- 11 -

32 7 0
                                    


Yugyeom membuka kedua matanya. Bias-bias cahaya matahari membuat pandangannya kabur selama beberapa saat. Ia berusaha memfokuskan seluruh inderanya, dan satu hal pasti yang bisa ia rasakan adalah ia yakin ia tidak berada di kamar tidurnya sekarang.

Membelalak, Yugyeom buru-buru bangkit dari posisi tidurnya saat ingatan akan kejadian semalam berpusing dalam kepalanya. Seolah-olah terjadi barusan saja. Rasa panik mulai memenuhi dirinya, dan insting pertama yang harus ia lakukan adalah mencari Yeori secepat mungkin.

Baru saja Yugyeom akan bangkit, ia melihat sosok gadis yang semalam menangis dan gemetar ketakutan tengah memungginya di pantry. Tangan gadis itu terlihat sibuk mengaduk sesuatu diatas kompor portable kecil, dan Yugyeom baru sadar kalau ada wangi sup yang menguar dalam flat kecil itu.

Disinilah kesadarannya kembali. Ia menginap di flat Yeori!

"Selamat pagi," Yeori menoleh sambil tersenyum tipis. "Aku berusaha membangunkanmu semalam, tapi kau nampak pulas sekali. Mungkin sebaiknya kau menghubungi ibumu, karena ponselmu sejak tadi bergetar-getar terus."

Yugyeom menggosok matanya. Mengulurkan tangannya ke arah ponselnya yang sepertinya diletakkan Yeori diatas meja kecil ditengah-tengah ruangan. Benar saja, banyak sekali panggilan tak terjawab dari ibunya semalam.

"Kau tidak mau langsung kembali? Hari ini kau masih ujian kan?" tanya Yeori sambil membawa panci kecil itu ke meja. "Bukannya aku tidak mau menawarimu sarapan, tapi aku khawatir kau terlambat ke sekolah."

Yugyeom mengibaskan tangannya. Sekolah adalah hal yang tidak perlu dipikirkan saat ini, termasuk ujian.

"Kau tak apa-apa?" tanya Yugyeom sambil mengernyit heran pada Yeori.

Yeori mengangguk, tersenyum. Walau banyak lingkaran hitam dan kantung mata gadis itu terlihat tebal, Yeori sudah nampak jauh lebih segar. Faktor karena gadis itu sudah mandi juga mungkin, tapi kondisinya jauh lebih baik jika dibandingkan dengan semalam.

"Aku tidak apa-apa. Aku bisa tidur lumayan nyenyak." Aku Yeori sambil menuangkan sup ke dalam gelas dan mendorong gelas tersebut ke depan Yugyeom. "Kalau kau tidak mau langsung ke sekolah, kau bisa sarapan dulu. Maaf aku hanya punya sup seduh."

Yugyeom menatap sup itu dan kembali pada Yeori. "Kau yakin?"

"Iya," lagi tersenyum dan mengangguk meyakinkan Yugyeom. Karena Yeori memang jujur. Ia jelas ketakutan jika Yugyeom meninggalkannya sendirian semalam, tapi begitu melihat pria itu tertidur dengan pulasnya, lama kelamaan Yeori bisa tidur pulas juga.

Mungkin karena untuk pertamakalinya semenjak kedua orangtuanya ditahan, ada orang lain yang bersama dengannya. Cukup aneh, jika beberapa bulan lalu ada yang bilang pada Yeori bahwa Kim Yugyeom akan menginap dirumahnya, Yeori akan tertawa dan menganggap itu sebuah lelucon aneh.

"Bagaimana bisa?" tanya Yugyeom benar-benar bingung.

"Apanya?"

"Entahlah," Yugyeom menatap Yeori lekat-lekat, "Aku senang kau tidak seperti orang trauma, sungguh. Tapi kau benar-benar... seolah tidak terjadi apa-apa."

Yeori menghela napas, menyesap sup seduhnya. Merasakan hangatnya sup penuh MSG itu melewati kerongkongannya dan masuk ke dalam mulut. "Kurasa, aku tidak punya waktu untuk... merasa down. Jika aku membiarkan diriku terpuruk terlalu lama, aku bisa gila. Dan aku tidak mau. Aku yakin semua hal buruk yang menimpaku ini ada alasannya, entah apa pun itu. Dan aku rasa, aku bisa melaluinya. Maksudku, memang banyak hal buruk... tapi banyak juga hal baik bukan?"

"Seperti?" tanya Yugyeom keheranan, karena ia tidak bisa menyebutkan satu pun hal baik yang Yeori alami sejak kedua orangtuanya ditahan.

"Hmm, aku diterima bekerja kembali oleh Taecyeon Sunbae. Berarti aku bisa menyambung hidup. Itu adalah hal baik," ujar Yeori nampak berpikir, "Kemudian... memang semalam aku hampir... hampir..."

ICE CHOCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang