10. Again

14 2 0
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

“Ih, ini kemana sih!” gerutu Meysha. Setelah telpon itu terputus, Reno mengirim shareloc. Dan disini lah mereka berdua.

“Bentar,” Rafa masih melihat peta di handphone Meysha dan melihat jalur mana yang sudah mereka lewati tadi. “Sedikit lagi, abis simpangan ambil kanan.”

“Sesat deh, Raf, ini melenceng jauh dari arah exit.”

“Dicoba aja dulu, kan disitu banyak orang. Seenggaknya nyasarnya bareng – bareng.”

“Okay, jalan duluan deh. Gue mau nafas dulu.”

“Gue tungguin lu nafas.”

“Hah, nungguin nafas?” Meysha membeo mendengar Rafa menunggunya nafas.

“Aduh, maksudnya gue mau prepare dulu bentar. Dari tadi juga udah nafas kali.” Meysha mendengus.

“Oh kirain daritadi ga nafas,” jawab Rafa santai.

Meysha yang tadinya berniat megistirahatkan kakinya dengan duduk di aspal sebentar, langsung mendongakan kepalanya.

Ini Rafa lagi nyoba ngelawak apa gimana? Kok garing.

“Ngelawak?” tanya Meysha ke Rafa.

Rafa hanya mengedikkan bahunya. “Gatau, yang tadi masuk ngelawak ?”

“Lah,” Meysha kehabisan kata – kata plus kehausan. Terserahlah mau ngomong apa, dia Cuma mau cepet – cepet keluar dari labirin ini. “Serah.”

“Haus?” Rafa memperhatikan Meysha yang mengipaskan lehernya dan bibirnya yang mulai kering.

“Diminum dulu,” Rafa memberikan air mineral dari tas nya ke Meysha.

“Makasih, untung tadi lu bawa tas itu.” Meysha bersyukur Rafa se prepare itu. Sedangkan dia hanya membawa tas kecil yang muat 1 handphone dan liptint. Sungguh perbuatan bodoh.

“Tas kecil kayak gitu, berguna apa coba?”

“Berguna buat ootd, cocok aja sama baju gue.”

“Tapi ga berguna.” Rafa masih kukuh tas kecil Meysha yang tidak berguna. Padahal emang iya. Cuma Meysha tidak mau ngaku aja. Gengsi lah.

“Guna lah Raf, semua barang di dunia ini berguna.” Meysha mengelap bibirnya. “Lu tau? Tai burung aja buat pupuk, berguna kan sekalipun itu sampah. Apalagi tas gue.”

“Beda Mey, beda konteks.”

“Beda dimana coba?”

“Kotoran burung kan sampah yang dijadiin sesuatu yang bermanfaat, bedain pemanfaatan sampah sama pembelian barang yang sia – sia.”

“Lah kata siapa sia – sia? Berguna buat gue.”

“Ya, selalu ada alasan right?” tanya Rafa santai tapi Meysha menangkap itu sebagai sindiran.

“Hah? Maksudnya?” Meysha benaran ga ngerti maksud Rafa ngomong kayak gitu.

“Nuduh orang selalu harus ada alasannya kan?” Ulang Rafa dengan ambigu tetapi tetap dengan nada yang tenang.

“Apaan sih! Ga ada angin, tiba – tiba ngomong kayak gitu.” Meysha menutup botol aqua dengan kasar dan menatap Rafa dengan tajam.

“Gue lihat waktu kalian di samping kamar mandi.”

Kalian? Siapa?

Maksdunya gue sama Cinta? Waktu dia mau marah – marahin gue.

“Kalian? Siapa maksud lu disini. Ngomong yang jelas!” Nafas Meysha memburu. Dia tidak menyangka akan dituduh secara tiba – tiba oleh Rafa.

“Mey, gue disini Cuma mau meluruskan doang.” Rafa mensejajarkan tubuhnya dengan Meysha. “Gue gatau lu punya masalah apa sama Cinta, tapi yang jelas dia ga pernah cari masalah sama lu.”

“Ngadu? Situ pacarnya? Sorry gue gatau,” balas Meysha sarkas dan hendak berdiri dari duduk nya. Tapi ditahan oleh Rafa.

“Bentar, Mey, gue cuma gamau ada salah paham sama dia.” Rafa masih memegang tangan Meysha. Menahannya agar tetap disini. Rafa ingin menjelaskan pada Meysha bahwa Cinta itu baik. Semenjak Cinta menjadi mentornya, dia tau bahwa hidup Cinta tidak seenak yang dilihat.

“Salah paham? Jelasin ke gue salah paham mana yang lu maksud.”

Rafa menghela nafas, setidaknya Meysha masih mau mendengarnya.

“Dia anak yatim piatu Mey, dia ngurus adek nya sendiri. Gue cuma kasian kalo ditambah dia punya masalah di kampus. Gue kas- .”

“Stttt, tau kok. Udahlah susah ngomong sama orang yang udah kena pelet dia. Mau ngomong ampe berbusa tetep percaya sama Cinta kan? Paham kok gue. Jadi ga usah diterusin.” potong Meysha dengan cepat tanpa mau medengar full penjelasan Rafa. Buat apa? Dengerin dia muji - muji Cinta didepan nya. Ga akan!

Meysha benci, kenapa semuanya melihat Cinta dengan penuh kasian.

Orang kadang melihat sesuatu yang lugu dan sopan kayak Cinta sudah pasti baik dan jauh dari sifat buruk seperti nya. Padahal orang yang baik pasti punya sifat buruk, cuma antara di tahan atau emang berusaha tidak diketahui orang lain.

Berbeda sama Meysha, dia mengekspresikan sifat buruknya di depan orang lain. Meysha hanya mau bersikap manusiawi tanpa mau bersifat layaknya malaikat jatuh dari langit.

Meysha bangun, menepis tangan Rafa di lengan nya. "Kita misah aja, gue cari sendiri jalan keluarnya."

"Mey, kenapa harus emosi sih. Gue ga niat buat lu berpikir kayak gini. Okay fine, gue minta maaf kalo tiba - tiba bahas Cinta." sesal Rafa, padahal niatnya hanya meluruskan. Dia pikir Meysha bisa lebih terbuka mengenai masalahnya dengan Cinta. Tapi dia  memang salah, Rafa cuma orang baru di hidup Meysha, ga seharusnya bertanya hal kayak gitu.

"Ga usah minta maaf, mending lu sekarang pikirin mau jalan kemana. Gue duluan, anggap aja kita ga pernah bahas itu sebelum nya." Meysha berlalu meninggalkan Rafa dibelakang.

🍁🍁🍁

Rafa nyebelin juga ya...

seee u

SEREINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang