Ada Apa Dengan Rive

323 36 2
                                    

"Rivera?!?!??" teriak Jean dari depan kamar Rive.

Tak ada jawaban, sekali lagi Jean mengetuk pintu kamar Rive sambil meneriakinya.

"Rivee?? Bangunn!"

"Hmm," terdengar deheman dari Rive. Tak lama kemudian, sosoknya muncul dari balik kamar dengan wajah pucat dan mata sembab.

"Kenapa Ve?? Sakit??" tanya Jean sedikit panik. Rive mengangguk lemah.

"Iya Kak, agak gak enak badan. Boleh minta tolong buatin surat izin?"

"Iya nanti gue buatin ya, sekarang lo tidur lagi aja. Eh atau makan dulu abis itu minum obat ya?" titah Jean, Rive menggeleng.

"Nggak usah kak, gue tadi udah makan roti beli semalem. Obatnya juga udah ada," sanggah Rive.

Jean menatap Rive dengan tatapan menyelidik, namun tak ada raut kebohongan di wajahnya.

"Beneran Kak, gue gak bohong," final Rive, Jean pun mengangguk.

"Oke, dah lo tidur lagi aja. Gue buatin surat izinnya," ucap Jean sambil mendorong pelan badan Rive untuk masuk kembali ke dalam kamarnya.

Selepas kepergian Jean, Rive langsung menutup kembali pintu kamarnya dan merebahkan tubuhnya lagi diatas ranjang.

Matanya yang sembab sedikit menganggu pengelihatannya, sedikit perih juga.

Sebenarnya wajahnya yang pucat juga matanya yang sembab bukan karena ia sedang sakit. Melainkan ada sebuah masalah keluarga yang membuatnya menjadi sedikit down.

Iya, semalam saat dirinya bersiap untuk tidur ada panggilan masuk diponselnya. Sang penelpon adalah Kakaknya sendiri, yang tinggal di Bandung bersama Ayah dan Ibunya.

Pada panggilan telepon itu, Kakaknya terdengar sedang menangis, namun tetap bercerita jika Ayah dan Ibunya semalam sedang bertengkar hebat. Juga malam malam sebelumnya, Ayah dan Ibunya juga sudah beradu pendapat dan berdebat. Tapi puncaknya pada tadi malam, saat sang Ibunya berteriak untuk meminta cerai pada Ayahnya.

Mendengar kabar tak mengenakkan dari Kakaknya, Rive sangat merasa terpukul. Disaat keluarganya sedang berada ditengah masalah, ia berada jauh dari mereka.

Terlebih pada Kakaknya, ia sangat merasa bersalah tak berada disamping Kakaknya yang harus sendirian menghadapi hari-hari dengan mendengar pertengkaran hebat dari Ayah dan Ibunya.

Untuk masalah yang melatarbelakangi pertengkaran Ayah dan Ibunya, baik Rive maupun Kakaknya tak terlalu paham.

Hingga saat ini, kesedihan masih menyelimuti hati Rive. Ia gelisah, tapi ia tak bisa berbuat apa-apa.

Rasa pusingnya tiba-tiba muncul lagi, ia segera berdiri dan mengambil obat dan meminumnya.

🏡🏡🏡

"Rive belum selesai Kak?" tanya Gevan pada Jihan di ruang makan.

"Kurang tau Ge, belum kali," jawabnya.

"Ge, ini suratnya." Jean memberikan sebuah amplop yang berisikan surat izin kepada Gevan. Dengan raut kebingungan, Gevan menerimanya.

"Surat apa Kak? Kak Jean kasih gue surat cinta?"

"Yeu, ngawur. Ini suratnya Rive. Dia sakit."

Gevan pun hanya mengangguk angguk, semalam saat dia pergi ke dapur untuk minum, ia berpapasan dengan Rive dengan wajah pucatnya. Tapi dia tak berani bertanya dengan Rive karena raut wajah Rive yang terlihat tak ingin di ganggu itu. Akhirnya, Gevan beropini bahwa Rive sedang tak enak badan.

Wadidaw Home | Kos-Kosan✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang