L I M A

364 37 15
                                    

Katakan padaku, berapa lama lagi aku harus di hukum?
.
.
.
.
Selamat membaca 🌟
.
.
.
.

Xanny ~ Billie Eillish

Senyum merekah di bibir Kevin. Mobilnya melaju pelan di jalanan yang saat itu agak sepi. Perasaan terganggu karena kedatangan Nana sangat cepat terinterupsi dari pikirannya, memiliki mental yang tidak stabil cukup menguntungkan juga, karena perubahan Moodnya bisa berubah dengan cepat.

Kevin hanya berharap tidak akan bertemu Nana lagi, wanita itu hanya membawa pengaruh buruk bagi dirinya.

Mobil Kevin berhenti di halaman parkir sebuah distro. Senyumnya kembali mengembang, ia teringat setengah tahun lalu menemukan tempat ini, dan juga sebagian kepingan masa lalu yang mengingatkannya pada Popor.

Kevin turun dengan anggun, memakai kaca matanya sebelum melangkah santai masuk kedalam Distro itu.

Kedatangannya langsung disambut tatapan tidak suka dari seorang wanita berambut pendek sebahu. Senyum yang awalnya menghiasi wajahnya lenyap seketika saat matanya menangkap sosok Kevin yang tengah berdiri di depan pintu.

Kevin tersenyum manis sambil melambai, mengucapkan 'Hai' tanpa suara.

Wanita itu tidak menjawab sapaan Kevin, hanya terlihat bahunya yang bergerak menghela napas. Lalu dengan langkah cepat wanita itu berjalan kearah Kevin, melewatinya begitu saja keluar dari pintu toko.

Seakan sudah mengerti Kevin memberi jalan untuk wanita itu, juga mengikuti langkah cepatnya keluar dari pintu.

Kevin sudah tau tempat apa yang wanita itu tuju, jadi ia tidak terburu-buru, dia hanya melangkah pelan sedangkan wanita didepannya sudah masuk lagi kesebuah pintu kafe yang berada tepat di samping distro itu.

Sedangkan Kevin masuk kesana beberapa saat kemudian, sengaja berlama-lama dengan langkahnya. Si wanita sudah duduk di sebuah meja kafe, tidak lagi sendirian, karena disampingnya seorang pria sudah ikut bergabung dengannya.

Kevin tersenyum lagi, lalu sedikit mempercepat langkahnya menuju meja itu.

"Apa kabar?" sapa Kevin ramah sambil mendaratkan bokongnya di salah satu kursi yang kosong.

Dua orang didepannya diam saja, memandang sinis pada Kevin, si wanita bersidekap, sedangkan si pria terlihat memijat dahinya.

"Bisakah kau tidak mengusik kehidupan kami lagi?" Si wanita bicara, nadanya setengah memohon.

"Aku hanya ingin mengunjungi teman lama, apa tidak boleh?" Kevin menyahut sambil tersenyum.

"Kami bukan teman mu!" bentak si wanita.

"Semua teman Popor adalah temanku juga, kan?"

"Dasar, kau____"

"Ve, sudahlah, kau tidak ingin dia mengamuk lagi, kan?" Si pria dengan cepat menangkap pergelangan tangan wanita bernama Olive itu yang sudah siap beranjak dari duduknya, melakukan apapun yang terpikir dalam otaknya untuk mengenyahkan ekspresi tersenyum dari wajah Kevin, tapi Kresna memang selalu saja terlalu lunak.

"Lihat, dia saja mengerti." Kevin menunjuk Kresna, dengan ekspresi kelewat geli.

Olive kembali duduk, wajahnya nampak menahan amarah, dia kembali bersidekap, menutup matanya, berusaha menyabari dirinya sendiri.

"Maaf."

Olive membuka matanya cepat, dan ekspresi Kevin sudah berubah. Mendung menyelubungi wajahnya, keceriaannya sudah lenyap.
Olive menegak salivanya kasar, dia adalah salah satu orang yang mengikuti jejak Kevin sebelum dia memutuskan untuk pergi, dia tau apa yang terjadi padanya saat ini lebih dari adil baginya, atas segala sesuatu yang dilakukannya di masa lalu, tapi tetap saja, Olive tidak bisa menahan rasa ibanya saat melihat bagaimana keadaan Kevin saat ini.

LOCKEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang