12. Jauhi aku
Tawa Caroline meledak. "Dia sahabatku. Bahkan Aku mengenalnya lebih lama, daripada Aku mengenalmu. Aku tidak bisa melakukan apa yang kau minta. Jadi-"
"Follow my willingness or him who will die?"
Mulut Caroline yang awalnya terbuka karena tertawa, kini tertutup seketika. Matanya menatap Sebastian dengan tatapan bingung. Kenapa lelaki ini selalu berkehendak dengan semaunya?
"Kenapa kau tidak langsung membunuhku saja? Dengan begitu, aku tidak perlu menuruti semua peraturan dan kemauan yang kau minta," ujar Caroline. Sementara Sebastian hanya memandangnya dengan mimik wajah datar.
Sedetik kemudian Sebastian berdehem. "Aku tidak bisa melakukan itu," jawabnya kemudian.
"Kenapa?"
Sebastian bangkit dari duduknya tanpa beralih untuk menatap Caroline. "Aku tidak bisa menjawabnya."
Caroline berdecak seraya mendelik. Ia kemudian tertawa renyah dan balik membalas tatapan Sebastian. "Mulai sekarang aku tidak akan lagi menuruti semua kemauanmu itu." Ucapannya sukses membuat salah satu alis Sebastian terangkat.
"Sekarang, terserah maumu, dan terserah mauku. Aku tidak mau lagi berurusan dengan orang aneh sepertimu," imbuh Caroline. Tangannya kini menarik kalung yang terpasang di lehernya, lalu memberikannya kepada Sebastian.
"Apa yang kau lakukan?" Dari nada bicaranya, Caroline dapat berasumsi bahwa Sebastian cukup kaget dengan tingkahnya.
"Aku mengembalikan kalung itu kepadamu. Aku tidak ingin memakainya lagi."
Mata Sebastian perlahan melebar. "Kau gila?" tanyanya, disambut dengan kekehan kecil dari Caroline.
"Justru kau yang gila! Kau masuk dan mengusik kehidupanku dengan seenaknya. Kau pikir Aku tidak kesal? Sungguh, Aku sangat kesal! Sangat!" tukas Caroline, mulai menampilkan amarahnya.
Berbeda halnya dengan Sebastian yang nampak menghela nafasnya. Lelaki itu mengembalikan kalung tersebut kepada Caroline dan berkata, "Jangan pernah lepas kalung ini. Aku mohon." Sebastian mengucapkannya dengan lembut, membuat Caroline sempat terpana sesaat.
"Aku tidak mau! Lebih baik kau pergi, dan jangan ganggu hidupku lagi!" usirnya secara terang-terangan namun tak mampu membuat Sebastian beranjak dari tempatnya.
"Kau tidak mendengar apa yang kukatakan? Kubilang pergi!" seru Caroline untuk kedua kalinya. Hal ini sukses membuat Sebastian yang awalnya berdiri di samping ranjang, melangkahkan kakinya untuk bisa lebih dekat dengan Caroline.
"Aku akan pergi. Tapi jangan pernah kau lepas kalung ini." Setelah mengucapkan itu, Sebastian lenyap dari pandangan Caroline.
Caroline menelan salivanya dengan susah payah. Pandangannya kini beralih untuk memandangi kalung yang berada digenggamannya.
Caroline menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu melempar kalung tersebut ke sudut ruangan dengan asal. "Sudah kubilang, Aku tidak akan lagi menuruti perintahmu itu."
***
Sekarang Caroline tengah berada di sebuah ruangan, di mana Sarah berada. Gadis ini menutup mulutnya dengan telapak tangan ketika ia melihat pemandangan mengenaskan di depannya. Sarah, gadis itu berada di ambang kematian dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya.
"Dia mengalami kelumpuhan."
Nafas Caroline tercekat ketika ia mendengar penjelasan seorang dokter yang berdiri di sampingnya. "Apa? Apa Aku tidak salah dengar, Dokter?" respon Caroline dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me, Sebastian [END]
Misteri / ThrillerFantasy - Romance - thriller • • • • • • • • • • • • • • • • • • • Sebastian Logan Tyler. Cowok misterius yang berhasil mengusik hidup Caroline Lorender. Kehadirannya membuat kehidupan gadis ini menjadi tidak tenang. Apalagi ketika cowok itu hampir...