19. Rumit

76.5K 6.3K 321
                                        

Jangan lupa vote sama komen dulu!!

...

Geng Astercyo sudah sampai di kediaman keluarga Fredash. Puluhan motor besar sudah berjejer didepan rumah besar milik Januar.

Braga melakukan ini karena ia tau sosok yang membawa Resha itu adalah orang yang berbahaya. Ia tak mau gegabah dengan langsung mengejar mereka dan menyelamatkan Resha. ia harus atur strategi terlebih dahulu. Karena Ia sudah sadar semua ini akan terjadi.

Bugh

"Kali ini apa lagi?!"

Serangan tiba-tiba itu membuat mereka yang melihat langsung turun dari motor dan menghampiri ketua mereka.

"Tahan emosi lo bang, ini bukan salah Braga!" sentak Sanca menahan bahu Aka yang hendak memukul Braga kembali.

Braga mengusap sudut Bibirnya. Matanya Beralih menatap Sanca.
"Bokap lo belum tau kan?"

Sanca mengangguk.
"Bokap lagi diluar kota, kalian semua masuk ke ruang yang disana, Bang Akes udah nunggu." Sanca menunjuk sebuah pintu besi yang berkarat.

Braga mengangguk lalu berbalik menatap seluruh anggotanya.
"Anggota inti ditambah Jeno, Stipen, Arvi, sama Heksa ikut masuk. Sisanya tunggu diluar dan Satria, lo yang bertanggung jawab!" perintahnya dibalas anggukan mereka.

"Siap!"

Braga beserta lelaki yang barusan disebut berjalan menuju pintu. Pintu tersebut ternyata membawa mereka kedalam ruang bawah tanah. Mereka terpana melihat betapa luasnya tempat ini. Bahkan, markas lama mereka pun kalah dengan luas tempat ini. Beberapa senjata dan benda tajam terpasang rapi di dinding.

Braga menghampiri Akes yang sedang berbicara dengan seorang pria bertubuh kekar.

Akes menoleh mendengar beberapa suara gaduh yang berasal dari pintu.
"Braga?"

"Gimana?" tanya Akes dan menyuruh Braga duduk didepannya.

Belum juga Braga membuka mulut, dobrakan dipintu mengalihkan semua tatapan para lelaki tersebut. Terlihat Sanca dengan Aka yang baru saja datang sambil membawa sebuah kotak kusam.

"Bang! Lihat ini."

Sanca menyerahkan sebuah kotak.

"Ini apa?"

Sanca menghela nafasnya sebentar, lalu melirik Braga. Braga yang melihat itu membalasnya dengan menggeleng tanda tak setuju.

Sanca mengangguk lalu duduk disamping Aka.
"Masalah kotak ini nanti gue jelasin, yang terpenting gue nemuin ini dipagar rumah. Lo lihat isinya."

Akes mengerutkan keningnya. Karena penasaran, ia langsung membuka kotak tersebut.

Didalam nya terdapat sebuah bunga yang layu dengan sepucuk surat diujung kotak. Akes segera mengambil kertas tersebut dan membacanya.

I miss playing with you,
I miss fighting with you,
I even miss when you scold me, but one time, made me turn to hate you.
Welcome and enjoy.

Akes terdiam, lalu matanya menatap Aka yang menunduk dalam.

"Ka," Panggilnya

Sanca yang melihat Aka terdiam menyenggol lengan abangnya, Aka tersentak. Lantas menoleh ke arah Akes.

"Lo yakin, dia udah mati?" tanya Akes pelan, takut Aka tersinggung.

Braga (Sudah terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang