chapter 15

994 129 4
                                    

Aku bangun dengan pusing dikepala. Dimana aku? Tempat Ini sangat gelap dan lembab. Ingatan kamarku dari league of villain melintas di benakku. Dengan tangan yang gemetar, aku merasakan apa yang ada di bawahku. Itu adalah tumpukan selimut yang gatal.
Jantungku berhenti berdetak. tidak mungkin. Aku mencoba berdiri, tetapi kepalaku membentur langit-langit yang rendah. Dengan merangkak aku menuju knop pintu

"Biarkan aku keluar!!"

Aku menjerit, berusaha membuka pintu, yang belum pernah dikunci sebelumnya.

"B-bawa aku kembali ke UA sekarang!"

Aku menangis

aku sangat takut

aku tidak ingin berada di sini

Aku ingin pulang

Aku tidak ingin Villains mencuci otak ku lagi.

Karena panik, aku menjerit.

"BERISIK....atau ku sumpel mulut mu bangsat"

Aku terdiam setelah mendengar  umpatan dari balik pintu.pintu terbuka terlihat seseorang yang memakai topeng hitam
Itu twice, salah satu anggota dari league of villain yang tidak terlalu sering menyiksaku sebelumya, tapi aku masih terbiasa dengan itu.

"Keluar dari sini, Nak. Shigaraki ingin menyambutmu kembali."
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku keluar dari ruangan sempit itu dan melihat sekeliling.

Markas ini berbeda dari yang terakhir yang kuingat, tetapi sangat mirip. Aku tidak tahu di mana pintu keluarnya

Twice menutup mata ku dan dia menuntunku melewati lorong, meskipun belokannya tidak terlalu rumit. Kanan, kiri, kiri. Markas ini mungkin tidak terlalu besar, yang kemungkinan besar pasti bisa menemukan jalan keluar jadi lebih mudah.

Setelah sampai twice membawaku ke sebuah ruangan di mana anggota league of villain lainnya menungguku. Bahkan dengan topeng tangan menutupi wajahnya, aku bisa tahu bahwa Shigaraki kesal.

Twice membawaku tepat di depan Shigaraki. Ada keheningan yang canggung sebelumnya, tanpa peringatan, tangan Shigaraki datang dan menampar wajahku dengan kekuatan yang cukup untuk menjatuhkanku.

"Kau pikir kau bisa lolos dengan mudah, Izuku? Apa kau pikir sekolah bisa melindungimu?"
Air mata keluar dari mata ku sebelum aku bisa menghentikannya. Aku takut dan tamparannya cukup keras sampai memar.

"Apakah kau membutuhkan ku untuk memberimu pelajaran?"

Dia meraihku di bagian depan bajuku. Aku menggelengkan kepala, tetapi dia memukul ku lagi, di sisi lain wajah ku kali ini. Aku bisa merasakannya lagi. Beberapa minggu tanpa rasa sakit dan aku merasakannya lagi. Rasanya sakit dan aku tidak menyukainya.

"Karena kau, kami harus pindah! Karena kau, kami harus tetap bersembunyi. Apakah kau tahu di mana kita berada?"

Aku menggelengkan kepala. Dia mengencangkan cengkeramannya di bajuku. "Kami telah pindah dari kota ke kota untuk menemukan tempat untuk berbaring, dan akhirnya kami menemukannya di Osaka."

Mataku melebar. "T-tapi itu jauh dari-"

Shigaraki mencengkeram leherku. "Ya, dan tetap diam di sini itu sebuah tantangan. Jadi diam dan lakukan apa yang kukatakan, mengerti?"

Aku mengangguk dan dia membiarkanku pergi. Aku tidak bisa menahan isak tangis yang keluar dari tenggorokan ku. Aku jatuh berlutut.

Tidak lagi, tidak lagi, tidak lagi, tidak lagi, tidak lagi, tidak lagi, tidak lagi!!!!!!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Twice Seret anak nakal itu ke bawah dan kaitkan dia ke mesin. Biarkan dia di sana sampai kau menghapus ingatannya."

Twice mencengkeram lenganku, memaksaku berdiri dan menyeretku. "T-tolong jangan ... A-aku tidak mau-"

Shigaraki menyela kalimat ku dengan pukulan keras di perut. Dia memukulku sampai menabrak dinding terdekat.

"Diam! Tidak ada seorang pun di sini yang peduli jika kau tidak mau. Quirkmu mungkin tidak berguna bagi kami, tetapi penembak jitu ahlimu. Kami ingin mengambil keuntungan itu dan memanfaatkanmu. Mengerti? Kami akan melakukan apa pun yang kami perlu dilakukan jika itu berarti kami bisa menggunakan mu."

Twice meraih ku lagi sebelum aku bisa mengatakan sesuatu yang bodoh lagi. "Kau tahu, kau harus lebih berhati-hati pada sekitarnya. Ah, siapa yang peduli? Shigaraki itu bisa melakukan apa saja yang dia mau! Tapi Shigaraki sangat jahat ..." Twice terus berbicara dengan dirinya sendiri, tetapi aku mengusirnya dengan mendorongnya dengan sisa tenagaku. Aku harus melarikan diri, sebelum hilangan ingatan lagi. Kedua sisi wajahku memar dan perutku terasa seperti dilindas mobil, tapi aku mati-matian mencari jalan keluar.
.
.
.
.
.
.
.

Sebelum aku melihat sesuatu yang jelas, aku ditarik menuruni tangga. Aku mencoba melawan, tetapi twice memukul kepala ku dengan keras, aku berhenti melawan. takut aku akan mengalami gegar otak dengan semua pukulan di kepala.

Ruang bawah tanah itu didalamnya hanya sebuah ruang kosong besar dengan satu mesin di tengah ruangan.

Aku mulai melawan balik lagi

"A-aku tidak mau! Lepaskan!"

"Waktunya pertunjukan nak" Twice membantingku ke kursi dan mengunci tanganku di tempatnya.

Mesin mulai menyala.

"AARGHHHHHHHHHH"

sakit sekali.

Aku merasa jiwa ku keluar dari tubuh ku.

Yang bisa aku lakukan hanyalah menangis dan berteriak minta tolong.

"A-ALL MIGHT !"

"TOLONG...TOLONG AKU!!"

Subject 1-a : midoriya izuku (villain deku) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang