~ • ~Sebelum memulai chapter ini, aku minta maaf karena selalu slow update.. maafin aku kalo belum bisa menghibur kalian dengan cerita ku, belum sesuai ekspetasi kalian.
Terimakasih udah nemenin aku selama masa karantina ini, terutama para readers yang udah vote comment dan setia sama cerita ini walau aku tau cerita ini banyak kurangnya 🤍 aku gatau lagi aku harus ngucapin terimakasih kayak gimana, aku beribu ribu berterima kasih sama kalian yang udah setia baca work aku dan support aku terus !! love youu all 🥺❤️
aku sayaaaang sama kalian !!
So, selamat menikmati last chapter of pereche;
CHAPTER 23 [ END ]
one only"Maafkan kami. Dengan berat hati, Tuan Tine dinyatakan meninggal."
Meninggal? Tinenya? sudah gila mereka semua.
"Sarawat! hentikan!"
Sarawat mengadahkan kepalanya keatas. Mata yang meredup itu bertemu dengan mata penuh air mata yang menggenang milik sang ibu yang tengah berdiri diambang pintu kamarnya yang kacau balau.
"Mau sampai kapan kayak gini, kak..?"
Sarawat terdiam. Dirinya menatap kosong kearah lantai yang penuh dengan butir butir pil tidur yang membantunya untuk tidur secara paksa.
Memang tak baik untuk kesahatan bila dikonsumsi terus menerus. Namun tak ada jalan lain.
"Sarawat.."
"Mami bisa pergi?"
Mami mengeluarkan tangisannya sembari menahan isakan. Hatinya hancur kala melihat betapa kacaunya keadaan sang anak sulung.
Semenjak kematian sang kekasih, kehidupan lelaki dingin itu semakin berantakan. Tidak makan, tidak tidur, mengonsumsi pil pil tidur, dan masih banyak hal lagi. Bahkan kebiasaan dulunya kembali.
Dirinya begitu membenci dirinya sendiri dikala mengklaim semua ini salahnya, semua ini terjadi karena kehadiran dirinya dihidup si kelinci manis.
Dia ingin mati. Dia tidak dibutuhkan di dunia ini.
"Kak, mami mohon nak.."
"Aku bilang, pergi mi!"
Bentakan itu keluar dari mulutnya. Lelaki itu mengusak dan menjambak rambutnya kasar dan mulai meraung raung.
Menyalahkan dirinya sendiri, memaki dirinya sendiri.
Dia kehilangan dunianya lagi, mataharinya, sumber senyumnya. lelakinya.
Papi memasuki kamar anak sulungnya dengan tergesa, kemudian mencoba memeluk Sarawat agar berhenti meraung raung. Di ambang pintu sang mami sudah berada di dekapan si bungsu yang ikut meneteskan air matanya.
"boleh aku berbicara dengan Sarawat?"
Keempat mata itu bergerak menuju kebelakang, dan melihat Krist— bunda Tine yang berdiri disana dengan senyuman tipisnya.
Ah, lelaki itu. Lelaki dengan sejuta kekuatan.
"Kakak, papi mohon tenangkan diri kamu."
Papi berdiri dari duduknya setelah mengecup kening si sulung, kemudian mempersilahkan tamu specialnya masuk kedalam kamar lelaki dingin itu.
Pintu tertutup menandakan ini adalah pembicaraan yang serius. Bunda mulai berjalan dan duduk didepan Sarawat. Tangan lelaki yang sudah membesarkan dua lelaki manis itu menggenggam tangan Sarawat hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
pereche ; brightwin [ ✓ ]
Romance❝ Udah gila, gue disuruh nikah sama artis universitas yang terkenal dinginnya? ❞ "dingin-dingin gini bisa ngebuat lo jadi 'hot' " "S-SARALEO!" Kisahnya Sarawat dan Tine yang tiba tiba aja dijodohin sama orangtuanya padahal saling ga kenal, masih kul...