Bab 5- Raffa berubah

31 6 0
                                    

Para siswa berdesak-desakan di dalam kantin hanya untuk mendapatkan sesuatu yang bisa mengganjal perut kosong mereka.

Arin dan Jessica sudah duduk manis dengan empat porsi bakso dihadapan mereka. Tak lama kemudian Raffa datang bersama Fiko.

"Wahh, kalian baik banget udah pesenin kita makan!" Fiko cukup antusias dan langsung duduk dihadapan Jessica, tanpa berkata lagi cowok itu langsung memakan baksonya dengan lahap seperti orang kelaparan. Raffa ikut duduk di samping Fiko tepat dihadapan Arin.

"Baca bismillah dulu ko." Ucan Arin mengingatkan.

"Astaghfirullah gue lupa, makasih Rin!" Fiko menjeda acara makannya dan berdo'a, setelah itu ia kembali melahap baksonya dengan rakus. Jessica dan Arin hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah sahabatnya ini.

Arin dan Jessica ikutan berdoa setelah itu mereka menyantap baksonya perlahan. Arin yang melihat Raffa hanya diam saja memberanikan diri untuk bertanya.

"Kenapa baksonya gak dimakan Fa?" Tanya Arin setenang mungkin seolah sebelumnya tidak pernah terjadi apa-apa diantara mereka berdua.

"Gak nafsu." Jawab Raffa singkat.

"Mau ganti makanannya? Biar gue aja yang pesen." Tawar Arin dia sudah bangkit dari duduknya.

"Gausah!" Raffa berdiri, dia berencana untuk pergi dari tempat Arin berada. Namun, baru saja langkah kedua tangan Raffa ditahan oleh Arin.

Raffa menoleh, raut wajahnya seolah bertanya 'ada apa?!!' Dengan tatapan tajamnya.

"Kok lo jadi beda sih?" Tanya Arin sedikit kecewa.

"Lepasin dulu tangan gue, banyak yang liat!"

"Maaf." Arin melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Raffa.

"Semua ini juga gara-gara lo! Berhenti bersikap kekanak-kanakan Rin!"

"Tapi itu juga diam-diam kan, gaada yang tau."

"Tetep aja, bagi gue lo tetep kekanak-kanakan!" Raffa langsung pergi meninggalkan Arin begitu saja. Mata Arin sudah berkaca-kaca, sebelum air matanya benar-benar jatuh Arin memutuskan untuk pergi ke taman belakang sekolah untuk meluapkan tangisannya.

Jessica yang akan menyusul Arin ditahan oleh Fiko. Cowok itu sudah mengerti akan keadaan Raffa dan Arin yang sebenarnya karena Raffa sendiri yang bercerita kepada Fiko tentang pengakuan Arin terhadap Raffa.

"Biarin dia sendiri. Nanti gue yang bakalan bicara sama Raffa." Ucap Fiko. Dan akhirnya Jessica tidak pergi menyusul Arin meski fikirannya sangat khawatir terhadap sahabatnya ini.

Secepatnya Fiko harus menceramahi Raffa sebelum sikap sahabatnya semakin menjadi kepada Arin.

Di perjalanan Arin  masih sempat tersenyum karena banyak teman-temannya ataupun adik kelas yang menyapanya. Namun setelah tiba di taman, tangisan Arin langsung pecah, dia sudah tak tahan lagi menahan tangisannya. Dia bersembunyi dibalik pohon besar yang tidak terlalu rindang hingga tidak menimbulkan kesan seram agar tidak ada yang melihatnya.

Isak tangis Arin tidak juga berhenti, dia sekarang menyesali keputusannya untuk mengungkapkan cintanya pada Raffa. Dia tidak tahu jika endingnya akan seperti ini, dia fikir Raffa akan menerimanya baik-baik karena menurutnya Raffa juga menyukai dirinya.

Namun nyatanya? Ekspetasi sama realitanya sangat beda jauh. Raffa sudah mulai mencoba menjauh dari Arin, sikapnya yang hangat berubah menjadi dingin seolah mereka tidak saling kenal.

Memang, terkadang sebuah perasaan lebih baik dipendam untuk mempertahankan sebuah pertemanan.

"Hihihihiiii."

Juan ArsenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang