Bab 7 - Dua cowok menyebalkan

21 3 0
                                    

(///)

SMA Putra Bangsa dihebohkan oleh seorang murid baru keturunan korea, banyak army-army yang menjerit-jerit melihat ketampanan cowok itu bak melihat idolnya.

Semuanya rusuh, kecuali Arin. Gadis itu sibuk dengan aktivitasnya yaitu menyiram tanaman didepan kelasnya. Arin akui dia memang sangat rindu pada Alvin, empat tahun lamanya dia menunggu cowok itu datang. Namun kejadiannya tidak mendadak seperti ini juga. Arin sedikit canggung bertemu Alvin, karena sudah setahun lebih mereka tidak bertukar kabar.

Sebelumnya Arin tidak pernah menduga jika Alvin akan melanjutkan studinya disini, terlebih bersekolah di sekolah yang sama dengan Arin.

Kemarin cowok itu mengejar Arin dan memohon kepada Arin untuk memberikan nomor telfonnya, namun Arin segera menyetop taksi dan pergi dari hadapan Alvin secepatnya.

Arin melirik sebentar kearah Alvin yang masih ada didalam kerumunan para kaum hawa. Arin sedikit terkekeh melihat raut wajah Alvin yang kebingungan mencari jalan keluar. Banyak yang meminta Alvin untuk berfoto bersama dan hal itu membuat Alvin semakin tak berkutik hingga hanya bisa pasrah dengan keadaannya sekarang.

Arin kembali dengan aktivitasnya, karena masih ada beberapa pot yang belum ia siram.

"Mana no hp lo?" Pinta seseorang yang tiba-tiba saja sudah ada di samping Arin.

Arin terkejut, kenapa Alvin sudah ada di sampingnya? Dengan cepat gadis itu menetralkan rasa gugupnya dan bersikap seolah biasa saja.

"Gapunya, udah gue jual kemarin." Bohong Arin agak becanda.

"Bohong!" Tegas Alvin. Cowok itu sudah tidak sabar ingin memiliki no telfon sahabatnya sendiri, apa susahnya Arin memberikan no telfonnya kepada Alvin.

"Gak."

"Bohong."

"Gak."

"Buruan sini mana no hp lo.

"Gaada."

"Pasti ada maunya nih."

"Hehehehe." Arin hanya nyengir tak berdosa.

"Yaudah, lo mau apa?" Pasrah Alvin akhirnya.

"Masa lo pulang dari Korea ga bawa apa-apa buat gue, hiks." Arin berlagak sok sedih.

"Ya adalaahh, tapi di rumah. Ntar deh pulang sekolah lo main ke rumah gue. Jangan pulang sama siapa-siapa!"

Arin tersenyum senang, dia langsung mengangguk dengan semangat, matanya sangat bersinar. Dia tak sabar hadiah apa yang akan Alvin berikan padanya.

Arin tidak sadar, sudah ada ratusan pasang mata yang melihat kedekatan antara dirinya dan Alvin. Tatapan iri dan kagum bercampur jadi satu.

"Lo udah ke ruangan kepala sekolah?" Tanya Arin setelah dia sadar akan posisinya sekarang.

"Belum, lo juga tau daritadi gue dikerumunin cewek mulu." Keluh Alvin.

"Yaudah, sekarang gue anter. Lo juga belum tau tempatnya dimana kan?" Tanya Arin menawarkan diri.

"Hmm, oke."

Merekapun berjalan melewati kerumunan yang daritadi memperhatikan Alvin dan Arin. Alvin merasa lega, karena dengan ada Arin disisinya membuat para cewek yang gak pernah nyegerin mata itu kini tidak mengikuti Alvin.

Ditengah perjalanan mereka mengobrolkan apa saja. Terkadang Arin dan Alvin tertawa menertawakan kekonyolan mereka.

Sebuah pasang mata melihat tajam mereka berdua, dadanya bergemuruh seolah tidak suka dengan pemandangan yang ada didepannya sekarang.

Juan ArsenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang