- 5 -

31 6 1
                                    


Pelajaran menjadi barista itu diselesaikan dengan cukup cepat—bagi Yugyeom, tapi tentu tidak bagi anak baru yang juga merupakan salah satu teman di sekolahnya, Yeori.

Yugyeom tidak tahu haruskah ia pura-pura mengenal gadis itu, karena pada kenyataannya mereka memang tidak saling mengenal. Atau, seperti sekarang, ia hanya diam saja memperhatikan Yeori yang mengerutkan keningnya dengan serius, kedua tangan mencatat dalam buku catatan, sementara Taecyeon Sunbae menyebutkan satu persatu langkah untuk membuat Café Latte.

Gadis bernama Yeori ini juga tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia mengenal dirinya, walaupun Yugyeom yakin seratus persen kalau tadi Yeori terkejut begitu saling bertatapan dengan Yugyeom saat diperkenalkan.

"Sudah dicatat semua?" tanya Taecyeon pada Yeori.

Gadis itu mengangguk-angguk patuh.

"Sekarang kau praktekan. Dan kau, Yugyeom, kau awasi dan koreksi Yeori apabila dia melakukan kesalahan. Nanti pukul sepuluh, aku mau kau sudah membuat lima gelas Café Latte. Panas dan dingin. Mengerti?"

Meneguk ludah dengan khawatir, Yeori mengangguk.

"Bagus," Taecyeon tersenyum, menepuk lengan Yugyeom dan meninggalkan mereka berdua menuju ke pantry.

Yugyeom bersandar pada meja sambil memperhatikan profil Yeori yang sangat-sangat serius. Ia bahkan bisa melihar bulir-bulir keringat muncul di dahi gadis itu yang mengerut sangat-sangat dalam.

"Huft, eothokke?" Yugyeom bisa mendengar gadis itu menggumam dengan khawatir, hingga mulai menggigiti ujung dari pinsilnya.

"Coba saja ikuti dulu resepnya." Saran Yugyeom, yang gemas ingin mulai membuat kopi, dan sedikit kecewa karena hari ini ia hanya diminta mengawasi.

"Coba saja?" Gadis itu mendadak menoleh, dan dua matanya yang besar membulat dengan khawatir.

Yugyeom mengangkat bahu, "Kopinya tidak akan jadi kalau hanya kau baca terus resepnya. Lagipula, Café Latte adalah pelajaran dasar, semestinya tidak sulit. Aku langsung berhasil pada percobaan pertama."

"Benarkah?" bisik Yeori dengan takjub. "Sejujurnya aku belum pernah membuat kopi, baik manual maupun dengan mesin."

"Siapa pun begitu, tapi kalau kau tidak mencoba, aku juga tidak akan maju ke pelajaran selanjutnya karena aku harus mengawasimu, jadi cepatlah." Bujuk Yugyeom dengan amat sangat tidak sabaran.

Mengernyitkan dahinya sedikit sebal, Yeori dengan terpaksa mulai bergerak mendekati mesin espresso medium yang ada di hadapannya. Dengan ragu-ragu Yeori mengambil portafilter yang melekat pada mesin espresso.

"Err..." wadah bulat tempat menampung bubuk kopi yang hendak ia ekstrak tersebut nampak tidak bisa dilepaskan dari tempatnya. Lagi, Yeori mencoba menarik gagangnya, namun ia takut malah justru merusak alat tersebut.

Yugyeom menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal, sedikit gemas melihat kebodohan gadis didepannya ini.

"Apakah alat ini rusak?" Yeori bertanya pada diri sendiri.

"Permisi," potong Yugyeom tidak tahan lagi, "Kalau ditarik seperti itu, sampai tahun depan pun portafilternya tidak akan lepas, Nona."

"Lalu bagaimana?" balas Yeori frustasi. Kalau memang dia tahu, kenapa tidak bicara atau mengajarkan Yeori caranya, sih? Pikir gadis itu sebal.

Yugyeom mengulurkan tangannya yang lumayan panjang dan jenjang menggoyangkan alat tersebut ke kanan dan ke kiri hingga terlepas dari mesin espressonya. "Mudah bukan, Nona?"

ICE CHOCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang