2. Kehadiran yang Dinantikan

141 45 29
                                    

Sehari setelah info lomba diumumkan, tiba seorang wanita yang masih kelihatan asing. Yaps, dia adalah murid baru, pindahan asal kota yang memiliki pelabuhan Tanjung Perak.

Bu Lasmi, selaku wali kelas Ahmad, membuka kelas pagi itu dengan perkenalan murid pindahan tersebut.

"Pagi anak-anak, hari ini ada murid pindahan lagi, dia berasal dari Surabaya. Silahkan nak, masuk kelas dan perkenalkan dirimu."

Seisi kelas terpelongo, kecuali Ahmad. Suasana kelas menjadi hening dan seluruh perhatian terpusat pada kehadiran murid pindahan tersebut.

Siapa coba yang tidak terkagum-kagum pada murid baru tersebut? Sosok wanita berparas cantik, berkacamata, berambut lurus, dan memiliki lesung di pipi kanannya.

Iya sih, cuma Ahmad doang yang gak kagum sama murid baru itu, aneh kan? Tapi gak heran sih, Ahmad dari dulu emang belum pernah tuh yang namanya tertarik sama cewek. Dia malah nganggap orang yang pacaran cuma buang-buang waktu aja ....

"Pagi teman-teman, kenalin namaku Annisa Novi Jessica, biasa dipanggil Annisa. Aku murid pindahan dari Surabaya, aku pindah ke sini karena ayahku sedang pindah tugas ke sini, oh iya hobiku menyanyi dan membaca novel serta ilmu sosial."

Senyumannya yang sangat manis bagaikan permen gulali itu membuat para lelaki hanya terbengong dengan mulut menganga, seolah sedang melihat biadadari turun dari langit, tetapi tidak dengan Ahmad.

"Baiklah Annisa, kamu bisa duduk di sebelahnya Tina." Perintah Bu Lasmi sambil menunjuk bangku Tina

"Terima kasih Bu."

Annisa menelusuri lorong di antara bangku dengan perlahan layaknya model fashion show. Para lelaki masih belum berhenti menatap Annisa dengan segala kekaguman mereka. Sedangkan Ahmad, ia masih sibuk menyiapkan materi lomba Ekonominya.

"Baiklah, Ibu akan lanjutkan pelajaran kemarin tentang bagaimana mengenali potensi diri. Hei-hei kalian murid laki-laki udahan ngeliatin Annisanya, fokus ke pelajaran ibu!"

Akhirnya, semua berhenti menatap Annisa. Bu Lasmi adalah wali kelas sekaligus guru BK Ahmad.

"Oy, lo sehat kan?" Tanya Sena penuh penasaran

"Kayaknya sih gw sehat." Jawab Ahmad dengan nada datar

"Et dah buset ... Lo gak liat apa, ada cewek secantik bidadari habis perkenalan tadi?"

"Liat lah, Annisa kan namanya," jawab Ahmad membuktikan pada Sena jika ia melihat perkenalan tadi.

"Lo gak tertarik gitu bro sama dia?" Sena berusaha memancing Ahmad.

"Gue sih b aja ya, menurut gw tertarik nggaknya bukan semata-mata diliat dari penampilannya."

"Lo emangnya belum pernah gitu tertarik sama cewek?"

"Belom"

"Astagaa, semoga lo bisa tertarik sama nih cewek dah, biar lo bisa rasain apa yang manusia normal seumuran lo rasain."

"Emm, udah ah gausah ganggu gue!" Jawab Ahmad untuk mengakhiri obrolan mereka.

"Iya-iya, temanku yang lagi nyiapin lombanya," balas Sena.

Waktu pembinaan lomba Ekonomi tiba, seluruh siswa yang memiliki minat mengikuti lomba menghadiri kegiatan itu. Tak lupa, Ahmad dan Jafar pun hadir dalam pembinaan tersebut.

Ada satu hal yang tidak pernah terbayang oleh Ahmad dan Jafar, ternyata Annisa ikut pembinaan juga. Ini merupakan ancaman untuk Ahmad, sedangkan bagi Jafar ini sebuah motivasi baru untuk giat belajar.

Gak heran sih, waktu perkenalan kan Annisa udah bilang dia suka mempelajari ilmu sosial dan waktu SMP ternyata dia juga sempat menjuarai beberapa lomba di bidang ilmu sosial.

Jafar mencoba mendekati Annisa. "Eh, kamu murid pindahan di kelas kami kan?"

"Iya"

"Btw, kenalin nama gue Jafar dan ini temen gw Ahmad."

"Eh iya, kenalin gue Ahmad." Tambah Ahmad dengan datarnya.

"Owh iya-iya, gue Annisa."

"Nis, katanya waktu SMP lo sering menang lomba ilmu sosial ya?" Tanya Ahmad si bocah "ambis".

"Alhamdulillah, kenapa emangnya?"

"Waduh, bakal jadi rival yang berat nih cewek." Batin Ahmad

"Woy!! Ditanyain orang malah bengong." Kaget Jafar pada Ahmad yang lagi bengong.

"Eh gapapa-gapapa."

"Owhh"

"Selamat sore anak-anak, udah siap buat pembinaan pertama kita?" ucap Bu Yani yang baru saja membuka kelas pembinaan sore itu.

***

Pembinaan sore itu pun usai. Saat ketiga siswa ini berjalan ke luar sekolah, Jafar punya suatu ide agar ia dengan Annisa bisa dekat. Biar gak keliatan modusnya, Jafar ngajak Ahmad juga.

"Guys, kita kan sekelas dan sama-sama pengen ikut lomba ini, gimana kalo kita buat grup bertiga. Ya ... semoga kita bertiga yang lolos nantinya. Gimana guys?" ajak Jafar berharap Annisa menerima usulan itu.

"Wah, ide bagus tuh gw setuju Far!" Tanggap Annisa dengan semangat.

"Emm bolehlah" timpal Ahmad dengan muka datarnya.

Jadi, grup itu yang nantinya bakal dibuat belajar bareng dan juga ngebahas soal-soal Ekonomi. Dan dari grup itu pula Jafar berusaha PDKT dengan Annisa.

***

Keesokan harinya tepat waktu istirahat pertama, Annisa menghampiri bangku Ahmad yang tak jauh dari bangku Jafar. Ia ingin menanyakan tentang kesulitannya dalam mempelajari ilmu Ekonomi.

"Eh Mad, lo tau gak yang dimaksud opportunity cost? Gw bingung nih cara ngitungnya, jelasin yak! pinta Annisa dengan senyuman manisnya.

"Owalahh, masalah biaya peluang toh. Jadi gini, opportunity cost itu adalah biaya alternatif/pilihan lain yang kita korbankan untuk mencapai apa yang kita inginkan."

"Misal nih ya, gue disuruh milih antara kuliah dengan beasiswa full, motor baru seharga 45 juta, atau handphone baru seharga 8 juta. Nah, misal gw milih kuliah dengan beasiswa penuh, berarti biaya peluang yang gw alami sebesar berarti 45 Jt. Kenapa gitu? Karena biaya peluang itu adalah biaya terbesar yang kita korbankan, makanya biaya peluangnya 45 Jt bukan 53 Jt.

" Widihh keren-keren, langsung paham gue. Makasih ya Mad penjelasannya." Kagum Annisa.

"Okey siip"

Jafar yang melihat kejadian tadi merasa cemburu, padahal dia bukan siapa-siapanya Annisa :v

Maklum lah, siapa coba yang gak cemburu liat doi deket sama orang lain.

Ahmad dan Annisa semakin hari semakin akrab saja karena Ekonomi. Annisa kalo bingung tanyanya ke Ahmad, nggak ke Jafar. Emmm, apa karena Annisa tau ya Ahmad lebih berpengalaman daripada Jafar? Ataukah Annisa udah mulai suka sama Ahmad?

Jafar tak mau kalah tentunya dengan Ahmad, dia mulai menyusun strategi untuk mendekati Annisa.

"Gak bisa dibiarin nih, kalo di Whatsapp aja tanyanya ke gue, kalo di real life tanyanya ke Ahmad. Gue harus mikirin cara lain biar bisa deket sama Annisa," gumam Jafar.

-----------------------------------------------------------
S

aksikan kelanjutannya di episode berikutnya😁😁😁


Jangan lupa kuyy difollow biar gak ketinggalan ceritanya, spam komen dan juga tekan bintangnya ya biar authornya semakin semngat melanjutkan cerita hehe😁😁😁

Murid Pindahan (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang