9. Stuck

14 2 0
                                    

🥀🥀🥀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🥀🥀🥀

Meysha berjalan beriringan dengan Rafa dalam diam. Belum ada yang bersuara sejak Rafa datang sambil berlari kecil menuju gerbang labirin. Meysha yang kaget. Dan Rafa yang memang pendiam.

“Ehem.” Meysha berdehem. Memecah keheningan.

“Udah pernah main game ini?”tanya Meysha pada Rafa.

“Belum pernah, sendirinya ?”

“Belum juga.”

Hening.

“Masuk fitom suka foto ya?” Pertanyaan klise.

“Lumayan.”

Ini dia ga niat nanya balik apa? Kan gue udah nyiapin jawabannya.

“Ohh. Kalo gue supaya kamera dirumah gue ngga berdebu. Mangkanya ikut fitom, hehehe.” Meysha langsung menjelaskan tanpa ditanya.

Krik krik.

Meysha mencebikkan bibirnya, kesal. Ngobrol sama simsimi kayaknya  lebih enak daripada ngobrol sama cowok satu ini. Tapi, Meysha ga suka kalo diem – dieman. Masalahnya dia bener -bener gatau arah exit labirin nya, dia hanya berjalan berdasarkan feeling Rafa.

Sebenarnya dia ga percaya sama arah jalan Rafa. Tapi dia tambah ga percaya sama arah  dia. Dulu waktu abis beli nasi uduk belakang rumah, bisa kesasar sampe gang sebelah. Padahal udah 2 tahun tinggal disitu, apalagi labirin kayak gini, auto di culik wewegombel.

“Fotoin gue dong Raf.” Meysha memberikan handphone nya ke Rafa, “Tolong ya.”

Rafa menyerngitkan dahi, dan menerima handohone Meysha.

“Munduran dikit. Setengah badan aja.” Meysha sudah berpose 2 jari dan duck face  andalan nya dengan background tembok yang ditumbuhi lumut dibelakangnya.

“Udah.” Rafa berniat memberikan handphone Meysha. Tapi langsung ditahan oleh Meysha.

“Ehh beloman. Baru juga satu.”

“Ya udah gaya lagi. Cepetan, keburu siang. Panas nanti.” Rafa berjongkok bersiap kembali membidik kamera ke Meysha.

“Bentar. Rambut gue berantakan ya? Lupa lagi tadi, ulang dari awal ya.”

Menghela nafas. “Iya. Cepetan Mey.”

“Sip.”

Meysha terkekeh, ternyata dia lucu juga. Mungkin emang Rafa bukan tipe yang banyak ngomong, dibanding basa – basi mending langsung tebas aja.

“Udah?” tanya Rafa berharap menjadi fotografer dadakan berakhir.

“Udah deh. Sini coba mau liat.” Rafa memberikan handphone nya.

“Hmm.. not bad,” komentar Meysha melihat hasil jepretan Rafa. “ Thank you.”

Rafa berjalan didepan, sedangkan Meysha dibelakangnya dengan masih melihat semua foto yang barusan diambil Rafa.

“Kok berhenti?” tanya Meysha binggung melihat Rafa berhenti.

“Di depan, nanti ketinggalan.”

“Ohh..” Meysha jalan mendahului Rafa tetap dengan menunduk melihat handphone nya.

Mereka sudah berjalan selama 15 menit menyusuri labirin, labirin ini luasnya 4 hektar. Sehingga memang membutuhkan waktu setengah jam untuk keluar dari labirin ini jika sudah mengetahui arah keluarnya. Tapi untuk pemula biasanya 1 jam untuk keluar dari labirin.

Dipersimpangan jalan, terdapat 4 jalur ke arah yang berbeda. Meysha yang jalan didepan melihat jalur itu langsung bertanya ke Rafa mana jalan yang harus dipilih. “Raf ini jalannya kemana nih?”

“Menurut kak Adam tadi arah exitnya dibarat.” Rafa mengeluarkan sesuatu dari tas nya.”Dari kompas ke.. kanan. Kita ambil yang paling kanan Mey.”

“Raf,tapi ini kan labirin. Pasti ga sesuai sama kompas.”

“Setidaknya kalau nanti kita jalan ke kanan arahnya ke kiri kita bisa balik lagi kesini.”

“Terus kita cari satu – satu yang ke arah kanan gitu?”

“Mending kita coba susurin dulu, kalo patokannya bukan ke kanan kita ambil jalur lain.” Rafa memberikan usul.

“Haishh..”

Meysha melihat jam tanganya yang sudah menujukkan pukul 1 siang. Dimana matahari sedang panas -panas nya.

“Aduh, ya udah mulai jalan ke kanan.” Meysha mulai memulai jalan, dan mengibaskan rambut – rambutnya.

Drttt Drttt...

Pangilan dari Reno, Meysha langsung menjawab panggilannya.

Mey, dimana lu.” Sapa Reno langsung.

“Hahh..bentar gue ngiket rambut dulu.” Meysha menyatukan rambutnya, mengikatnya asal.

“Kenapa, lanjut.”

Ini gue sama Lena, Devan. Lo dimana?” ulang Reno.

“Gue gatau dimana lah, bego lu. Ini gue aja jalannya ga tau ke arah mana.”

Sini lah, pada mau makan pop mie dulu. Keburu laper nunggu keluar dari sini.”

“Bego. Lu pikir ini piknik.”

Rafa masih dibelakang Meysha sambil melompat dan berjinjit, melihat apakah ada teman mereka yang searah dengan mereka.

Tapi nihil. Rafa tidak melihat apapun. Hanya tembok yang berlumut dan jalan yang membingungkan.

Meysha berbalik untuk bertanya kemana arah jalan mereka sekarang, “Raf, lu ngapain? Hahaha ga bakal keliatan Raf.” Meysha tertawa melihat Rafa masih meloncat loncat melihat sekitar mereka.

“Namanya juga usaha.” Rafa masih dengan cosplay jadi kodok dadakan.

Mey. Kesini cepetan, ada hot news lagi.” Fokus Meysha kembali lagi pada panggilan Reno. Meysha kadang binggung, ini Reno mulutnya udah kayak ibu – ibu belanja sayur. Gosip setiap hari pasti ada aja. Dia yang udah standbye sosmed pasti selalu kalah sama Reno.

“Jalan nya kemana, shareloc deh kalo bisa. Eh! Bisa shareloc ga sih?”

Kenapa tidak kepikiran daritadi. Betapa begonya mereka. Ngga kepikiran sama sekali.

Oiya, anjir baru kepikiran. Bentar gue shareloc.”

“Pinter emang gue. Udah bye, batere gue tinggal dikit.”

“Rafa!”

Meysha memanggil Rafa dengan suara semangat 45. Sampai si empu kaget dari aksi cosplay kodoknya.

“Udah, Raf. Ambis banget trial jadi kodoknya.” Meysha tertawa lepas melihat wajah kaget Rafa. Lucu banget. Kayak melotot tapi gemes terus sambil enggap cape loncat -loncat.

how cute he is.

🍁🍁🍁

Holaaa.. cameback

SEREINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang