Lelaki itu terbangun dari mimpinya,ia tetap dengan hati yang menyimpan rasa penasarannya terhadap gadis itu. Terpampanglah jam dinding yang menunjukkan waktu dini hari. Hari ini tepat satu tahun bertemunya ia dengan gadis yang ia cintai.
Ia terbangun dan menuju ke kamar mandi,setelah ia selesai mandi. Ia memilih pakaian informal untuk hari ini. Kemeja berwarna hijau army menjadi pilihannya,ia padukan dengan kaos lengan pendek serta celana jeans panjang dan sneakers berwarna abu abu.
Ia menatap pantulan bayangannya di cermin yang berukuran cukup besar. Kini,lelaki itu sudah jauh berbeda dari dulu. Tak lagi memiliki pipi chubby,badan yang gemuk,mata yang terlalu sipit.
Walaupun kini penampilannya jauh berbeda,namun tetap saja tak dapat mengubah tekadnya. Ia bertekad untuk mencari keberadaan sosok sang pujaan hati. Sepulang ia beribadah,ia pergi ke pusat pembelanjaan yang dulu menjadi tempat paling bersejarah baginya.
Iya,pusat pembelanjaan itu menjadi tempat bertemunya kedua insan. Ia berharap,sosok yang ia cari berada pada pusat pembelanjaan tersebut.
Lelaki itu memasuki pusat pembelanjaan,pergi mengunjungi tempat bermainnya para anak anak. Ia mencoba mencari sosok gadis itu,walaupun informasi yang ia dapatkan hanya mengenal wajah serta suara. Itu tak menjadi masalah bagi lelaki itu.
Pasalnya ia menyakini bahwa,usaha sebanding dengan hasil. Niat yang baik dapat di wujudkan dengan cara berusaha sekeras tenaga. Walaupun baru kali ini,ia merasakan cinta yang begitu mendalam. Aneh,namun nyata.
Ia tetap tak bisa menemukan gadis itu,lelaki itu hanya pasrah dengan keadaan yang berlaku. Pasalnya,informasi yang ia dapatkan hanya sedikit.
Kevan seperti sosok yang benar benar frustasi. Hampir setiap pulang sekolah ia pergi beribadah. Untuk menemukan sosok yang ia cari.
Wanita itu selalu terngiang ngiang dalam benaknya,senyumnya yang manis bagaikan gula jawa,harumnya yang khas membuat candu tersendiri bagi Kevan.
Temannya terheran heran dengan lelaki itu,bagaimana mungkin sosok Kevan yang terlihat anti dengan perempuan. Bahkan sering di beritakan lelaki itu gay dengan sahabatnya sendiri yang bernama Edward. Sudah sejak ia duduk di bangku Taman kanak kanak,Edwrad selalu menemani Kevan.
Eits jangan salah,kepribadian Edward sangat bertolak belakang dengan Kevan. Edward yg terkenal yadong,suka mempermainkan cewe,playboy,songong. Berbeda dengan Kevan,lelaki itu sangat patuh terhadap agama yg di anutnya,polos,anti dengan cewe,atau bahkan lelaki ini tak mengenal cinta.
Itu membuat Edward merasa kebingungan dengan sikap Kevan yang selama satu tahun ini terlihat seperti orang putus cinta.
Bagaimana bisa lelaki modelan seperti Kevan mengenal cinta? Jangankan mengenal cinta,mendekati cewe pun seperti tidak.
"Gimana van? Dah dapet cewe yang lu maksud itu?"
"Ga ada ward"
"Ya lah,ya kali nih ya? Lu pikir misalnya cewe itu seusiaan kita? Pasti dia ga bakal main ke wahana anak anak lah. Ya kali gitu,pasti kalo cewe seusiaan kita tuh nongkrongnya di caffe"
Kevan mencoba mencerna apa yang Edward bicarakan,tentu saja sedikit masuk otak. Pasalnya kini dirinya tak pernah bermain di wahana permainan itu. Jika ia ke pusat pembelanjaan hanya untuk ke salon untuk potong rambut dan beli kebutuhan saja.
"Bener juga"
"Makanya nih jangan noob kalo pasal cewe,kek gue nih ahlinya"
Edward dengan bangga menyombongkan dirinya,tak heran dengan Edward. Meskipun badannya yang berisi,namun ia mampu menakhlukkan hati cewe. Apa lagi jika tidak menuruti kemauan para gebetannya?
"Kuy lah van kita nongkrong aja di situ"
Kevan mengikuti arah yang di tunjuk oleh Edward dengan cepat lelaki itu mengangguk. Perutnya pun sudah berbunyi,menandakan harus segera di isi.
Kevan hanya memesan desert dan huzellnut coffe. Sedangkan Edward tak tanggung tanggung memilih berbagai macam makanan dan minuman. Kevan tak heran dengan makhluk gentong di depannya,meskipun Kevan harus rela merogoh sakunya lebih dalam untuk membayar tagihan makanan dan minuman yang di pesan oleh sehabatnya ini.
"Ward inget lu mau diet"
"Lu jangan pelit pelit sama sahabat sendiri kenapa?! Bilang aja lu ga mau duit lu ke kuras"
"Sorry,duit gue ga bakal habis kalo cuma traktir lu" Ucap Kevan
Pasalnya sudah terbukti,ia beberapa kali membayari Edward saja ia tetap bingung mau di gunakan untuk apa lagi uang yang ada di dalam atmnya.
Makanya banyak cewe yang meminta agar Kevan menjadi pacarnya,namun tetap saja lelaki itu tak mau. Body goals tak cukup untuk dirinya. Kevan sangatlah selektive bahkan ia saat memilih sneakers pun ia dengan teliti memperhatikan jahitan atau lem yg ada di sneakersnya.
Apalagi dengan pasangannya? Kevan memang tak pernah memandang dari body karena dulu ia pernah mengalami body shaming dan itu tidak mengenakkan. Hatinya terasa berdenyut nyeri walaupun itu hanya candaan.
"Iya deh yang sultan mah bebas" Ucap Edward sembari menikmati hidangan yang baru saja pelayan berikan.
"Van,cewe yang lu cari kaya gimana sih? Udah kaya buronan aja dia anjir"
"Lu mau liat?"
"Boleh lah kalo cantik gue gebet" Ucap Edward dengan memberi bonus ketawa di akhir kalimat.
Kevan yang mendengar ucapan Edward pun melotot horor. Benar benar seperti singa yang akan menerkam mangsanya.
"Santai van,gue bukan tipe cowo pemakan temen kok"
"Iya gue tau,nih ilustrasinya" Kevan menyodorkan buku gambar yang memperlihatkan sketsa wajah gadis yang ia cari selama ini.
Edward memperhatikan dengan teliti gambar tersebut,tak sedetikpun ia berpaling dari wajah itu.
"Kayanya gue pernah ngeliat tapi siapa ya?" Batin Edward
Edward tetap menatap gambar itu dengan serius,sketsa gambar itu mempunyai aura tersendiri. Aura kebahagiaan dan tak lupa terdapat aura cinta. Mungkin saat Kevan menggambar gadis ini dengan rasa cinta yang begitu dalam. Sehingga mampu membuat gambar itu lebih berkesan nyata.
Namun di pikirannya ia seperti pernah melihat sosok yang di gambar oleh Kevan. Sayangnya ia terlupa dengan nama gadis itu.
"Arghh sial" ucap Edward
Kevan yang mendengar umpatan Edward pun beralih ke arah Edward. Makanannya ia abaikan,pasalnya sepertinya Edward sedang emosi?
"Lu kenapa ward? Ga kesurupan setan kan?"
"Ga tadi gue kek keinget pacar gue lagi ngambek"
"Ouh gue kira lu kesurupan"
"Yang ada setannya ga bisa membentuk tubuh gue anjr,kan tubuh gue over over size"
Mereka tertawa bersama,Edward dan Kevan memanglah cowo yang humoris. Namun lihat kondisi terlebih dahulu.
"Gue harus cari tau dia,pasalnya gue kaya kenal itu cewe. Gue harus bantu Kevan,karena kesempatan ini sungguh langka"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Boyfriend
Romantizm"Buku itu telah usang,seperti kisah seseorang yang menunggu di ambang penantian" Menunggu adalah kata kata yang selalu menyertai kehidupannya. Rasa cinta pada gadis itu semakin bertambah seiring berjalannya waktu. Happy reading! ^-^