25. Brent pelakunya?
Caroline terlihat menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Hari pun mulai berganti menjadi malam. Gadis ini nampak sangat lelah dengan matanya yang mulai terpejam rapat.
Berbagai macam pertanyaan mulai menguasai benaknya. Sebenarnya apa yang terjadi sekarang? Kenapa semuanya benar-benar ... rumit.
Kenapa Brent sampai ada di sana? Apakah dia pelakunya? Apakah dia juga seorang ...
Vampier?
Caroline menggeleng dengan cepat. Caroline yakin bahwa Brent adalah manusia, mengingat dirinya saja tidak pernah bersikap aneh di hadapan Caroline selama ini. Pikiran Caroline mulai melayang, membayangkan semua kejadian janggal yang terjadi pada Brent.
"Aku ingin minta maaf kepadamu."
"Minta maaf untuk apa?"
"Karena waktu itu, aku tak sempat menemuimu di rumah sakit."
"Urusan apa yang membuatmu sampai tidak jadi menemuiku? By the way, terimakasih atas bunganya."
"Sama-sama. Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku lapar, perutku sudah sakit--harus segera diisi."
Dahi Caroline mengernyit. "Brent tidak menjawab pertanyaanku, saat aku bertanya; urusan apa yang membuatnya tidak jadi menemuiku," gumamnya bermonolog. Mata Caroline kembali terbuka sempurna. Selanjutnya ia mengubah posisinya menjadi duduk--bersila di atas kasur.
"... kalau begitu, aku pergi dulu. Aku lapar, perutku sudah sakit--harus segera diisi."
Mata Caroline mengerjap, mencoba memahami makna dari kalimat tersebut.
" ... Aku lapar, perutku sudah sakit--harus segera diisi."
Caroline merapatkan bibirnya. Ia menggaruk pelipisnya dengan pelan.
" ... perutku sudah sakit---harus segera diisi."
" ... harus segera diisi."
" ... harus segera diisi."
" ... diisi."
Caroline tersentak. Tubuhnya seketika menegang. Saat dirinya mengingat kalimat itu, ia jadi teringat dengan ucapan Sebastian dulu.
"Jika aku tidak mengambil darah mereka, aku tidak bisa bertahan hidup."
"Dan jika aku tidak meminum darah, perutku akan kesakitan."
Mulut Caroline perlahan terbuka. "Apa maksud dari Brent adalah ... perutnya kesakitan karena ia lapar dan harus segera meminum darah?"
Caroline menelan salivanya. Detak jantungnya pun mulai berpacu secara tak karuan. "Dan ... setelah dia pergi, tak lama tentang pembunuhan Anya terdengar. Anya mati karena ..." Caroline menjeda kalimatnya.
Nafasnya seketika tercekat. "Anya mati karena ... seorang vampier telah menghisap darah di lehernya!"
Caroline menjerit kecil. Sontak ia mengambil guling lalu memeluknya dengan erat. "Apakah, apakah Brent adalah pelaku yang membunuh Anya? Apa dia juga yang mencuri stok darah di Rumah sakit?" Mata Caroline mengerjap beberapa kali. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.
"Saat itu ... Brent menghilang saat kematian Anya mulai ramai terdengar. Ia beralasan, ada urusan mendadak sehingga ia harus pulang terlebih dahulu. Padahal, ia mencoba menghindari semua orang agar dirinya tidak ketahuan karena telah membunuh Anya." Caroline menutup mulutnya dengan tatapan tak percaya. Penjelasan yang tiba-tiba muncul di otaknya itu membuat ingatannya terkumpul seperti serpihan puzzle yang akhirnya berkumpul menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Call Me, Sebastian [END]
Misteri / ThrillerFantasy - Romance - thriller • • • • • • • • • • • • • • • • • • • Sebastian Logan Tyler. Cowok misterius yang berhasil mengusik hidup Caroline Lorender. Kehadirannya membuat kehidupan gadis ini menjadi tidak tenang. Apalagi ketika cowok itu hampir...