chapter 18

1K 127 2
                                    

Aku mulai terbiasa dengan jadwal harian baru ku. Bangun, bersiap-siap, sarapan, pergi ke target latihan dengan Dabi, makan siang, berlatih keseimbangan dengan Toga, istirahat, pelatihan bertahan hidup dengan Shigaraki, makan malam, belajar matematika dan bahasa Jepang dari Kurogiri, dan akhirnya tidur. Twice juga membantu ku meningkatkan beberapa aspek pelatihan lainnya seperti cara bertarung dengan senjata selain pistol dan pisau.

Pelatihan yang melelahkan dan jamnya panjang, tapi aku sudah lebih baik. Karena aku tidak memiliki Quirk lagi, aku hanya harus mengandalkan keterampilan ku. Setiap hari aku selalu melihat peningkatan seperti bisa menembak tepat pada sasaran, bisa membuat Toga tidak seimbang, tidak terpukul oleh Shigaraki yang hanya sekali bertahan dalam pelatihan bertahan hidup.

Aku libur pada hari Sabtu dan Rabu untuk beristirahat, baik secara fisik maupun mental. Kurogiri membawakanku buku untuk dibaca dan memberiku beberapa game lama yang telah diselesaikan Shigaraki. Ini menjauhkan ku dari hal-hal lain dan yang lebih penting, menjauh dari Liga sementara.

Toga masih mencoba untuk menggoda ku, tetapi aku belajar untuk mengabaikannya. Aku hanya tidak tertarik padanya. Namun, aku akan menerima ketika dia menawarkan untuk makan bersama ku. Aku merasa kesepian disini kalau tidak ada toga, aku merasa bahwa jika aku berbicara dengan Toga, kami akan membangun sebagai sebuah tim. Aku masih memiliki perasaan ingin kabur di pikiranku , seperti apa yang ku lakukan salah. Aku tidak ingin berada di sini, tetapi aku merasa para villain mengajari ku lebih baik daripada para hero yang pernah ada.

Akhirnya, perasaan buruk itu hilang.

Aku masih takut pada Dabi. Biasanya Toga atau Kurogiri akan duduk selama sesi latihan kami, kalau-kalau ia mencoba memukul ku tanpa alasan. Pertama kali dia memukul ku, aku langsung panik. Shigaraki juga sama, karena dia juga yang menyiksaku, tetapi karena sebagian besar aku kurang ingat, aku tidak terlalu panik.

Penyiksaan Dabi telah meninggalkan bekas, baik fisik maupun mental. Lengan ku patah karena latihan dan bahkan beberapa dari Dabi sendiri. Dia mendorong ku hampir lumpuh beberapa kali, dan menjadi orang yang membuat ku takut untuk berbicara setiap kali dia memasuki ruangan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Perhatikan target," bentak Dabi. Aku memandang ke depan dan memfokuskan melihat target. Aku punya pistol di tangan. Perlahan, aku mengangkat tanganku ke depan.Aku menghela napas dalam-dalam beberapa kali, lalu...

"Kiri, tengah,kanan."

Dorr! Dorr! Dorr!

Suara itu bergema di telingaku. Aku melihat bahwa setiap target telah terkena.

Sebelum aku bisa releks, Dabi membentak. "Di belakangmu. Lagi!"

Aku berputar dan tiga peluru lagi.

Dorr! Dorr! Dorr!

Tepat sasaran-sasaran

"Hm ... kurasa kita harus mulai dengan target bergerak besok. Aku akan membiarkanmu istirahat lebih awal hari ini."

Aku membungkuk padanya, seperti yang dia suruh, dan pergi ke kamarku. Masih sekitar satu jam untuk makan siang, jadi aku memutuskan untuk tidur siang.

Aku kira itu bukan ide yang bagus.

Biasanya, pada malam hari, aku terlalu lelah untuk bermimpi. Latihan yang terus-menerus menyedot energi ku dan aku tidur tanpa bermimpi sebelum kepala ku mengenai bantal. Tapi kali ini berbeda.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

aku berdiri di gang dengan kostum hero ku. Aku melihat pada pakaian ku.

"Benar-benar fanboy," gumamku.

Karena penasaran, aku memutuskan untuk mengisi one for all.

berhasil.

Aku melihat ke dinding, dan memutuskan untuk melihat apakah aku bisa mengendalikan kekuatan di dalam mimpiku. Dengan semua kekuatan yang bisa aku kumpulkan, aku meninju dinding. Meskipun aku melakukan kerusakan parah pada dinding itu, aku lihat ke bawah untuk melihat tangan ku utuh. Itu membuat ku tersenyum.

"Akhirnya."

Tiba-tiba, terdengar suara keras! Itu datang dari belakangku. Aku berputar untuk melihat sumbernya. Sebelum aku bisa, aku merasa kesakitan. Aku lihat ke bawah untuk melihat darah menodai kostum ku. Aku tersandung dan jatuh terduduk. Sosok dengan pistol itu semakin dekat. Aku tidak bisa melihat nya, karena siluet matahari terbenam dan banyak kehilangan darah membuat ku pusing.

Orang itu akhirnya cukup dekat sehingga aku bisa tahu siapa orang itu.

Itu ... seseorang yang ku kenal. Pikiranku mencari namanya.

Dia memegang pistol dan berjalan ke arahku, menekannya ke dahiku. Tepat sebelum dia menarik pelatuknya, sebuah nama muncul di kepalaku.

"Uraraka!"

Pistolnya meledak, tetapi aku tidak merasakan sakit. Aku membuka mata dan aku lah yang memegang pistol itu. Aku menatap Uraraka. Darah dan otaknya tercecer di dinding yang hancur, ada luka tembak yang jelas di sisinya. Aku lihat ke bawah, aku tidak memakai kostum hero ku lagi dan tidak ada lagi darah. Sebagai gantinya, aku mengenakan jas yang dibuat para villain untukku.

Aku mendengar tangisan dari belakangku. menoleh ke belakang, aku melihat murid-murid dari Kelas 1-A. Mereka tampak ngeri.

Aku tidak tahu mengapa aku melakukannya, tetapi aku hanya memberi mereka senyum menyeringai lebar. "Oopsi."

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku tersentak bangun. Aku merasakan keringat dingin. Rasanya sangat nyata. Aku melihat ke bawah ke tangan ku. Masih baik-baik saja, tetapi bagaimana jika aku secara tidak sengaja menggunakan one for all dalam tidur ku? Aku bisa melumpuhkan diri ku sendiri.

Dan Uraraka ... Aku sebenarnya tidak akan ... membunuhnya.

Aku tidak akan membunuh siapa pun yang ku kenal. Aku tidak berpikir aku bisa hidup dengan diriku sendiri jika aku melakukannya. Pandangan ngeri dari teman-teman sekelasku dan darah sudah tertanam di otakku.

.
.
.
.
.
.
.
.

Selama sisa hari itu, aku tidak bisa fokus pada apa pun. Kurogiri akhirnya memotong pelajaran kami sehingga aku bisa memberitahunya apa yang salah.

Aku menjelaskan mimpi ku, dan dia hanya mengangguk. "Kau harus bersiap untuk membunuh siapa pun yang kami butuhkan untuk kau bunuh, Izuku."

Aku menggigil. "O-oh ... baiklah."

Meskipun para hero tidak pernah benar-benar percaya kepada ku, meskipun masyarakat telah menyisihkan ku untuk berjuang sendiri, meskipun All Might telah memberi ku kekuatan walau hanya untuk menyakiti ku sendiri ... Aku tidak tahu apakah aku bisa membunuh mereka.
Bukan ... Maksudku temanku.

Tapi ... apakah mereka temanku? Tidak ada yang menghentikan ku untuk meninggalkan Kelas 1-A. Aku yakin tidak ada yang peduli bahwa aku terjebak di Kelas 1-C.

Semua orang mungkin sudah melupakanku sekarang.

"Hentikan. Hentikan. Hentikan!"

"Izuku?"

Aku membeku. "M-maaf. Aku baik-baik saja."

"Mungkin kau harus istirahat-"

"Tidak mungkin!"

Aku menggigit bibirku. Aku tidak bermaksud membentaknya.

"M-Maksudku ..."

"Apakah mimpi buruk itu begitu buruk sehingga kau tidak bisa tidur?"

Aku mengangkat bahu. "Aku ... aku tidak tahu. Aku tidak pernah bermimpi sejak aku datang ke sini, tapi sekarang ..."

"Jika kau mengalami masalah dengan mimpi buruk, aku bisa memberimu sesuatu malam ini."

Aku mengangguk. "Itu bagus."

Subject 1-a : midoriya izuku (villain deku) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang