Aku menerima semua ini, karena aku pantas mendapatkannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat Membaca
Don't forget to vote 🌟
.
.
.
.
.
.Mata wanita itu memandang lurus menembus kaca jendela yang berembun, menembus udara dingin, menyusuri hutan-hutan dan jalanan berkelok. Raganya disini, berdiri di depan jendela, tapi pikirannya jauh membuana ke belahan dunia lain.
Kedua tangannya bersidekap, erat-erat memeluk tubuhnya sendiri, seakan menahan agar tubuhnya tidak hancur berserakan, matanya masih memandang ke luar jendela.
Suara derap langkah terdengar mendekat, ia menegakkan posisi berdirinya, masih bersidekap.
Suara langkah itu berhenti tidak jauh dari tempatnya berdiri, lalu hening beberapa saat.Ia pun membuka suara. "Ada apa?" tanyanya hampir berupa bisikan.
"Pukul 08.36 sampai 13.20." kata seseorang dibelakangnya dengan nada datar.
Ia menghela napas panjang, menyentuh kaca berkabut itu dengan jarinya. "Ada kemajuan?"
Tidak ada jawaban apapun yang terdengar, jadi ia menengok kebelakang untuk melihat ekspresi lawan bicaranya.
Bibirnya melekuk kebawah saat melihat gelengan samar nampak dari orang itu.
Cepat-cepat ia kembali menengok ke arah jendela. Kembali mendesah lelah. "Ku kira sudah saatnya." Kembali ia memeluk tubuhnya sendiri erat-erat, merasakan bahwa tubuhnya benar-benar hampir berserak di lantai.
"Kau yakin?"
"Tentu, kita sudah pernah membahas ini." katanya sedikit melirik kebelakang. "Lakukan saja."
******
Kevin memandangi beberapa berkas ditangannya dengan kening berkerut dalam, cupingnya kembang kempis memperhatikan beberapa foto dan tulisan-tulisan di berkas itu dengan pikiran yang melayang jauh ke masa dua tahun yang lalu.
Sama sekali tidak ada petunjuk!
Ayolah! Apa yang dia lewatkan!
Kevin memeras otaknya, tapi sia-sia, karena yang ia dengar hanya bisikan samar yang mengganggu.
"Aku sudah memeriksa cctv di depan gedung Graha, Wallas, Dan juga cctv taman Bougenville. Tidak ada tanda-tanda apapun sejak pukul 9 sampai pukul 12 siang." Darwin menjelaskan, matanya menatap lurus kearah Kevin yang masih memperhatikan berkas ditangannya.
"Bahkan, cctv jalanan bersih, sama sekali tidak ada petunjuk." lanjutnya terdengar serius.
"Bagaimana menurutmu?" Kevin meletakkan berkas itu keatas meja, memandang lawan bicaranya dengan tatapan hampa.
"Aku akan mempelajari ulang rekaman cctv di kantor polisi itu." kata Darwin hampir serupa cicitan, tapi berhasil membuat Kevin mengingat fakta bahwa, kantor polisi adalah tempat terakhir 'Dia' terlihat, walau hanya beberapa detik.
"Darwin, aku semakin tidak sabar." tangan Kevin terkepal diatas meja, "rasanya satu tahun ini kita hanya berputar-putar ditempat, Tidak ada kemajuan."
"Kita tidak punya banyak petunjuk, Kevin, itu masalahnya. Semua rekaman cctv di rumah sakit menghilang, yang kita punya hanya rekaman cctv di kantor polisi itupun tanpa petunjuk tambahan, ini sulit." Darwin mengetukkan telunjuknya keatas meja.
"Lalu, ponsel itu?"
"Semua datanya sudah lenyap, tidak ada yang bisa di simpulkan dari sana, selain sidik jari, dan jelas tidak ada sidik jari orang lain disana." Ekspresi Darwin mengeras, meladeni tatapan menusuk dari Kevin kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOCKED
Lãng mạndi sarankan membaca cerita sebelumnya 👉 PERFECT TROUBLE👈 update random day sesuai mood genre : Romance Jangan lupa komen dan vote, terima kasih 😍