Chapter 22 - The Other Side

2.4K 189 67
                                    

***

   "Aku lelah menunggumu, Megan. Aku lelah berjuang sendiri untuk hubungan kita sedangkan kau malah lari dari kenyataan." ucap Chris dengan putus asa. Pria itu menatap Megan dengan mata yang sudah memerah.

   "Apa sekarang kau ingin membuatku gila?" tanya Chris, "Apa kau memang tidak ingin memperjuangkan hubungan kita?" lanjut Chris dengan nafas yang memburu. Megan hanya bisa meneteskan air mata sambil menutup wajahnya di hadapan Chris. Ia juga sama bingungnya dengan Chris. Rasanya ia ingin menenggelamkan diri dan melupakan semua masalah yang ada.

   "Apa lebih baik kita mengakhirinya saja? Itu mau mu?" Penuturan Chris sukses membuat isak tangis Megan berhenti. Ia menatap sendu ke arah Chris sambil menggelengkan kepalanya. Bukan ini yang ia inginkan. Ia tidak ingin kehilangan Chris. Ia ingin dan butuh Chris untuk tetap berada di sisinya.

***
Makasih banyak buat yang udah vote dan comment kalian terbaik pokoknya! Ayo jangan males lagi ya pencet vote sama comment biar aku tambah rajin update!
HARAP VOTE SEBELUM MEMBACA UNTUK MENGHARGAI PENULIS! COMMENT SETELAH MEMBACA UNTUK SUPPORT PENULIS!!!
***

   "Maaf, tapi aku tidak tahu harus melakukan apa lagi. Semuanya terasa sulit untukku ketika hanya aku yang berjuang." ucap Chris lalu setetes air mata membasahi wajahnya.

   "Aku harap kau bisa mengambil keputusan secepatnya," ucap Chris, "Karena bulan depan pertunanganku dan Rosie akan dilaksanakan."

   Bagai dunia runtuh tepat di atas kepala Megan, seperti itulah rasanya ketika mendengar kalimat terakhir Chris sebelum pria itu berlalu meninggalkan Megan sendirian. Setelah suara pintu tertutup, tubuh Megan luruh ke lantai, isak tangisnya yang sedari tadi ia tahan lepas begitu saja. Berkali-kali ia memukul dadanya yang terasa sesak. Ia benci dirinya yang tidak bisa mengambil keputusan, ia benci dirinya yang pengecut, dan ia paling benci dirinya yang  telah berhasil menyakiti Chris. Ia mengacaukan segalanya.

***

Megan melangkahkan kakinya dengan anggun di atas panggung. Saat ini ia sedang menjadi salah satu model dari desainer dan brand ternama dunia yang ikut berpatisipasi dalam acara New York Fashion Week. Semua orang yang menatapnya berdecak kagum akan kecantikan milik Megan yang mampu menghipnotis. Para paparazi langsung berlomba-lomba mengambil gambar Megan.

Setelah beberapa saat kemudian Megan telah kembali ke belakang panggung. Megan selalu menyukai saat seperti ini. Keramaian dan kesibukan di belakang panggung selalu menjadi momen menyenangkan untuk Megan entah karena apa.

"Congratulations, Meggy. Kau memang selalu memukau." ucap William yang datang menghampirinya dengan membawa sebuket bunga mawar berwarna merah muda, salah satu bunga kesukaan Megan.

"Terima kasih, Willy." Megan tersenyum manis. Ia menerima bunga pemberian William lalu menghirup wanginya.

"Apakah setelah ini kau ada acara?" tanya William. Megan masih asyik memandangi bunganya.

"Sepertinya tidak. Memangnya mengapa?"

"Aku ingin mengajakmu untuk pergi makan malam." ucap William membuat Megan menatap ke arahnya.

"Tumben sekali kau mengajakku. Biasanya kau lebih memilih mengajak model lain di agensi." sindir Megan sambil menatap penuh curiga ke arah William.

"Jika kau tidak mau tidak apa. Aku tidak akan memaksa." sahut William cepat. Ia sedikit gugup dan Megan tahu itu, terlihat dari tingkah pria itu yang kini tengah menggaruk tengkuknya sambil mengalihkan pandangan.

"Aku bahkan belum menjawabnya, Will." ucap Megan tertawa pelan, "Baiklah, kita pergi setelah acara ini selesai." lanjut Megan membuat William tersenyum bahagia saat mendengarnya.

The Sweet JerkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang