Ini mengenai manusia 10 tahun silam yang hobby self harm. selfharm itu nyata bagi dia, selalu memeluknya ketika jiwanya sedang gundah-gundahnya dan pelariannya adalah self harm, dulu orangtuanya selalu murka, mudah sekali melontarkan kata durhaka dan tak segan-segan melukainya. Nyali dia ciut diikuti ukuran tubuhnya. Dipahanya pernah turukir lebam-lebam biru--warna favoritnya. Diotaknya tersimpan memori ketika sebuah kayu menghujam meja belajar lantaran sulit sekali mengejaka kalimat atau menghitung 1x4 dan diotaknya juga tersimpan memori ketika dia diseret lantaran sangking bodohnya.
Usianya selalu bertambah diikuti self harm yang selalu disisinya. Kini, Orang tuanya menganggap hanya kisah lama tapi untuknya adalah luka dengan penyembuhan berjuta tahun lamanya.
Ia pernah mulai terbuka dan bercerita pada teman-temannya seraya tersedu sedan tapi yang diterima hanya kata sederhana penyayat hati dimulai dari lebay, tukang drama, baperan, atau bahkan cari perhatian. Disela pertumbuhannya tak jarang Ia menentang Tuhan--mencoba tak makan untuk jangka waktu yang cukup lama adalah jalannya, bukan bermaksud durhaka. Hanya saja Ia butuh pertolongan tapi malah dituding tukang cari perhatian. Ia selalu bertanya apa iya Tuhan maha adil?
Sejak saat itu Ia cukup sadar percaya atau tidak sebuah kata yang sederhana adalah kunci hidup bagi beberapa orang. Kini, Hidupnya dikelilingi kata-kata, secarik puisi yang bagi beberapa orang menenangkan, tapi baginya adalah sebuah rasa pemberontakan dan kehampaan. Tapi, itu cukup untuk menghindari yang dinamai self harm, walau tak jarang puisi yang ia ciptakan tercipta ketika tubuhnya menghujam sebuah tembok biru.
Cerita ini adalah sebuah kisah klasik
Entah itu kisah klasik saya, anda, dia, dan semesta.Untuk kalian,
Yang sedang berada dititik lemah dan rendah tolong jangan pernah sakiti tubuh kalian, tubuh kalian tak salah. Coba, untuk selalu terbuka dan cerita sesulit apapun kisah dan permasalahan kalian. Tolong, jangan pernah untuk bungkam dan diam, karna self harm adalah sebuah rasa kemarahan yang tak pernah tersalurkan.
Jangan pedulikan mereka yang mencoba menghancurkan tubuh kalian, kalian istimewa, Percaya atau tidak kalian tak pernah sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Abu-abu
PoetryMenulis bagi saya adalah sebuah pondasi, mereka tercipta tanpa ada sedikit pun dusta ataupun tak perlu takut untuk menyinggung perasaan orang, mereka nyata bagi saya. Mereka tumbuh menjadi bait dan larik yang mempu meredam luka, walau hanya sementar...