Mestinya Yugyeom tahu, kalau Ibunya adalah wanita tercerdik yang pernah Yugyeom kenal. Karena beberapa hari kemudian, ia dipanggil oleh wakil kepala sekoalah bidang kesiswaan dengan alasan tidak mau mengikuti kegiatan belajar mengajar.
"Kenapa kau tidak mau mengikuti kegiatan ini?"
Yugyeom nyaris mengerang saking bosannya mendengar pertanyaan yang sama berulangkali. Ia memang tidak berminat! Dan lagipula baginya mengikuti kegiatan itu merupakan kegiatan yang membuang waktu.
"Saya memang tidak tertarik, Pak."
Sang wali kepala sekolah mengangkat sebelah alisnya. "Benarkah?"
"Benar."
"Bukan karena hal lain?"
"Apa maksud Anda, Pak Wakil?" tanya Yugyeom dengan malas. Kenapa sih semua orang di sekolah ini, baik staff pengajar hingga murid-muridnya selalu sok tahu dan selalu ingin tahu dengan urusan orang.
Wakil Kepala Sekolah terkekeh dan berdiri, memutari mejanya hingga ia berdiri tepat di hadapan Yugyeom. Pria paruh baya itu duduk diatas meja, "Yugyeom, saya tahu kamu tidak seperti anak-anak disini pada umumnya. Kamu sama sekali tidak menyukai pamer kekayaan dan tidak ingin menjilat."
Yugyeom mendongakkan kepalanya, ingin tahu ke arah mana pembicaraan ini.
"Kau selalu menarik perhatian para guru karena selain memang kau adalah putra dari pemilik Shinhwa Group, kau merupakan murid yang berbeda karena menunjukkan ketidaksukaan pada sistem yang ada disini."
Sampai sini, Yugyeom masih tidak menangkap kemana arah pembicaraan ini.
"Mungkin menjadi putra dari pemilik Shinhwa Group merupakan beban yang sangat besar bagimu, sehingga wajar kalau kau ingin menjadi figur yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan ayahmu. Menjadi barista, misalnya."
Yugyeom langsung duduk tegak sambil mengepalkan kedua tangannya dan mendongak, "Ba-bagaimana Anda tahu?"
Wakil kepala sekolah mengangkat bahu, "Yugyeom, kalau kau mengira orangtua menitipkan putra dan putri mereka disini untuk hanya sekedar mendidik anak-anak mereka saja, kau salah besar."
"..."
"Yang punya rahasia sebetulnya bukan hanya kau saja, Yugyeom. Banyak hal yang kami para guru ketahui, dan kami hanya sebagai media untuk membentuk kalian. Agar apa yang kalian inginkan, dan apa yang orangtua kalian inginkan tetap searah." Lagi, wakil kepala sekolahnya bercerita. "Aku paham kau jauh lebih ingin mengasah kemampuanmu sebagai seorang barista, tapi peraturan tetaplah peraturan, Yugyeom. Kau tetap harus mengikuti kunjungan wisata ini, atau berita bahwa kau mengambil sekolah barista akan sampai pada telinga ibumu."
Yugyeom tidak berkata apa-apa, hanya melirik sang wakil kepala sekolah tajam.
"Apa kita sudah jelas sampai disini?"
Tok. Tok. Tok.
Tidak sempat Yugyeom menjawab, sang wakil kepala sekolah sudah lebih dahulu menjawab panggilan si pengetuk pintu, mempersilakan siapa pun itu masuk.
"Ah, Nona Yeori, silakan masuk! Kebetulan sekali," dengan senyum memuakkan, sang wakil kepala sekolah menoleh pada Yugyeom, "Yugyeom Haksaeng sudah selesai."
Yugyeom dengan kesal berdiri, membungkuk singkat ke arah wakil kepala sekolah sebelum beranjak melewati gadis bernama Yeori yang juga dipanggil oleh pria tua itu. Belum sempat tangan Yugyeom meraih gagang pintu, pintu sudah kembali menjeblak terbuka membuat Yugyeom terhuyung.
"Wakil Kepala! Wakil Kepala! Aduh, saya benar-benar baru dengar kabar ini! Yeori belum melunasi pemabayarannya?" perempuan paruh baya ini begitu saja menggilas Yugyeom, dan memotong kata-kata yang hendak dikatakan oleh Wakil Kepala Sekolah.
