- 12 -

59 4 7
                                    


[WARNING!!! Part ini mengandung Adegan 18+, baca dengan penuh tanggung jawab ya adik-adik]

Tok. Tok. Tok.

Bahkan Yeori tidak perlu mengintip untuk melihat siapa yang datang malam-malam seperti ini.

Gadis itu menggelengkan kepalanya sebelum memutar kunci pintu dan membuka pintu flat-nya untuk berhadapan dengan Kim Yugyeom yang sudah tidak sungkan-sungkan lagi akan menghabiskan malam di flat sederhana tersebut.

Pertamakali mereka bertukar pesan melalui aplikasi iMessage, Yeori langsung tahu jika Yugyeom menyimpan sesuatu. Respon pemuda itu tiap kali Yeori menanyakan soal ujian, juga soal sekolah, juga mengindikasikan bahwa meski Kim Yugyeom adalah putra seorang pewaris tunggal Shinhwa Corporation, tidak lantas membuat hidupnya mudah. Setelah beberapakali menanyakan mengapa ia jauh lebih sering membolos dan tidak ingin membicarakan soal ujian sekolah dengan Yeori, akhirnya Yeori memutuskan untuk berhenti bertanya. Jika Yugyeom siap, pemuda itu toh akan bercerita juga nantinya.

Yang jadi masalah sekarang adalah barang-barang pemuda itu semakin lama semakin banyak di flat sederhana Yeori. Kali ini, tidak mungkin Yeori diam saja. Maka, ketika ia membuka pintu flatnya malam ini dan siap mengomeli Yugyeom yang membawa dua buah tas besar, ia urung melakukannya saat melihat ekspresi wajah Yugyeom yang terlihat down.

"Hei," sapa Yugyeom sambil mencoba tersenyum lebar, meski tidak sampai pada kedua matanya.

"Hai~" sapa Yeori sambil menelan kembali omelan-omelan yang tadinya sudah ia persiapkan untuk pemuda jangkung itu. Ia membuka pintu flat lebar-lebar, dan tanpa basa-basi lagi, Yugyeom masuk ke dalam menenteng dua tas besarnya. Yeori menoleh ke kanan dan ke kiri. Meski yakin kalau lingkungan tempatnya tinggal sekarang relatif aman, tapi tetap saja ia sadar diri.

Apa kata orang kalau melihat dua anak yang belum berusia legal tinggal bersama, coba?

Yugyeom memunggunginya sambil mulai mengeluarkan barang-barang dari dalam tasnya. Kebanyakan merupakan buku-buku, baik pelajaran maupun tentang kopi. Beberapa lagi adalah sertifikat barista yang membuat kedua mata Yeori melebar karena tidak menyangka kalau kepintaran Yugyeom dalam membuat kopi sudah terasah dan bersertifikasi pula.

"Ehem, kau... sudah makan?" tanya Yeori hati-hati, mengambil inisiatif untuk memecah keheningan.

Yugyeom hanya menjawab datar, "Sudah. Tenang saja."

Baiklah, dengan jawaban bernada final barusan, Yeori sudah bisa mengambil kesimpulan kalau Yugyeom tidak ingin diajak bicara. Ia sudah paham, dan tidak mengambil hati sikap dan nada bicara Yugyeom tersebut. Akhirnya, Yeori memilih untuk mencuci baju.

Malam ini malam minggu, hari libur bagi Yeori dan Yugyeom. Karena mereka berdua masih dibawah umur, sang pemilik, Junsu, memberikan kelonggaran jadwal libur di akhir pekan, karena beranggapan keduanya bisa memiliki waktu untuk mengunjungi keluarga mereka.

Yang tentu saja tidak keduanya gunakan dengan baik.

Meski mengatakan bahwa ia tidak sakit hati pada kedua orangtuanya, sampai saat ini, Yeori masih belum mampu untuk mengunjungi mereka di rumah tahanan. Sementara Yugyeom, hari biasa saja sudah jelas-jelas enggan berada dirumah, apalagi akhir pekan. Toh tak ada bedanya, kedua orangtuanya tetap takkan lama-lama ada dirumah sebesar dan sedingin itu.

Jadi, yang bisa Yeori lakukan di akhir pekan adalah mencuci baju, karena jujur saja, hari biasa ia sudah tidak sempat lagi. Meninggalkan Yugyeom sendiri, Yeori masuk ke dalam kamar mandi dan mulai mengisi air ke dalam ember kecil, dan menuangkan deterjen cair ke dalamnya.

ICE CHOCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang