🍁🍁🍁
Meysha masih diam sejak tadi, tidak berniat membuka obrolan dengan cowok yang masih berjalan mengikutinya.Sebenarnya meysha sudah menduga bahwa Rafa dan Cinta itu ada sesuatu. Cuma untuk jadi pahlawan kesiangan buat bela Cinta di depan nya, Meysha beneran ga suka sama orang yang sok mau ngurusin masalah orang lain.
Meysha wajar manusia kayak Cinta pantes dibela, mukanya banyak banget. Mungkin yang dibilang Rafa kalau dia kasian sama cinta itu beneran kalau seandainya dia tahu aslinya kayak gimana.
'Ini jalan kemana ya? Aduh, bodo lah feeling gue aja' batin Meysha saat melihat 2 jalan berbeda.
Meysha mengambil jalan ke kanan. Entah kemana arah jalan itu, yang penting dia ga mau deket sama Rafa untuk sekarang. Meysha mau cepat keluar dari sini dan ketemu sama temen - temen nya.
"Lah kok. Ini exit kah?" Meysh bermonolog sendiri melihat sebuah gerbang usang yang ditumbuhi banyak lumut dan gelap.
Meysha melihat dari sudut matanya, Rafa masih mengikutinya. Meysha bersyukur Rafa lelaki yang gentle.
Setidaknya Rafa ga biarin Meysha pergi sendirian disaat emosi.
Good Cinta, you find good guy.
Meysha membuka pintu itu, dan berjalan perlahan kedalam sana menunggu Rafa dibelakang.
"Mey," Rafa memanggil Meysha pertama kali semenjak pertengkarannya dengan Meysha.
"Kayak nya bukan ini exit nya. Terlalu sepi, harusnya bakal banyak orang disini."
"Terus?" Meysha masih tidak peduli dan mempertahankan ego nya.
"Kita salah jalan, mending kita cari jalan lain." Rafa masih tetap tenang dan berusaha tidak terpancing ego Meysha. Rafa sedikit tahu kalo perempuan semakin marah makin jadi, semua logikanya bisa musnah oleh perasaan mereka.
"Gue rasa ini kok, lagian dari tadi ini doang kan gerbangnya." Meysha dengan kesoktahuan nya.
"Tapi menurut gue bukan,Mey."
"Ya udah, cari aja yang menurut lu. Kalo ini menurut gue." Meysha menjawab dengan sarkas tanpa melihat Rafa.
"Mey, please. Gue takut disana ada apa - apa."
"Lu tuh kenapa sih!" Meysha berbalik menatap Rafa yang sejak tadi dia belakangi. "Tadi care sama Cinta, terus sekarang sok peduli sama gue. Naif banget, ga usah sok di depan gue. Ga mempan."
Meysha menarik nafas sejenak. "Gue bakal tetep kesini, terserah lo mau kemana."
Meysha berjalan kedepan, pohon - pohon di samping kanan kiri nya. Terlalu lebat untuk ukuran jalan yang di lewati manusia.
Rafa berlari mengejarnya, "Gue ikut sama lu, kita harus bareng - bareng Mey. Jangan egois. Inget kata lu tadi. Lupain apa yang kita omongin tadi."
"Oke," jawab Meysha. Yang ada dipikiran Meysha sekarang gimana caranya keluar dari sini.
Apakah Meysha sudah bilang bahwa dia punya mood swing?
Bisa marah untuk hal sepele, bisa baik dalam hal sepele juga. Sepele, Rafa ikut nemenin kesini udah buat rasa marahnya menguap.
"Raf, kok gelap."
"Ketutupan sama pohon Mey."
"Raf, bawa cemilan ga? Laper."
"Bawa, sebentar." Rafa mengeluarkan roti sobek dari tas nya dan memberikan ke Meysha. "Nih, dibuka aja."
"Potekan ya," kata Meysha sambil memberi setengah roti yang sudah dia bagi dua ke Rafa.
"Enak," kata Meysha setelah menggigit satu gigitan rotinya. Meysha merasa bersalah pada Rafa, tapi masih gengsi.
"Raf," panggil Meysha akhirnya, setelah menghabiskan roti di mulutnya.
"Feeling gue kayaknya kita nyasar."
Rafa menoleh, menatap Meysha.
"Emang."
Meysha berdecak. "Ih, terus gimana! Masa kita nyasar gini sih." Omel Meysha karena Rafa hanya santai memakan rotinya.
"Mau gimana? Udah terlanjur juga."
"Terus, kalo udah nyasar gimana Rafa!" ulang Meysha dengan suara yang ditekan, gemes sama orang didepannya. "Solusi gimana!"
"Tadi gue minta nomor kak Adam. Kita bisa telfon Kak Adam buat jemput disini." Jawab Rafa memberi solusi dari kenyasaran mereka. Sebenarnya karena Meysha, cuma dia ga mau bilang yang memparah kemarahan Meysha.
"Emang langsung ketemu?"tanya Meysha penasaran. Kalo langsung ketemu sih harus nya daritadi aja pura - pura nyasar supaya dijemput.
"Gatau, kan nyoba."
"Ya udah, coba telfon Kak Adam," Kata Meysha. Karena hanya itu cara yang terpikirkan sekarang.
"Iya."
Rafa mengambil handphone di saku nya, dengan tangan kirinya, dan tangan kanan memegan roti.
"Sini deh," Meysha mengambil roti di tangan Rafa. Mempermudah Rafa menelfon Kak Adam.
"Makasih," jawab Rafa yang fokus ke handphone nya.
Meysha sekarang memperhatikan Rafa. Cara dia mengetik di handphone, cara dia memandangin handphone nya, cara dia menempelkan handphone ke telinga nya.
Kok gemes.
Meysha menggelengkan kepalanya, memilih menatap rumput kecil dibawah kakinya.
Telfon tersambung.
"Halo kak... Bisa jemput ga kak? Aku sama Meysha nyasar kak."
"Iya kak..."
" Hah? Gimana kak? Ngga kedengeran kak."
"Kita tadi lewati gerbang, terus malah nyasar ke hutan - hutan gitu kak, hah, iya kak disitu."
"Hah? Gimana kak? Bentar kak."
Rafa berjalan sedikit, mencari sinyal yang lebih bagus.
Meysha hanya mendengar omongan Rafa. Kenapa ga di speaker sih? Bego juga Rafa.
Emang ya, kalo udah mepet hal kecil pun ga bakal kepikiran.
Meysha mau makan. Belom kenyang makan roti. Mana potekan lagi. Biasanya dia jam segini nonton drakor sambil makan samyang.
Meysha dan drakor plus makanan. Perpaduan strater pack menghabiskan waktu dirumah.
🍁🍁🍁
Tim drakor plus ngemil mana suaranya?
kurang kenceng!
Mana SUAARANYA !!!
wkwkw
see u
KAMU SEDANG MEMBACA
SEREIN
RomanceKedatangan yang membawa ketenangan. Kepergian yang membawa kenangan. Klise tapi menyakitkan untuk dirasakan.