3. Keluarga Ahmad & Annisa

102 41 9
                                    

Seminggu telah berlalu,

Hari ini seharusnya ada jadwal pembinaan Ekonomi yang kedua. Namun, pembinaan tiba-tiba dibatalkan karena Bu Yani sedang berhalangan hadir untuk mengisi pembinaan hari itu.

Annisa biasa dijemput ayahnya sekitar pukul 17.00, setelah pembinaan selesai. Namun, kali ini dia harus menunggu lebih lama karena hari ini tidak ada pembinaan dan ia juga lupa membawa handphonenya.

Jafar yang biasa pulang sendirian dengan motor kesayangannya melihat kesempatan itu. "Wehehehe asik nih, kayaknya bisa nganterin Annisa."

"Eh Nis, sendirian aja lo? Belum dijemput emangnya?"

"Eh elo Far, belum nih, mana gue lupa bawa handphone gue lagi."

"Emm gimana kalo gue anterin aja? Rumah kita searah kan?"

"Iya sih searah, tapi gimana ya Far ... gue takut ngerepotin elu."

"Sans aja kali, kayak ama siapa aja pake takut ngerepotin."

"Haduhh, gue gak biasa diboncengin cowok juga soalnya ... takut dimarahin ayah gue nanti, gimana dong?"

Melihat Annisa yang masih dilema, Jafar tidak langsung menyerah untuk membujuk Annisa agar mau diantar pulang olehnya. Kapan lagi coba dapet kesempatan emas kayak gini.

"Sans aja, kalo lo takut ayah lo tau, nanti gue anter sampe depan gang lo aja deh, gimana?"

Melihat jam tangannya yang baru menunjukkan pukul 15.56, yang artinya masih sekitar satu jam lagi ayahnya menjemput. Hal ini membuat Annisa semakin bimbang untuk menolak tawaran Jafar.

"Duh, gimana nihh nanti gw malah dimarahin ayah kalo ketahuan boncengan sama cowok. Tapi kalo nunggu ayah masih lama lagi," batin Annisa.

"Haloo, ditanyain kok malah bengong, hmmm."

"Eh iya-iya maaf. Oke deh gue mau ikut, tapi nanti turunin di depan gang aja ya!"

"Oke, siap bos."

"Yes! Akhirnya gue bisa boncengin Annisa," batin Jafar.

Setelah menempuh perjalanan 15 menit, akhirnya mereka tiba di depan gang rumah Annisa.

"Di sini Nis gang rumah lo?"

"Bukan Far, masih satu gang lagi noh di depannya."

"Owh, yang itu?"

"Iya"

"Dah sampai ... yakin gamau sampai depan rumah? Kan gue bisa sekalian kenalan sama calon mertua gitu loh," tanya Jafar cengengesan.

"Idih, emang lo pacar gue?! Gak-gak, gausah!"

"Hehehe, yaudah lah. Kalo gitu gue balik duluan ya."

"Iya, cepetan pulang sana! Makasih banyak ya udah mau nganterin gue."

"Iya, sans aja. Besok kalo mau dianterin lagi boleh kok, hehe," canda Jafar.

"Hadehh, udah pulang aja sana!"

"Yahh gue malah diusir," balas Jafar cemberut.

"Yaa mau ngapain lagi coba lo di sini?"

"Gue masih mau lihat cahaya yang dipancarkan oleh wajah cantikmu itu."

"JAFAR! Apaan sih lo!" bentak Annisa.

"Pulang gak loh atau gue lempar sepatu pantofel gw ini!"

"Hehehe iya-iya gue pulang sekarang."

"Yaudah, makasih ya, hati-hati di jalan, jangan ngebut!"

"Iya-iya bawel, assalamu'alaikum," teriak Jafar yang mulai menjalankan motornya.

Murid Pindahan (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang