15. Omlete

17 1 0
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁


Awas nanti jatuh cinta

Cinta kepada diriku

Jangan jangan ku jodohmu

Kamu terlalu membenci

Membenci diriku ini

Awas nanti jatuh cinta pada ku

Lagu berisi kata – kata manusia yang di modif menjadi irama memang cara yang paling tepat memgungkapkan perasaan yang campur aduk dan tak berdung dihati. Kita hanya perlu meluangkan waktu sejenak mendengar dan melampaui pikiran kita tentang hari ini. Tanpa pendengar  kegundahan hati, hanya lagu.

“Sha.....”panggil lelaki yang sedang membuat adonan omlete di dapur dengan cekatan.

“Oii..” balas perempuan yang masih asik memilih baju yang ingin dibeli di olshop langganannya.

“Bantuin sini, enak banget bagian makan doang.”

“Bentar, minta bantuin Kak Damar aja sih.”

“Ga usah makan nanti. Ngga bantuin masak gofood aja.” Putus Mada gregetan yang dari tadi berkutat didapur sendirian dan sudah menghasilkan 4 mahakarya makanan tanpa ada niatan membantu sedikit pun dari tamu tak diundang yang datang ke rumah nya.

Damar, kakak Meysha – yang sekarang sedang main ps dikamarnya dilantai 2. Memanggil Damar sama saja membiarkan suaranya hilang sia – sia.

“Ck.”Meysha yang langsung berdiri dari sofa menuju dapur. “Wihh, ini mah udah mateng semua,” ucapnya takjub melihat makanan sudah rapih dimeja.

“Terus, ngapain manggil gue Kak? Udah kelar semua juga.”

Mada melewati Meysha dan meletakkan omlete yang sudah ia potong. “Gue manggil loe  sama masak omlete sampe mateng, cepetan omlete nya,” dengus Mada  menatap sepupu dari Mamanya yang hanya menyengir menatap nya.

Meysha mencomot satu potong omlete yang barusan diletakkan oleh sepupu nya itu.

“A – a hh.. Hhhaaduh haaanas .” Meysha mengibaskan tangannya di mulutnya sambil memeletkan lidahnya kepanasan.

Mada hanya melengos pergi, mengambil nasi untuk makan. Mengisi kembali energi saat masak. Mengabaikan Meysha yang heboh dengan lidahnya sendiri.

“Kak! Ambilin es bhaaatuu.” Sahut Meysha dibelakangnya dengan keadaan yang sama.

“Es batu nya abis pas goreng ikan tadi. Minyaknya kena tangan, jadi kepake es batu nya. Satu kotak es batu habis buat bikin 3 menu masakan sendirian. Biasa aja ga jerit – jeritan,” penjelasan sangat detail berisi sindiran tajam dan menusuk dari seorang Gamada Masyarif Altaric.

Meysha menatap tidak percaya pada sepupunya ini. Ya, dia tahu rasanya kerja sendirian tanpa dibantuin. Tapi kan dia tadi udah mau bantuin, tapi masaknya keburu selesai.

Bukan salahnya kan?

Dasar. Ngga abang, sepupu pun sama. Memang lelaki gen keluarga mamanya nyebelin dan aneh semua. Cuma ganteng sama pinter. Udah plus nya cuma 2 minus nya 99+.

“Nih, punya Rosi.” Mada menyodorkan satu cup ice cream kepadanya. “Gantiin ice cream nya. Di amuk gue nanti kalo dimakan.”

Sekilas cerita di malam hari kembali berputar dipikiran nya. Lalu turun menuju jantung dan memendam disana. menggerogoti hati dan jiwa nya.

Memasak. Hal yang dulu paling tidak ia sukai, tapi berkat seseorang memasak jadi hal yang paling memorable untuknya.

Proses masak sama seperti proses kehidupan. Kita harus membuat planning sampai bagaimana caranya agar menghasilkan makanan yang enak. Planning masak juga ga harus untuk diri sendiri, tapi bisa juga untuk orang lain. Ketika orang lain senang dengan masakan kita, itulah yang membekas dari saat masak  bahan mentah sampai menjadi makanan. Eaaaa puitis banget gue.’ Ucapnya sambil menyengir.

Kalimatnya membekas di relung hati tanpa berkeinginan untuk keluar dari tempatnya. Tidak seharusnya kalimat itu masih ada semenjak 6 tahun yang lalu. Ketika dia baru mengetahui untuk siapa hatinya. Ketika orang itu pergi. Meninggalkan kalimat ini tanpa seorang yang dapat mengulang kalimat itu kembali khusus untuknya.

Dear First love

I’ll waiting for you. All of my heart still with u, give to me again and i’ll give my world for u.

From your cousin

Meysha

🍁🍁🍁

"Ta, kamu hari ini ga usah kerja disini lagi ya. Ponakan saya dari kampung mau kesini, jadi dia yang gantiin kamu."

Bu Mirna, pemilik toko roti tempatnya bekerja. Tempat satu - satunya untuk mendapatkan uang. Dia berusia 14 tahun kala itu, masih sekolah menengah pertama. Tidak banyak yang bisa dilakukan olehnya saat itu. Seandainya waktu itu perkembangan teknologi sudah memadai seperti sekarang, mungkin dia tidak harus memulai hal ini.

Menjadi tempat seseorang untuk mencurahkan hati nya. Menyemangati nya seolah - olah tak ada masalah dalam hidupku. Mereka tidak akan tahu apa yang sebenarnya terjadi. Itulah pekerjaan ku sekarang.

Aku, Cinta Mentari Putri.
Hati ku beku, semua terasa hambar. Tinggal menunggu hancur dan terurai.

Tapi, semenjak dia datang. Hati ku kembali. Bagai bunga mati di bak air. Walau tak hidup kembali, setidaknya dia mekar kembali.

🍂🍂🍂

Olaaaaa i'm back

Hayuu tebakkk siapa kah 'dia' ?

SEREINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang