patera bumi

14 1 0
                                    

Perkenalkan, ini saya.

Yang saban hari mencoba menelpon Tuhan dengan mulut yang penuh gemeletuk kebohongan.

Gigi-giginya tengah berada diakhir kehidupan sebab terlalu banyak keluhan.

Sedangkan pada kepalanya tengah bersemedi, Mencoba berintraksi dengan malaikat perenggut kehidupan.

Raganya sedang terombang-ambing pada titik takdir. Padahal, Jiwanya baru mengukir takdir yang baru setengah semester.

Semuanya sia-sia
Pasrah -- putus asa
Sebab rasa yang semakin sulit didefinisikan.

Mereka bergerombol menutut penyuaraan
Tapi kian kecut karna tak ada indera yang mau mendengarkan.

--Triwidianp

Bandung.

Sajak Abu-abuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang