5. Jatoh

1.3K 64 0
                                    

Dera sedang duduk di halaman belakang sambil melihat indahnya langit sore ini. Dera memakan sebuah kentang goreng yang terletak diatas piring.

"Der?" panggil seorang laki-laki dari arah punggung Dera.

Dera langsung membalikkan posisinya untuk mengetahui siapa yang memanggilnya. Ternyata itu Derick.

"hm?"

"Enak ya tinggal disini."

"Ya enaklah kan ada gue!" Jawab Dera sambil tersenyum manis. Derick yang melihat senyuman Dera langsung melting.

"Dih, pede lo!"

"Ngapain nyamperin? Rano mana?"

"Rano lagi boker, gue mau minum terus pas lagi minum liat elu di luar yaudah gue samperin."

"Oh."

"Der, gue mau nanya Kalo gue tinggal disini boleh ga?"

"Lah, kan bukan gue yang punya rumah. Kalo mau izin itu ke Bunda sama Papah!"

"Gue yakin Papah sama Bunda ngizinin. Tapi gue takut kalo lu malah ga ngebolehin."

"Kalo orang tua lu? Emangnya ngizinin?"

"Pasti ngizinin!"

"Emang lu sedeket apasi sama keluarga Harvey?"

"Deket banget, sedeket posisi elu sama gue sekarang."

"Serius nanya Derick!"

"Emang muka gue keliatan bercanda?"

Dera membuang nafasnya secara kasar tandanya Dera sudah kesal.

"WOE BEDUAAN MULU!" teriak Rano dari arah dapur.

Teriakan Rano membuat Dera dan Derick menengok dan langsung melangkah menjauh dari satu sama lain.

"Apasilo?!" Kata Dera.

Derick langsung pergi berjalan menghampiri Rano dan mengajaknya untuk pergi ke kamar Rano.

Saat sedang berjalan menaikki tangga Derick dan Rano saling bercanda dan mendorong satu sama lain. DAAN...

PLAAKK...

Derick jatuh dari tangga, suara itu membuat Dera langsung cepat masuk ke dalan rumah untuk melihat siapa yang membuat kebisingan.

“Ya ampun Derick!” Teriak Dera, Dera sangat terkejut melihat Derick yang sedang terpapar di lantai. Dan dia melihat Rano sedang tertawa menertawakan Derick yang jatuh.

“Rano tolol! Otak lo dimana? Kalo jatoh begini bahaya tau ga?!” Omel Dera kepada Rano.

“yaudah bawa Derick duduk ke sofa.” Suruh Rano ke Dera.

“Lah, lu ga liat badan Derick segimana dan badan gue segimana? Yang ada gue yang kesakitan!” 

Rano membawa Derick duduk di sofa yang terletak di ruang tv. Sedangkan Dera sedang mengambil kotak P3K untuk mengobati luka memar yang ada di wajag Derick.

“Minggir!” Usir Dera kepada Rano yang sedang duduk disebelah Derick. Dan Rano langsung pergi menuju kamarnya untuk menghindari perintah dari Dera.

“Der, ada masalah apasi sampe jatoh kayak gini? Pipinya banyak yang memar!” Ucap Dera sambil mengoleskan salep ke wajah Derick untuk menghilangkan memarnya.

Derick sangat terpaku dengan wajah Dera yang sangat cantik. Derick baru sadar, ternyata wajah Dera sangatlah cantik.

Dera yang menyadari bahwa Derick sedang menatap dirinya merasa bingung.

“Derick?”

Derick masih saja fokus menatap wajah Dera yang sangat manis.

“Derick?”

Dan lagi-lagi Derick tidak menjawab panggilan dari Dera. Derick fokus menatap mata hijau Dera. Dia sangat mirip seperti papah Alvaro, memiliki mata hijau.

“Derick?” Panggil Dera untuk ketiga kalinya. Dan berhasil membuat Derick tersadar dari lamunannya.

“Eh apa?”

“Lo kenapa?”

“Ngga, tadi gue lagi liatin mata lo!”

“Mata gue kenapa?”

“Mirip papah.”

“Papah siapa?”

“Papah Alvaro lah, emangnya Aderalia anak siapa?”

“Papah Alvaro lah!”

“Yaudah.”

“Eh udah selesai ni! Jangan di pegang ya salepnya, bahaya!”

“Terus kenapa lu pegang?”

“Kan nanti langsung cuci tangan.”

“Yaudah, thanks ya Der?”

“Anytime!”

Dera langsung pergi meninggalkan Derick sendirian. Dera pergi untuk mencuci tangannya. Dan Derick masih terpaku dengan perlakuan Dera kepada dirinya.

Dera baik banget, manis, cantik...

Masa sih dia mau ngobatin gue segala pake nasehatin gue. Padahal selama ini gue selalu nyuekkin dia...

Kagum gue...

Dera yang sudah kembali dari dapur, heran melihat Derick yang tersenyum-senyum sendiri. Tapi Dera lebih memilih untuk pergi ke kamarnya.

“Derick, kalo butuh apa-apa ketok aja pintu kamar gue ya? Kamer gue ada disebelah kamar Rano. Tapi jangan lupa ketok dulu!” Ucap Dera sebelum menaikki tangga.

Derick yang baru sadar bahwa Dera sedang berbicara hanya bisa meminta Dera mengulangi percakapannya.

“Emh, apa Der?”

“Ih, kalo butuh sesuatu ketok aja pintu kamar gue!”

“Oke.”

Dera berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai atas.

“Assalamualaikum.” Ucap bunda.

“Lho, Rano sama Dera kemana?” Tanya bunda.

“Tadi Dera baru aja naik, Rano ada di kamar.”

“Alderick, mukanya kenapa? Kok pada memar gini?”

“Tadi Derick jatuh di tangga, mukanya kepentok lantai.”

“Udah di obatin?”

“Tadi udah di obatin sama Dera kok bun.”

“Akur.”

Derick hanya terkekeh mendengar ucapan bunda yang terakhir.

“Bun, Derick ke kamar dulu ya?”

“Oh iya, hati-hati jangan sampai jatuh lagi!”

“Oke.”

__

Halo gais. Pada melting ga sama perlakuan Dera ke Derick? Ngga ya? Kurang dapet feelnya ya? Sorry ❤️ aku bakalan coba buat lebih baik lagi ya.

Jangan lupa buat vote, dan kalo ada salah dalam penataan kata tolong di bilangin ya. Thanks, enjoy ❤️🙏

Alderick [ THE END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang