"Yaudah duduk aja! Saya mau nanya beberapa hal sama kamu." Perintah Bunda Annisa yang akan mulai menginterogasi.
"Haduh ini Bunda ngapain sih??" Batin Annisa merasa cemas.
Kemudian Ahmad langsung menempati tempat duduk yang kosong yang kebetulan bersebelahan dengan kursi Annisa.
"Baik tan, terima kasih sudah dipersilahkan duduk." Ucap Ahmad.
"Yaelah, nih bocah masih bisa tenang aja." Batin Annisa.
"Nis, ambilin makanannya dong buat Ahmad." Perintah Ayah Annisa.
"Nggak ah Yah, biar ambil sendiri aja!" Tolak Annisa.
"Iya saya ambil sendiri aja gapapa om." Tambah Ahmad.
"Ehhh gaboleh gitu, tamu adalah raja. Ayo Nia ambilin makanan buat Ahmad!" Ayah Annisa mengulang perintahnya.
"Hmmm, iya deh iya."
"Makasih ya om."
"Gw gak diucapin makasih nih?"
Ahmad yang sedang menyuap makanannya pun kaget.
"Nis... Yang sopan dong!" Ucap ayahnya.
"Ayah mah, tumbenan baik banget sama temen cowok ku."
"Menurut ayah, Ahmad anak yang baik kok. Oleh karena itu, ayah juga baik sama Ahmad."
Mendengar itu, Ahmad hanya diam sambil tersenyum saja.
"Jangan dipuji terus Yah, nanti dia terbang." Sindir Annisa, namun Ahmad tak ambil pusing dengan itu.
"Udah belum ngobrolnya? Bunda mau nanyain Ahmad nih." Sambung Bunda Annisa.
"Ayah tuh Bun yang mancing-mancing." Jawab Annisa.
"Mau nanya apaan sih Bun, lanjutin makan aja. Habis makan kita Salat Isya berjamaah." Ucap Ayah Annisa yang baru mendengar gema azan Isya.
"Ayah kok gitu sih!" Gerutu Bunda Annisa.
"Ahmad, nanti kamu yang imam ya?"
"Iya kamu yang imam nanti ya!" Tambah Bunda Annisa yang ingin tahu tentang Ahmad.
"Hadehh, gw diperlakuin kayak pacarnya Annisa aja." Batin Ahmad.
"Mad, ditanyain Ayah gw tuh." Ucap Annisa.
"Eh iya, boleh om." Jawab Ahmad tersadar dari lamunannya.
Setelah semua selesai makan, orang tua Annisa menuju ruang salat terlebih dahulu. Di meja makan tersisa Ahmad dan Annisa saja dengan piring kotornya.
"Oy" ucap Ahmad.
"Apa?"
"Lo pernah ngomong apa ke ortu lo soal gw?" Tanya Ahmad penasaran.
"Gapernah ngomong apa-apa gw."
"Lha ini gw diperlakuin udah kayak orang yang ngapel ke rumah pacarnya aja! Lo pernah curhat tentang gw ke Bunda lo ya? Lo bilang gw pacar lo ya?" Jelas Ahmad.
"Idih, PD amat lo jadi orang! Mana mungkin gw suka sama lo, si cowok cuwek dan dingin." Balas Annisa.
"Gausah ngeles, ngaku aja!"
Ditengah keributan mereka, Ayah Annisa memanggil mereka untuk segera ke ruang salat.
"Annisa... Ahmad... Ayo buruan ke sini." Panggil Ayah Aninisa.
"Untung lo, Ayah gw udah manggil. Ayo ikutin gw!"
"Hmm" Ahmad tetap saja masih berpikiran bahwa Annisa memiliki rasa kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Murid Pindahan (Hiatus)
Teen Fiction28 Mei 2020 [Sedang hiatus dan juga mulai merevisi] Sebuah kisah yang menceritakan dua murid pindahan berbeda daerah yang dipertemukan di suatu institusi pendidikan di Kota Lumpia. Ahmad seorang lelaki dingin asal Sulawesi yang menganggap percintaan...