6. Hati yang Tak Rela

77 30 3
                                    

Kondisi Ahmad kala matahari terbit pagi ini telah kembali membaik. Ahmad kini diperbolehkan berangkat sekolah lagi seperti biasanya.

Setelah menghabiskan sepotong roti di piringnya, Ahmad berpamitan kepada mamahnya. Lagi-lagi ia harus berangkat sendiri ke sekolah. Ia sering berangkat sendiri karena papahnya selalu berangkat lebih awal darinya.

Hari ini Ahmad izin ke mamahnya untuk membawa motor karena sepulang sekolah ia akan langsung mengunjungi pusat peminjaman buku tersebut.

"Mah, Ahmad pamit dulu ya." Pamit Ahmad sambil menyalami mamahnya.

"Iya, belajar yang rajin ya nak." Balas Mamah Ahmad sambil mengelus lembut kepala anaknya

"Oh iya Mah, hari ini Ahmad izin bawa motor ya? Nanti pulang sekolah Ahmad mau langsung ke perpus."

"Iya, asal hati-hati dan jangan pulang malem-malem lho ya!"

"Siap bos! Makasih ya Mah." Dengan pose hormat tangan kanan kepada Mamahnya, Ahmad menyetujui syarat yang diberikan kepadanya.

Ahmad langsung berangkat ke sekolah dengan motornya. Dekatnya jarak rumah Ahmad dengan sekolah membuat ia hanya membutuhkan waktu kurang dari dua menit untuk sampai di sekolah. Saat tiba di parkiran, kebetulan Ahmad bertemu dengan Jafar.

"Wihh bawa motor lo Mad, tumben banget."

"Iya Far, nanti gw mau ada acara sepulang sekolah." Balas Ahmad sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.

"Owhh, yaudah yok ke kelas." Ajak Jafar sambil merangkul pundak Ahmad.

"Hmmm pasti acaranya sama Annisa. Gw harus bener-bener ikutin dia nanti." Batin Jafar

Setelah mereka berdua tiba di kelas, mereka langsung disambut meriah oleh Sena.

"Wee brother-brother gw udah nyampe." Ucap Sena sambil mengangkat kedua tangannya yang masing-masing membentuk sudut 45°.

"Yoii" Balas Ahmad

"Semangat banget lo hari ini!" Seru Jafar sambil mengangkat kepalanya.

"Iya dong, kita harus selalu bersemangat dan berbahagia dalam mengawali hari-hari kita. Karena sebelum membuat dia bahagia kita harus buat diri kita bahagia terlebih dahulu." Penjelasan yang panjang dari Sena

"Kirini sibilim mimbiit dii bihigii kiti hiris biit diri kiti bihigii tirlibih dihili" Balas Jafar sambil memainkan tangannya seperti bentuk bibir Sena.

Melihat hal itu suasana pun menjadi pecah, mereka bertiga pun tertawa lepas.

"Hahaha Sen... Sen... Lo itu kok bisa sebucin itu sih?" Tanya Ahmad sambil menggelengkan kepalanya keheranan.

"Hahaha, parah lo Sen" Tambah Jafar

"Bawaan lahir ini mah hahaha." Jawab Sena pada Ahmad dan Jafar. "Kalo lo mau belajar jadi bucin, hubungi gw aja!" Tawaran dari Sena dengan menepuk dadanya bangga.

"Buset, gw mah ogah!" Tolak Jafar secara spontan.

"Ah elu mah gak seru Far!" Balas Sena dengan mimik sedikit kecewa.

Waktu jam pertama telah dimulai, mereka bertiga pun segera menuju tempat duduk mereka. Kegiatan pembelajaran hari ini tidak ada yang spesial, semua berjalan seperti biasanya.

Ketika waktu pulang telah tiba, Annisa kembali mengingatkan Ahmad agar tidak lupa untuk bertemu di perpustakaan sepulang sekolah.

"Mad jangan lupa nanti ya!" Ucap Annisa mengingatkan Ahmad dengan senyuman khasnya

"Ya" Balas Ahmad  dengan muka datarnya lagi.

Aneh banget ya si Ahmad, Annisa itu udah pinter, memiliki senyuman yang tidak biasa, perhatian pula, tapi entah kenapa dia tidak tertarik sama sekali terhadap Annisa.

Murid Pindahan (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang