Bab 11: Penyerangan Kedua

404 40 2
                                    

"Akh!" teriak Hinata saat rambutnya yang tergerai ditarik ke belakang membuat tubuhnya yang masih mengenakan celemek, melengkung. Kulit kepalanya persis sakit dan tulang punggungnya terasa seperti patah, tapi Hinata tidak bisa berontak, atau gadis yang menjambaknya ini akan meledakkan kepalanya. Dengan bibir dan tubuh gemetaran, Hinata menatap dengan ngeri ke arah laras pistol yang dingin yang ditempelkan ke pelipisnya. Pistol ini, Hinata ingat, agak sedikit mirip dengan yang diberikan Gaara semalam, jadi Hinata tahu pistol di tangan gadis ini asli.

Sakura terkikik. Suara kikikannya jernih dan kebahagiaan yang sarkas mencapai matanya membuat matanya yang hijau semakin cerah. Dia menarik rambut Hinata lebih keras dan menjejalkan laras pistol yang dipegangnya semakin kuat ke pelipis Hinata. Sakura tahu, itu mungkin akan berbekas, paling minimal kulitnya terluka.

Hinata mencoba berkedip, tapi matanya semakin sakit saat dia menggerakkan kelopak matanya. Dia menatap Sakura yang berdiri dengan mantap di atasnya dengan satu mata sementara mencoba menahan sakit.

Gadis ini ... dia benar-benar Sakura Haruno, sahabatnya di sekolah! Seingat Hinata, Sakura adalah gadis yang menyenangkan dan baik, dan satu kali pun tidak pernah menyakitinya. Mereka bahkan tidak pernah terlibat perkelahian apa pun sejak pertama kali Sakura memasuki sekolah mereka sebagai seorang murid baru. Lalu, sekarang, bagaimana bisa di tengah cuaca yang mulai berubah sejuk begini, Sakura melompat dari jendela di dapurnya dan mengancamnya dengan pistol? Tidak, ini pasti bukan Sakura! Akan tetapi, dia memiliki mata yang sama cerahnya dengan mata Sakura yang biasa Hinata lihat setiap hari.

Dengan kening berkerut, Hinata berjuang untuk bicara, "Saku-chan, ada apa ... ugh!"

Saat mendengar Hinata bicara, Sakura kembali menyentak kulit kepala Hinata dan menarik sejumput rambut untuk terlepas dari kepalanya.

Dengan senyum gila di wajahnya, Sakura berteriak, "Dasar cewek goblok!"

Walaupun disembur begitu, Hinata masih merengek dan mencoba berkomunikasi dengannya, "Saku-chan? Saku-chan, ka-kamu ke-kena ...," Sakura kembali menyentak kulit kepala Hinata dan senyum sarkasnya tampak semakin menggila, "... ke-kena ... kena-pahhh?"

Senyum Sakura semakin lebar saat dia menunjukkan wajah yang semakin bahagia—kebahagiaan yang gila, "Itu karena elo goblok, Bodoh! Itu karena elo bersalah, Tolol! Gue bakal nyerahin elu ke Kumichou-sama, jadi dia bebas bunuh elu dengan cara mana oun yang dia mau."

Kernyitan di kening Hinata semakin dalam, saat dia berjuang untuk menahan rasa sakitnya, "Kenapa Nata yang ... dibunuh? Nata ... ughh, salah apa?"

Mata Sakura melebar. "Elu masih nanya begitu setelah karena elu istri Uchiha Kumichou meninggal?! Dasar, emang cewek goblok, sok polos banget lu jadi orang! Dan ya, walau udah tahu salah besar begitu, elu masih berani-beraninya sekolah di SMA binaan YuShi. Lu niat ngejek kita, ya?! Lu pengin cepet-cepet nyusul si Karin Sialan ke Neraka? Oke, fine, seandainya gue ga mikirin keinginan Uchiha Kumichou, gue udah cekek lo dari tadi sampai mati!"

Mata bulan Hinata semakin membulat. Apa yang Sakura katakan barusan? Karena dia, istri Uchiha Kumichou meninggal? Siapa Uchiha Kumichou? Siapa YuShi yang dimaksudkan oleh Sakura? Dan SMA tempat mereka bersekolah adalah binaan YuShi? Apa maksudnya itu? Siapa YuShi?! Kenapa menargetkan Hinata untuk mati?! Mengapa mereka berpikir bahwa itu adalah salah Hinata bahwa seorang istri meninggal? Bagaimana bisa?!

Sebenarnya, dunia apa ini?

***

Sasuke dengan cepat menarik pelatuk dan kembali berguling. Luka di kakinya yang masih belum sembuh dengan baik tergencet oleh tubuhnya, dan membuatnya merasa seperti tubuhnya disengat listrik. Tapi jika Sasuke berhenti berlari ke lorong di lantai satu, dia mungkin akan dicincang oleh pria bermata hitam itu. Saat melihat tangga, Sasuke tidak mau repot-repot melintasi anakan tangga dan langsung melompat. Saat dia berlari ke balik lorong, dia bisa mendengar suara-suara vas yang pecah dan suara tembakan yang bergema ke seluruh penjuru rumah, lalu dia bisa mendengar suara bot pria itu yang berat menapaki lantai.

Shot For The Forgetful Guardian {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang