chapter 10

1.3K 161 9
                                    

Hari ini berjalan singkat, sendirian pulang ke rumah, sendirian dari stasiun. Uraraka mengirim sms padaku bahwa kelas mereka akan berlangsung lama hari ini, jadi aku harus pulang tanpa mereka.

Aku sendirian dengan pikiran kosong. Aku memegang buku catatan di tangan ku, siap untuk membuangnya ke tumpukan sampah terdekat di trotoar, tetapi aku tidak sanggup melakukannya.

' Bodoh ' batin ku

.
.
.
.
.

"Aku pulang." Gumamku dengan setengah hati ketika aku memasuki apartemenku dan ibuku.

Ibuku datang dari sudut dengan senyum lebar. "Apakah kamu bersenang-senang di sekolah, Sayang?"

Aku tersenyum dan berbohong mengatakan bahwa aku senang di sekolah. Aku melepas sepatu dan memeluk ibuku. Dia benar-benar berpikir aku baik-baik saja. Setengah diri ku ingin dia melihat semua kebohongan yang aku katakan dan memberi tahu ku bahwa semuanya akan baik-baik saja. Berbohong pada ibuku membuatku merasa mual.

Kami sekarang sedang makan malam, dia memberi tahu ku bagaimana harinya dan dia juga bertanya bagaimana hariku dan aku bilang seperti hari sebelumnya.

Dia memastikan bahwa aku baik-baik saja, secara mental begitulah. Sejak aku dikamar, ibu selalu mengawasi setiap gerakan ku, kalau-kalau aku akan hancur dari ingatan dan trauma yang aku alami. Itu biasanya terjadi pada jam 3:00 pagi setelah mimpi buruk. Aku tidak ingin mengganggunya lebih daripada yang sudah kulakukan. aku tahu bahwa berbohong kepadanya itu tidak adil, tetapi aku tidak ingin melihatnya begitu mengkhawatirkan ku lagi.
.
.
.
.
.
.
.

Malam itu, seperti malam biasanya, aku terbangun dengan keringat dingin, terengah-engah, seolah-olah tenggorokan ku tersumbat. Aku terisak diam-diam di selimutku dan perlahan-lahan mulai menenangkan diriku. Mimpi buruk, yang aku pikir akan lebih baik seiring waktu malah semakin buruk dan lebih jelas. Aku hampir bisa merasakan tulang-tulangku hancur dari alkohol dituangkan ke kulitku yang sobek dan berlumuran darah.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah setengah jam, aku akhirnya menenangkan diri. aku hanya ingin semua ini hilang. Aku ingin menjadi hero tapi Aku tidak ingin melumpuhkan tangan ku..

Tanganku ... Sekarang tidak akan pernah sama lagi. Meskipun dokter memiliki quirk yang luar biasa, keretakan tulang  yang terus-menerus telah membuat bekas luka ku semakin parah.

Aku tahu orang-orang melihat ku dengan aneh ketika mereka berpikir aku tidak memperhatikannya.Mereka berbisik di belakang ku ketika mereka pikir aku tidak bisa mendengar mereka.

Aku hanya ingin menjadi hero ... mengapa aku diberi harapan semu dari All Might? Jika bukan karena All Might ...

Aku memukul diriku sendiri. Semua ini bukan kesalahan All Mights. Ini kesalahanku. Jika saja aku lebih kuat ... jika saja aku mendapatkan kekuatan ku lebih cepat ... jika saja aku memiliki apa yang diperlukan untuk menjadi hero sejati ... Aku tidak akan ditangkap.
.
.
.
.
.
.
.
.

Itu sangat sederhana. Aku tidak ditakdirkan untuk menjadi hero. Betapa bodohnya kebohongan yang aku jalani. Itu semua hanya fantasi sejak awal. Tidak mungkin seorang pecundang yang kecil dan unik bisa menjadi pahlawan seperti All Might. Kacchan benar.

SEMUA ORANG BENAR!

Aku, Midoriya Izuku, tidak akan pernah menjadi hero.

Subject 1-a : midoriya izuku (villain deku) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang