patera bumi

10 1 0
                                    

Puisi ini sedikit kubuat berbeda, tapi entah dari sudut pandang yang mana.
Entah karna saat ini aku sedang berlebihan atau memang ada rasa yang ingin kusampaikan.
Sulit sekali memang saat ini, ada jiwa yang menggerutu dan selalu ingin cepat mati.
Malangnya aku sendiri diatas sini
Kedua orang tua merapalkan durhaka, dan teman - teman yang entah kemana.
Ingin sekaliku mengirim pesan berantai, mengatakan ada manusia yang sedang dipeluk perasaan tak karuan.
Kali ini aku mengaku kalau aku sedang berlebihan-- Ah atau mungkin kalian selalu berpikir aku memang selalu berlebihan.

Aku yang dipandang paling disayang, nyatanya aku dipaksa untuk mundur secara perlahan
Aku yang selalu dituntut belajar dan pintar, nyatanya aku memang sudah bodoh dari lahir--
Ingat dengan gadis kecil yang kau ajar hitungan menggunakan penggaris kayu yang kau hantam pada meja belajar?
Atau luka biru pada paha sebelah kiri lantaran gadis kecilmu merengek meminta uang koin hanya untuk membeli escream?
Atau bahkan kau tak pernah melihat tatapan hancur gadis kecilmu?
Hingga sampai saat ini kejadian itu seakan semu?

Gadis kecilmu-- Oh atau sekarang sudah menjadi seorang gadis remaja?
Entahlah, rasanya ia tak pernah merasa jadi remaja.
Bahkan ia tak pernah merasa memiliki teman.
Yang ia tahu, gadis kecilmu sempat membunuh semua perasaannya padamu.
Jangan tanya, kenapa terkadang gadis kecilmu selalu acuh dan tak peduli, tapi percayalah hati memang tak bisa dibohongi--kau selalu saja muncul disetiap doaku.

Aku percaya Tuhan maha baik, tapi entah dari sudut pandang yang mana.
Aku percaya Tuhan maha melihat, lantas ingin ku bertanya disini aku yang terluka atau memang aku yang terlampau durhaka?

--Triwidianp

Sajak Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang