab serempak anak-anak kelas Naya.
Brakkk
Elin datang ke tempat Naya dan menggebrak meja Naya secara tiba-tiba yang membuat Naya terkejut.
"Heh, maksut lo apa gebrak-gebrak meja gue?" tanya Naya dengan emosi.
"Lo masih tanya kenapa hah? Gue jelasin sama lo ya, jangan pernah dekat-dekat sama Ditya lagi, Ditya itu milik gue, hanya milik gue, paham?" sinis Elin yang membuat Naya tertawa.
"Gue? Dekat-dekat sama Ditya? Maap ya mbak Elin yang terhormat, kalo lo mau, ambil aja, itu ya kalo Dityanya mau sama lo, gue doain semoga mau yah." Naya pun beranjak dari tempat duduknya untuk pergi ke kantin, saat ia melewati sahabat-sahabatnya, ia hanya melirik sinis dan buru-buru pergi dari situ.
"Nay," panggil Ditya dari arah pintu.
"Mau apa lagi lo hah? Gue bilang enggak usah ganggu gue lagi, paham?" tegas Naya. Ditya pun memegang tangan Naya lembut.
"Apaan sih, enggak usah pegang-pegang tangan gue, lo enggak punya hak buat megang tangan gue," tepis Naya kasar.
"Suatu hari nanti, gue akan dapat hak itu Naya, pegang kata-kata gue," ucap Ditya percaya diri.
"Nyenyenye, terserah, gue gak peduli," sinis Naya dan langsung melanjutkan jalannya untuk pergi ke kantin.
Ditya yang melihat Naya mulai menjauh pun hanya menatapnya sendu.
"Semoga suatu saat nanti akan ada kebenaran yang terungkap Nay," batin Ditya.
Udah lama enggak up ya:v
TINGGALKAN VOMENT!!!

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Butuh Teman
Teen FictionTeman? Apa makna dari teman? Teman yang selalu ada saat kita senang dan menghina saat kita susah? HAHAHAHA -KANAYA DERA LENA Gue mencintai lo, kata-kata orang yang telah membuat gue ragu karna telah mencintai lo -DITYA ANDRE PUTRA Berkisah tentang d...