- 14 -

53 6 10
                                    


Mungkin terkesan klise.

Tapi Yugyeom benar-benar tidak peduli jika hujan deras mengguyur tubuhnya dalam perjalanan. Awalnya ia berpikir untuk pergi ke tempat Mingyu, tetapi ia mengurungkan niat tersebut karena memikirkan Yeori.

Apa yang Ibunya katakan jelas membuatnya shock. Tidak ada lagi yang bisa ia percaya. One Day yang selama ini menjadi tempat perlindungan teraman baginya, kini menjadi salah satu tempat dimana mata ibunya berada.

Yugyeom pun merasa sedih dan sakit hati ketika Ibunya mengatakan bahwa ayahnya berselingkuh dengan ibu Yeori. Tapi ia tetap tidak habis pikir bagaimana ibunya malah ikut menyalahkan Yeori atas perselingkuhan. Yugyeom yakin seratus persen gadis polos itu tidak tahu menahu mengenai apa yang diperbuat kedua orangtuanya. Gadis itu bahkan tidak tahu kalau kedua orangtuanya menipu, dan menjadi korban atas keegoisan kedua orangtuanya.

Yugyeom sudah memutuskan ia sudah tidak mau tahu lagi pada apa yang kedua orangtuanya lakukan. Ia sudah jengah dengan semua pertengkaran ini, apalagi ketika ibunya mengancam bahwa ia akan memutus semua dukungan finansial yang selama ini ia berikan kepada Yugyeom jika pemuda itu berkeras tetap ingin keluar dari rumah dan berbuat sesuka hatinya.

"Finansial? Hanya itu yang Eomma bisa lakukan aku, putramu?"

Yugyeom masih merasakan kepalanya mendidih saat mendengar ancaman ibunya itu. "Aku tidak peduli, Eomma. Jika Eomma tidak ingin membiayai hidupku lagi, silakan. Aku tetap tidak akan mengikuti kemauan Eomma dan Appa. Urus masalah diantara kalian berdua sendiri, aku selesai sampai disini."

"Kim Yugyeom!" panggil ibunya nyaring. "Kalau kau keluar dari rumah malam ini, kau bukan anak kami lagi!" ancam Heesun dengan suara bergetar.

"Berapa kali aku harus bilang padamu, Eomma? Aku. Tidak. Peduli!" Yugyeom menekankan tiga bait kata terakhir sambil menatap Ibunya sungguh-sungguh. "Eomma mau hapus aku dari daftar warisan? Silakan! Aku benar-benar tidak peduli." Yugyeom menggeleng dan kemudian meski hatinya terasa seperti diremas-remas saat mendengar ibunya terisak, ia tetap melangkah keluar dari dalam rumah.

Ia tidak akan mengikuti mau ibunya hanya karena ibunya memerintahkannya. Jika selama ini ibunya tahu soal karier apa yang ia sukai, alih-alih hanya membiayai One Day, Yugyeom hanya ingin ibu dan ayahnya ada dalam setiap proses kehidupan yang ia lalui. Tapi ucapan ibunya mengenai akan memutus semua dukungan finansial benar-benar menjadi batas akhir dari kesabaran Yugyeom.

Dua orangtuanya tidak akan pernah memahami kalau Yugyeom tidak butuh materi. Mungkin dengan cara ini, barulah kedua orangtuanya bisa benar-benar mengerti.

Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Untungnya selama satu tahun bekerja paruh waktu di One Day, Yugyeom memiliki cukup tabungan. Ia berpikir untuk mencari motel dulu malam ini, barulah besok ia mencari pekerjaan baru.

Ia tidak sudi kembali ke One Day. Selain karena ia yakin ibunya akan tetap mengawasi gerak-geriknya melalui Junsu dan Taecyeon, ia juga yakin jika tetap bekerja disana ibunya bisa-bisa mencabut investasi di One Day, dan apa yang akan Yeori lakukan jika satu-satunya tempat yang menerima Yeori bekerja tiba-tiba bisnisnya dihentikan karena ibunya? Yugyeom bergidik, ia mempercepat langkahnya menuju salah satu motel terdekat dari pandangannya sekarang untuk bermalam.

* * *

"Yeori."

"Yeori-ya!"

"Hei, Yeori!"

"Lee Yeori!"

Barulah Yeori terlonjak dari lamunannya dan mendapati Taecyeon sedang mengamatinya dengan serius. "Hei, kau tak apa-apa?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ICE CHOCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang