Benar ya manusia itu meski sekeras apapun ia mengucapkan kata sabar, ia tak akan bisa sesabar itu.
Katanya kalo orang bilang
"sabar ya"
"Sabar dong"
"Sabar kenapa sih"
"Sabar woy"
"Jadi orang nggak sabaran banget"
Berarti orang yang bilang "Aku udah sabar"
"Dari tadi ditungguin, untung masih sabar"
Mereka yang menunjukkan Batas kesabaran mereka hanya sampai saat itu saja. Kendati orang bilang sabar itu ada batasnya, memang tidak salah juga, karena sifat manusia itu labil banget.Ada manusia yang suka terburu buru, lebih cepat lebih baik, teliti dengan hasil yang maksimal.
Tipe selanjutnya ada yang suka santai banget, bahkan sampe greget kenapa dia bisa se santai itu, bahkan sampai menguras kesabaran.
Tipe selanjutnya, Ada yang bilang "Gue udah sabar dari tadi" itu hanya di mulut saja, hatinya belum tentu sesuai dengan apa yang di ucapkan.Kalau saja ada tes atau alat yang bisa mendeteksi kejujuran tanpa harus di pasang selang dan di dudukan di atas kursi, seribet itu ya, dan hadir sebuah alat untuk pendeteksian kesabaran. Hehehe pinjam saku ajaib nya dulu ya doraemon:)
Kesabaran bisa menguji kita kapan saja, contohnya saja malam ini, ban mobil belakang tiba tiba saja kempis tanpa di duga, padahal perjalanan pulang menuju rumah kurang 7 km lagi. Al hasil aku, umi, dan mb ipar di turunkan di depan apotek, mobil melaju mencari rumah sakit pengobat ban kempis.
Kalau saja bisa pinjam saku doraemon sebentar, malam ini aku ingin mempunya alat penambal ban kempis tanpa bantuan manusia sudah membaik. Setelah Sekian lama aku bercanda tawa bersama umi dan mb ipar di pinggiran jalan. Iseng iseng aku duduk di trotoar saat umi dan abi ke apotek untuk lihat lihat.
Menonton video di youtube, menengadahkan kedua tangan kayak pengemis, sampai di lihatin beberapa pengemudi motor yang lewat. Aku terhenyak saat berjalan menuju rumah sakit penambal ban banyak sekali terjajar cowok cowok yang sedang menikmati PJJ, sayang mereka menikmatinya dengan menongkrong di warung makan depan trotoar.
Setelah berjalan sekian lama, kami belum juga sampai ke tempat tujuan, umi memutuskan untuk berhenti dan belok arah menuju trotoar yang sepi sama cowok cowok yang nongkrong, aku dan mba ipar ku mengikuti dari belakang.
Hal yang tak terduga, kejadian kecil seperti kejutan untuk mengetes tingkat kesabaran kami, sejujurnya aku sempat lelah karena harus berjalan cukup jauh. Tapi kembali lagi, semakin aku mengeluh semakin terlihat batas kesabaranku sampai dimana.
Written by: Hilda yang lagi belajar nulis
Feel free kalau mau nanya nanya tentang kepenulisan, aku suka banget kalo di tanya ttg nulis nulis gitu.
Semoga enjoy baca tulisannya, dan kalau ada typo berkeliaran mohon di maafkan ya :)
Pokoknya i love you all the best yang udah baca sampai part ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATAQUotes
PoesíaSejuta Rasa yang belum sempat kuucapkan... Kelak kau kan mengerti...