Saya berjanji akan pencet vote.
Sudah berjanji, harus ditepati yaa
—————————
"Nghh."
"Dimana ini?"
"Kamar Jin." Batin Areum yang mulai mengeluarkan rona merah di kedua pipi nya. Segera ia beranjak berdiri dari ranjang dan berjalan keluar kamar.
"Jin?"
"Areum.."
"Maaf Areum."
"Aku tidak mau kamu melihatku seperti itu tadi.."
"Kenapa Jin tidak bilang takut dengan pesawatnya? Aku tidak akan bercanda seperti itu tadi."
"Maaf Areum.. Aku jadi merasa tidak enak menceritakan Eunha terus menerus denganmu. Menyakitimu terus." Ujar Jin tampak menurunkan kedua alisnya.
"Hmm sini ikut denganku." Jin menarik pelan tangan gadis itu menuju keluar hotel.
Jin mengajak Areum duduk di kursi taman, menikmati taman indah nan luas dengan kicauan burung merdu di belakang gedung hotel yang Jin tempati.
Suasana taman cukup cerah, namun, sepi karena masih pagi. Hanya beberapa orang saja yang tampak sedang beraktivitas lari pagi.
Tidak lama, Jin membawa sebuah keranjang kue yang berisi banyak cupcake warna-warni, sehingga kue itu terlihat lucu dan imut, mungkin Areum tidak akan tega memakannya karena keimutan cupcake itu.
"Bwapak.. bihswa-bihswa aghu genduwt nhantwi." Ucap gadis itu dengan mulut penuhnya.
"Ya Areum, habiskan dulu kue mu." Mencubit gemas ujung hidung Areum.
"Bisa-bisa badanku berubah gendut nanti."
"Tidak ada alasan." Jawab Jin, kemudian bergerak ingin tidur dipangkuan gadisnya.
Areum kini wajahnya merah, kembali melanjutkan menikmati kue cupcake imut.
"Enak?" Tanya pria itu.
"Enak."
"Hari ini.. Boleh seperti ini dengan Areum ya.. Aku sedang sedih." Ucap Jin memejamkan kedua matanya.
"Jin.." Batin Areum.
"Bisa setiap hari? Bukan hanya hari ini saja."
"Jin tidur ya?" Tanya Areum.
"Aku sayang pak Jin, sangat sayang." Ucap Areum mengelus lembut surai lelaki itu.
"Jangan membentak ku seperti tadi, aku takut." Sambungnya.
"Bisa berhenti memanggilku bapak?"
"HAH Sejak kapan bapak- maksudnya Jin, bangun?"
"Sejak kamu bilang sayang padaku. Ayo bilang lagi!" Titah Jin.
"Tidak mau!"
Sekarang kedua pipi milik Areum menjadi merah padam, ia sangat malu sekarang. "Bilang!!" Perintah Jin.
"Aku sayang kamu." Jawab Areum sedikit mengerucutkan bibirnya.
"Bilang, tidak mau panggil 'bapak' lagi."
"Tidak mau panggil 'bapak' lagi."
.
.
.Hari kedua libur sekolah setelah kejadian kue cupcake.
"Areum.." Panggil bibi.
"Iya bi?"
"Sudah dapat pilihannya?"
"Ah itu, Areum belum tahu bi." Ujarnya berbohong.
Namun bibi tahu persis bahwa Areum merasa tidak enak hati, lantaran biaya kuliah dokter yang sangat mahal.
"Nak Areum. Jangan pikirkan soal biaya. Bibi sudah lama menyiapkan cukup tabungan untuk pendidikanmu." Ujar bibi terdengar yakin.
"Ta–tapi bi. Areum mengambil buruh kerja saja bi, tidak apa-apa."
"Areum, jangan mengecewakan bibi." Ujarnya memohon.
"Bibi akan pindah ke osaka setelah kamu lulus." Sambung bibi tua itu.
"O-osaka? A-aku tidak mau tinggal sendirian bi."
"Kenapa harus sendirian? Kamu kuliah dan ikut bibi tinggal disana, sambil menunggu kuliahmu selesai."
Areum tercengang. Lagi-lagi dirinya didatangi oleh kabar yang datang dengan tiba-tiba. Ia sangat bingung harus menjawab apa.
"Tapi bi--"
"Pikirkan baik-baik Areum."
.
.
.Jin POV
"YA! Namjoon apa-apaan ini?" Namjoon menyodorkan amplop secara tiba-tiba.
Amplop itu berisi foto Areum yang masuk menuju kamar Jin melalui CCTV. Membuat Kim Seokjin tercengang kaget saat meminum teh.
"Seharusnya aku yang bertanya padamu hyung. Kenapa seorang gadis tidur satu kamar denganmu."
"Ternyata, disekitar sini banyak penguntit. Cih."
"Jin hyung, apa kau benar-benar sudah melupakan Eunha istrimu?" Tanya Namjoon serius pada kakaknya.
"Kau menyuruhku untuk berusaha, tapi lihat? malah membuatku selalu mengingat dirinya." Jawabnya datar.
"Tapi hyung—" Ucap Namjoon yang terhenti.
"Buatkan segera surat perceraian. Tidak lama lagi aku akan bertunangan dengan Areum."
Jin POV end
—————————
KAMU SEDANG MEMBACA
I Remember You | KSJ
Romance[020520] - [170820] Seokjin terikat masa lalu lima tahun silam akan kematian istrinya. Membuatnya menjadi pribadi yang dingin dan diam. Namun hidupnya yang suram berubah drastis ketika dia bertemu gadis remaja yang usianya sangat jauh dengannya. "Eu...