Aku yang keterlaluan atau memang dunia yang menyeramkan?
Kehidupan yang kian carut marut mengungkungku pada jiwa adikara
Sebab hidup yang penuh balada
Bak kematian yang terpampang didepan mata
Pula raga yang setiap waktu ingin binasa.Aku yang tak bisa diam barang seditikpun
Kini hanya bisa diam layaknya figura dikerumunan
Figura tua dengan abu yang tak pernah ditiupkan
Padahal pasang surut laut sudah siap berlayar pada kematian.Sepertinya tak makan berhari - hari menjadi ide yang hebat
Walau yang dinanti tak pernah datang melesat
Padahal sudah sering kulakukan hingga tersayat
Yang ada malah lolongan ibu tua layaknya hutbah jum'at.Sepertinya menyebrang tak tengekok kanan kiri
Mampu membuat jantung terhenti
Walau kemungkinan kecil dan agak lama untuk mati
Tapi bisa jadi tontonan pula hiburan jutaan pasang mata nanti.Sepertinya tenggelam dikedalaman cukup menyenangkan
Wajah yang membiru dan dapat melihat paus yang kesepian
Bernyanyi bersama dengan suara yang indah dan jeritan yang menyakitkan
Terlepas dari kenyataan bahwa ia sengsara dan sendirian.--Triwidianp
Bandung.
-------
Pernah gak ngerasa sudah tidak berguna lagi didunia? Terus pernah muter otak buat ngelakuin berbagai cara?Salah tiganya puisi yang diatas.
Ngerasa terpuruk dan sendirian, tapi gak tau harus ngapain. Cerita gak bisa karna kadang gak temen buat diajak ceriga dan mendem malah buat gila dan gak karuan?Coba, deh tangisin. Kadang ada rasa yang gak bisa diungkapain sama kata-kata tapi bisa berkata cuman lewat air mata.
Kamu gak sendirian♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Sajak Abu-abu
PoetryMenulis bagi saya adalah sebuah pondasi, mereka tercipta tanpa ada sedikit pun dusta ataupun tak perlu takut untuk menyinggung perasaan orang, mereka nyata bagi saya. Mereka tumbuh menjadi bait dan larik yang mempu meredam luka, walau hanya sementar...