"Ibu..." kata gadis bernama Yeori itu dengan kebingungan.
"Maafkan saya, Pak Wakil Kepala. Yeori... Anda tahu sendiri kan anak muda sekarang bagaimana? Saya sudah memberikan uangnya pada Yeori untuk langsung dibayarkan pada sekolah, namun ternyata malah dipakai untuk berbelanja!" dengan penuh gaya, si wanita paruh baya mengambil sesuatu dari dalam tas branded-nya, dan mengeluarkan amplop cokelat tebal. "Ini Wakil Kepala Sekolah."
Gadis bernama Yeori itu menunduk.
Yugyeom menggelengkan kepalanya, ia buru-buru keluar dari dalam ruangan wakil kepala sekolah tidak berniat mendengarkan percakapan diantara tiga orang itu lebih lanjut. Kenapa juga ia harus lahir sebagai putra pengusaha, pikirnya sambil geleng-geleng meninggalkan ruang wakil kepala sekolah.
* * *
Yeori meninggalkan ruang wakil kepala sekolah dengan langkah gontai mengikuti ibunya yang masih bergaya, bertingkah seolah-olah dunia masih ada dalam genggaman mereka. Ibunya masih tersenyum dengan manis kepada para guru yang berpapasan dengan mereka, juga menjawab sapaan dari teman-teman Yeori yang mengenalnya.
Untuk kali ini, Yeori tidak bisa berpura-pura. Ia tidak tahan untuk tetap bisa berakting seperti ibunya.
Begitu mereka sampai di gerbang depan sekolah dan melihat taksi mewah limusin yang menjemput ibunya, Yeori tidak tahan lagi.
"Ibu! Apa-apaan ini?!"
Ibunya berbalik dan melepaskan kacamata hitamnya, "Jaga mulutmu, Lee Yeori! Kalau ibu tidak melihat amplop surat panggilan yang ada diatas meja belajarmu maka riwayat kita akan segera habis!" ibunya mendesis dengan penuh amarah. "Sekarang jaga mulutmu, jangan sampai ada yang tahu!"
"Tapi, Ibu! Uang sebanyak itu dapat darimana?" tanya Yeori berkaca-kaca. "Lebih baik uang sebanyak itu kita gunakan untuk—"
Ibunya mencubit pinggang Yeori keras. "Diam!" perlahan sang ibu menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tak ada seorang pun yang mendengarkan percakapan mereka. Ibunya menatap Yeori tajam, "Apa pun yang terjadi dalam hidup kita, hanya kita, dan Tuhan yang tahu, Lee Yeori. Kau paham?" dengan gigi menggertak, dan bisikan tajam ibunya membakar telinga dan hati Yeori.
Yeori terisak-isak begitu ibunya melepaskan cubitannya dan mengenakan kembali kacamata hitamnya, "Jadilah anak baik-baik, Yeori-ya." Dengan itu, ibunya masuk ke dalam taksi mewah tersebut meninggalkan pelataran sekolah.
Mengusap matanya, Yeori mendongak menatap langit biru. Harapannya hanya satu, semoga apa yang ibunya lakukan tidak semakin menyeret keluarga mereka ke dalam jurang kesengsaraan.
*TBC*
Daaan
Semalem ketiduran, sudah biasa ya teman-teman hahaha
Tapi here it is part kedua dari Ice Choco, yang semakin jelasin latar belakang keluarga dari Yugyeom dan Yeori.
Walau masih latar belakang, tapi latar belakang ini nanti penting banget buat bagian inti cerita mereka lho
stay tuned minggu depan ya, karena Ice Choco bakalan balik lagi
oiya, sejak Matcha Latte kan kalian udah pernah liat Mama-nya Yugyeom, sekarang ada Mama-nya Yeori ehehehehe gimana menurut kalian??
see you on next week
ayaflu
Neez
KAMU SEDANG MEMBACA
ICE CHOCO
ספרות נוערBeberapa orang mengaku bahwa mereka menyukai rasa cokelat Begitu ditanya mengapa Jawabannya karena manis Banyak yang tidak mengira bahwa cokelat adalah buah yang diambil dari sebuah pohon bernama kokoa Seperti kopi, buah kokoa harus dicuci bersih, d...