Bagian 4

45 7 0
                                    

Seorang gadis sedang duduk melamun memandang cahaya bintang dengan rambut yang tergerai panjang namun kusut dan didominasi dengan tatapan kosong. Hal yang ia lakukan hanya terus menunggu, menghitung hari agar bertemu.

Tapi tak kunjung semesta membuatnya senang dari sebuah penantiannya.

"Mengapa terus mencari kunang-kunang, kalau lentera—sumber cahaya ini sudah cukup menerangi rumahmu,"

"Apa ini tak cukup agar membuatmu tetap berlabuh?"

Rumah itu sederhana, hanya lentera kecil yang memberi cahaya hangat. Dengan kasur dan sebuah buku serta pena sudah membuatnya seperti sang pujangga yang terlahir dari beribu ribu jejak yang membekas dari sang kelana itu.

"Arti kunang kunang itu sebenarnya apa untuk mu wahai sang kelana? Kau terus berlayar, padahal dermaga ini sudah cukup untuk membuatmu berlabuh."

We Were Never Really FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang