15

15.4K 1.5K 425
                                    


"MAAF! PERMISI—!"

Lelaki itu— Sarawat berlarian di lobby rumah sakit dengan sesosok lelaki manis digendongannya. Baju keduanya nampak basah kuyup, melihat itu pihak rumah sakit dengan cepat tanggap segera menyiapkan bangsal menuju ugd.

"..tolong.."

Suara Sarawat yang serak membuat suster yang mendorong bangsal menatapnya iba. Penampilan Sarawat sangat kacau sekarang. Pakaian yang basah kuyup dan juga kakinya yang berdarah membuat suster itu meringis.

"Tine, Tine.. sayang, sadar.. aku mohon..?" Sarawat dan beberapa suster juga dokter berlarian di koridor rumah sakit dengan bangsal yang ditiduri oleh Tine yang pucat juga seluruh badannya yang basah kuyup.

"Tine—"

"Maaf kak, pasien akan segera kami periksa didalam UGD. Mohon tetap berada diluar."

Sarawat menatap pintu UGD yang ditutup dengan rapat didepannya. Ia kemudian berjalan menuju kursi tunggu disebelah UGD dengan pandangan kosongnya. Kemudian lelaki itu menundukan kepalanya.

"SARAWAT!"

Sarawat mengangkat kepalanya dan melihat Type yang berlari kearahnya, dibelakangnya ada Earn, Dim, dan Green.

"Adik gua mana?!"

Sarawat menatap Type dengan pandangan kosongnya. Ekspresi khawatir Type membuat dirinya semakin berpikir bahwa dia adalah lelaki paling brengsek didunia.

Type mendekat kearah lelaki itu dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Sarawat menghela napasya dan berdiri sempoyongan.

"abang bisa mukul aku sepuasnya—"

Ucapan Sarawat terhenti saat Type memeluk lelaki itu erat. Sarawat mematung saat Type mengelus rambutnya yang acak acakan karena tadi ia berlarian dari pantai ke jalanan ramai untuk mencari taksi menuju rumah sakit.

"gapapa, bukan salah kamu.. berhenti nyalahin diri kamu sendiri.."

Sarawat masih diam, bibirnya mulai bergetar, tangannya yang memerah mulai terangkat untuk membalas pelukan kakak iparnya itu.

"gapapa.. adikku adalah orang yang kuat, dia pasti baik baik saja, kamu calon suami yang baik, kamu pasangan yang tepat untuk adikku, kamu ngga gagal, Wat.."

Tangisan Sarawat yang tertahan sejak tadi akhirnya tumpah di pelukan kakak iparnya itu. Type mengelus kepalanya dengan sayang sembari membisikan kata kata penenang untuk lelaki didepannya yang selalu berhasil menyembunyikan sejuta perasaannya itu dengan tatapan datarnya.

Padahal, lelaki ini adalah sosok yang rapuh.

Earn, Dim dan Green mematung melihat pemandangan didepannya. Mereka tidak pernah melihat Sarawat menangis sepanjang hidupnya.

Dan akhirnya mereka bisa melihat Sarawat menangis karena Tine.

"lebih baik sekarang kaki mu diobati dulu sebelum infeksi"

"lebih baik sekarang kaki mu diobati dulu sebelum infeksi"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
pereche ; brightwin [ ✓ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang