9. Semangkuk Bakso di Kala Hujan

15 7 9
                                    

Setelah seleksi dilaksanakan, bocah-bocah ambis seperti Ahmad dan Annisa tidak berhenti belajar untuk lomba. Bagi mereka, selesai seleksi bukan berarti selesai pula belajar untuk lomba itu.

Sepulang sekolah sore itu, Ahmad mengajak Annisa untuk berangkat bersamanya ke perpustakaan.

"Oy, ke perpus gak lo?" tanya Ahmad dari belakang Annisa.

"Lo ngomong sama gw?" tanya balik Annisa sambil melihat sekelilingnya.

"Nggak, gw nanya pager di samping lo!" jawab Ahmad yang melihat ada pagar di samping Annisa.

"Owh kirain gw."

"Gw ngomong sama elo Anjes!" ucap Ahmad Kelepasan.

"Apa? Lo panggil gw Anjes!" tanya Annisa yang kesal.

"Hah? Anjes? Nggak, gw manggil Annisa tadi!" Jawab Ahmad yang sedikit gugup.

"Gausah boong lo! Maksud lo panggil Anjes apaan hah?" omel Annisa.

"Hmm, oke gw ngaku. Annisa Novi Jessica nama lo kan? Gw singkat jadi Anjes lah," jelas Ahmad.

"Enak aja asal singkat nama orang!" Ketus Annisa.

"Yaudahlah, terserah gw! Jadi gimana, mau bareng gak ke perpusnya?" tanya Ahmad mengalihkan topik pembicaraan.

"Yaudah gw mau, gw ngabarin ayah gw dulu tapi," jawab Annisa.

Annisa lalu mengambil handphone dari tasnya untuk mengabari ayahnya.

"Haduh kok gw bisa sefrontal itu sih sama cewek? Kenapa sih gw ini, dari kemarin gak jelas banget," batin Ahmad yang nampak gelisah.

Sambil menunggu jawaban dari Ayah Annisa, Ahmad mengambil motornya terlebih dahulu.

Setelah beberapa kali gagal tersambung, akhirnya panggilan Annisa dijawab oleh ayahnya.

"Halo Yah, Annisa ini langsung ke perpus sama Ahmad ya?"

"Sama Ahmad? Coba biar Ayah bicara sama dia," pinta Ayah Annisa.

Ahmad datang tepat waktu dengan motornya. Annisa yang melihat kedatangan Ahmad, segera memberitahu Ahmad jika ayahnya ingin berbicara dengannya.

Sambil menutup lubang microphone handphonenya, Annisa memberi tahu Ahmad.

"Mad, Ayah gw mau bicara sama lo."

"Yaudah sini gw terima."

"Yakin lu?" tanya Annisa kembali.

"Yakin lah" tegas Ahmad.

Annisa lalu memberi handphonenya pad Ahmad.

"Halo om, ini saya Ahmad," ucap Ahmad dengan nada santunnya.

"Owh iya, Mad kamu boleh pergi bareng anak saya, tapi nanti jangan kemaleman pulangnya. Bisa kan?"

"In Shaa Allah bisa om, bisa."

"Makasih ya, om tutup dulu karena saya mau ada rapat," ucap Ayah Annisa melalui sambungan telepon.

"Iya, makasih om." Kemudian panggilan tersebut diakhiri sepihak oleh Ayah Annisa.

Ahmad lalu mengembalikan handphone Annisa.

Sambil menerima HP-nya, "Ngomong apa Ayah gw tadi?"

"Kepo ah, buruan naik keburu ujan ntar!" Perintah Ahmad.

"Iya-iya, bawel banget sih lo." Ketus Annisa sambil menaiki motor Ahmad.

"Iya juga ya, kok gw banyak omong gini." Batin Ahmad.

"Udah siap woy, kapan jalannya " ucap Annisa menyadarkan Ahmad.

Murid Pindahan (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang