- 13 -

48 3 9
                                    


Semenjak kejadian malam minggu itu, Yeori bisa merasakan bahwa sikap Yugyeom lama kelamaan semakin menghangat. Pria tinggi besar itu tidak lagi suka marah-marah tidak jelas, atau melemparkan kata-kata tajam jika hendak memberitahunya sesuatu. Dan mungkin, tanpa ia sadari, sikapnya juga berubah pada Yugyeom. Secara naluriah, mereka berdua menjadi semakin dekat.

Bukan hanya mereka berdua saja yang sadar, bahkan orang-orang di One Day pun––meski sudah bisa menebak sejak awal, menyadari perubahan interaksi diantara keduanya. Yugyeom tidak lagi sering merengut. Tidak pula sering mengomeli semua orang tanpa alasan jelas, walau kadang masih sering sedikit galak pada Joy, dan jarang membantah kata-kata para Hyung.

Bagi para Hyung tentu ini merupakan kemajuan pesat, tetapi karena para Hyung juga menganggap Yeori sebagai adiknya, mereka juga khawatir. Bukan tanpa alasan, Taecyeon yakin sekali kalau Yugyeom sering menginap di tempat Yeori, meski tidak pernah melihat secara langsung.

Biar bagaimana pun juga, keduanya masih bersekolah. One Day memang bersedia untuk secara diam-diam menyembunyikan identitas Yeori sebagai anak sekolah yang bekerja, karena gadis itu memang membutuhkan bantuan. Akan tetapi, lain ceritanya dengan membiarkan dua anak remaja tanpa pengawasan bila tinggal bersama.

Untuk itu, Taecyeon dan Junsu berbicara dengan Yugyeom, tanpa Yeori yang terlihat khawatir, karena menilai dari ekspresi wajah Taecyeon, entah mengapa Yeori yakin kalau Yugyeom akan dimarahi.

Tapi mereka bilang, ini adalah pembicaraan antara laki-laki.

Jadilah, Yeori bekerja seperti biasa. Menerima pesanan, mengantarkan pesanan, membawakan bill, mengantarkan kembalian, dan terkadang membersihkan meja jika sedang tidak terlalu banyak tamu.

Tapi, sesekali, Yeori melirik dengan cemas ke arah pintu ruangan milik Junsu, dimana Yugyeom, Taecyeon, dan juga Junsu sedang bicara disana.

Joy tidak bisa menahan diri untuk tidak terkikik melihat tingkah Yeori yang sangat-sangat jelas mengkhawatirkan Yugyeom.

"Pacarmu disidang, ya?" bisik Joy sambil membawa gagang pel, dan mendadak sudah berdiri disamping Yeori yang tengah membersihkan sebuah meja.

Wajah Yeori merah padam, ia buru-buru melanjutkan kegiatan mengelap mejanya sambil bergumam, "Dia bukan pacarku, Eonnie."

"Eyy, percuma kau berbohong! Lihat, wajahmu sudah merah padam begitu," goda Joy sambil menunjuk wajah Yeori yang semakin memerah. "Ada apa sih? Kenapa dia dipanggil oleh Taecyeon Oppa dan Junsu Oppa? Apa karena dia sering bolos sekolah?"

Yeori jadi mendesah berat memikirkan ucapan Joy barusan, benar juga, batinnya. Kenapa sejak Yeori memiliki tempat tinggal sendiri, Yugyeom malah jadi semakin sering membolos? Bagaimana kalau pria itu nanti tidak lulus sekolah.

"Dia... bersamamu terus kan, Yeori?" Joy bertanya kembali, kali ini dengan sebelah alis terangkat.

"E-eh?" Yeori buru-buru mendongak dengan salah tingkah. "A-apa maksud Eonnie?"

Joy langsung geleng-geleng kepala dan berdecak sambil menggoyangkan telunjuknya dengan menggoda, "Anak muda jaman sekarang."

Belum sempat Yeori menjawab, suara deringan ponsel sayup-sayup terdengar. Yeori menyadari bahwa panggilan tersebut berasal dari ponselnya, ia meminta diri pada Joy dan beranjak ke ruang ganti untuk menerima panggilan tersebut.

"Halo, selamat siang... betul dengan Nona Lee Yeori?"

"I-iya betul, ada yang bisa saya bantu?" tanya Yeori dengan gugup. Seingatnya ketika rumah dan segala aset milik kedua orangtuanya disita, mereka berdua sudah tidak lagi meninggalkan hutang. Tapi, setiap menerima panggilan tidak dikenal, Yeori tetap saja selalu merasa cemas.

ICE CHOCOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang