Jaemin mencoba keluar sebentar dari apartemennya, menikmati udara di sore hari.
"Jaemin."
Ia menghentikan langkahnya, dan merasakan sosok yang memanggilnya menarik pergelangan tangannya.
"Je-Jeno."
"Kau kemana saja Jaem? Aku khawatir padamu saat kau tidak masuk kuliah."
"Kau tau darimana-
"Itu tidak penting, sekarang jelaskan mengapa kau meninggalkanku?"
Jaemin mendorong tubuh Jeno agar menjauh darinya.
"Menjauhlah Jen."
"Tidak, kau harus menjelaskan padaku kenapa kau melakukan ini."
"Lepaskan tanganku!"
"Ku mohon Jaem, jelaskan padaku."
"Kau!!-
"Katakan padaku, katakan sekarang Jaem!"
"KARENA AKU MENCINTAIMU!!"
Jaemin tidak bisa lagi menahan amarah dan perasaannya.
"Kau puas kan? Sekarang tinggalkan aku."
"Tidak, kau harus menjelaskannya."
Jaemin langsung menghadap Jeno.
"Baiklah, jika itu yang kau mau. Ikuti aku."
-
-
-
Mereka pun berhenti di sebuah taman bermain.
"Kau pasti sudah tahu bagaimana cinta pandangan pertama, seperti itulah."
Jeno pun melihat Jaemin yang sedang duduk di sebuah ayunan.
"Aku mencintaimu sejak kita Sekolah."
Jaemin tersenyum melihat reaksi Jeno.
"Kau pasti terkejut, selama itu aku mencintaimu. Dan aku juga tahu jika kau bersama Renjun.
Aku hanya bisa melihatmu dari jauh."
Jaemin menatap Jeno, "Jujur saja, sakit sekali jika aku melihat kalian berdua. Namun apa yang bisa ku lakukan? Aku hanya bisa melihatmu dan menahan perasaanku.
Aku tidak ingin menghacurkan hubungan kalian dan mencoba menjauh darimu.
Dan sekarang kita bertemu lagi, di jurusan yang sama, kelas yang sama. Kau tahu kan, aku sudah melakukan apapun untuk melupakanmu. Lihat apa yang terjadi, kau semakin membuatku jatuh kepadamu untuk kedua kalinya."
Jeno langsung menggenggam tangan Jaemin.
"Aku benar-benar tidak percaya ini, ku pikir hanya aku saja di sini."
"Apa maksudmu Jen?"
Wajah mereka begitu dekat, mereka bisa merasakan deru napas satu sama lain.
"Aku juga mencintaimu."
Jeno mengecup bibir pemuda manis itu dan ia bisa melihat bagaimana wajah lawan bicaranya itu.
"Wajahmu memerah."
Jaemin pun melihat ke arah lain.
"Jangan seperti itu."
Jeno pun menyentuh wajah itu, dan mencoba menghadap ke arahnya.
"Kau sudah membuatku gila. Kau tahu, aku merasakannya ketika aku mengambil gambar dirimu. Kau benar-benar indah.
Kau selalu tersenyum, tidak pernah sekalipun kau marah ketika aku melakukan sebuah kesalahan. Entah kenapa saat kau bilang aku sudah tidak membutuhkanmu lagi, aku begitu kesal. Setelahnya kau menghilang dariku.
Akhirnya aku mencari tahu dimana keberadaanmu, dan kau ingat guru kita? Yups, yang meminta kau untuk menjadi tutorku. Ia mengatakan kau masuk jurusan Teknologi Informasi. Akhirnya aku pun mendaftar di sana, dan lihatlah. Kita bertemu lagi."
Jaemin berkedip beberapa kali, ia masih penasaran akan sesuatu.
"Bukankah kau dengan Renjun kembali?"
Jeno menggeleng.
"Dia hanya ingin meminta maaf kepadaku, dan mengundangku di pernikahannya. Tapi, aku tidak bisa. Maka dari itu, dia memintaku memeluknya untuk terakhir kalinya."
Jeno pun menyatukan dahi mereka agar bisa menatap lebih dekat.
"Jangan tinggalkan aku Jaem."
Jaemin pun menatap Jeno.
Hal tak terduga pun terjadi, Jaemin mencium pipi Jeno.
Ia bisa melihat Jaemin terkekeh.
"Aku senang mendengarnya."
Jaemin akan membisikan sesuatu padanya.
"Aku mencintaimu Lee Jeno. Mulai hari ini, esok, dan seterusnya . . . .
Aku tidak akan meninggalkanmu."
Jeno tidak menyangka Jaemin mengatakan hal tersebut.
"Aku tidak percaya kau akan mengatakan itu."
Jaemin memeluk tubuh Jeno.
"Karena, aku hanya akan mengatakannya padamu."
Mereka memberikan senyum satu sama lain.
"Jaemin, aku akan selalu mencintamu.
Selamanya."
Selama aku Sekolah . . .
Di umur 18 tahun, aku mulai jatuh kepadamu.
Dan kini, kau juga mencintaiku.
Mulai sekarang . . .
Hubungan kita telah terjalin menjadi sebuah ikatan antara aku dan kamu.
The End
- Din
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙀𝙞𝙜𝙝𝙩𝙚𝙚𝙣 | 𝙽𝙾𝙼𝙸𝙽
Fanfiction[Fanfiction : Nomin] "I have loved you since we were 18. To be loved, to be in love." Cast : • Na Jaemin • Lee Jeno Other : • Lee Haechan • Huang Renjun • Wong Yukhei