bab 2 - Rencana Arin

62 8 0
                                    

"Mencintai dalam sepi, tapi gak akan ngebuat gue menepi."

-Arin Indira-

^^

Sekitar jam 5 pagi Arin datang ke sekolah, rasa kantuk masih menemani namun dia berusaha menepisnya jauh-jauh  hanya untuk memuluskan rencananya. Dia masih memakai piyama tidur bergambar beruang kesukaannya, tidak ada yang tahu dia pergi ke sekolah sepagi ini kecuali sopir mobilnya.

Dia tiba di kelas 11 IPA 2, kelas Arin dan Raffa. Berturut-turut dari kelas 10 sampai 11 Arin, Raffa dan Jesica selalu sekelas, hal itu juga yang membuat hubungan Arin dan Raffa semakin dekat.

Arin memberanikan diri melangkah menuju bangku Raffa lalu menyimpan sebuah kotak yang sudah dibungkus kertas kado bermotif polkadot, motif yang kesukaan Raffa. Setelah itu Arin kembali meninggalkan sekolah dan melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda.

***

"Ariinn." Seorang wanita paruh baya membangunkan Arin yang masih setia dengan bantal gulingnya. Menyibakkan selimut beruang cewek itu dan membuka gorden sehingga cahaya matahari menembus kamar yang bernuansa coklat itu.

"Apa sih maaa." Arin merengek lalu menarik kembali selimutnya hingga ujung kepala.

"Ini udah setengah tujuh loh, kamu gamau sekolah?!" Tanya Anita sedikit membentak anaknya.

Setelah mendengar ucapan ibunya, Arin segera membuka selimut beruangnya dan langsung menyambar handuk dan berlari terbirit-birit ke kamar mandi.

"Dasar anak jaman sekarang." Anita membereskan tempat tidur Arin setelah itu kembali ke lantai bawah untuk menyiapkan sarapan.

Hanya butuh waktu 7 menit untuk mandi, dengan terburu-buru Arin segera bersiap lalu turun kebawah dengan tali sepatu yang diikat asal.

Membawa satu roti lalu pamit pada ibunya. Di perjalanan Arin sibuk mengunyah roti sampai pipinya kembung. Mengabaikan orang-orang yang menatapnya aneh, yang dia fikirkan adalah dia harus sampai disekolah tepat waktu dan melihat reaksi Raffa setelah memberinya sebuah hadiah kecil.

Arin tidak akan membuang perasaannya begitu saja terhadap Raffa dan dia memutuskan untuk menjadi pengagum rahasia supaya dia masih bisa berteman baik dengan Raffa.

Dia sampai ke sekolah tepat waktu, setelah menyimpan motornya di parkiran Arin segera berlari menuju kelasnya.

Ditengah perjalanan Arin melihat arloji yang melingkar di lengan kirinya.

"Buset udah jam segini." Karena terlalu kaget Arin tidak sengaja menginjak tali sepatunya sendiri yang tadi pagi diikatnya asal.

Bruukk

Arin terjatuh, tidak, lebih tepatnya hampir terjatuh karena ada seseorang yang menangkap tubuhnya. Arin masih tidak menyangka dengan posisinya yang sekarang, dia meneguk ludahnya. Ini terlalu dekat, dia hampir tidak bisa bernafas.

"Heyyy!! Kalian sedang apa??!!" Suara seorang guru menggema di koridor.

Cowok itu tampak terkejut lalu dengan tidak sengaja ia melepaskan tubuh Arin ke lantai. Cewek itu meringis karena bokong dan punggungnya sakit.

"Isshhh, lo niat gak sih ngebantuin gue?!" Cowok itu masih diam tak bergeming, memandang lurus kearah guru yang menghampirinya dengan raut wajah yang cukup ketakutan.

"Juan lo-"

"Sedang apa kalian berduaan ditengah jam pelajaran?" Tanya guru itu sarkastis.

"Ini salah paham bu, saya cuma ma-"

Juan ArsenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang