(3) maaf dan terimakasih

1.1K 170 7
                                    

Gue melangkah keluar panti setelah izin pada ibu. Seperti yang pernah Haruto katakan minggu lalu, gue dan dia bakalan jalan berdua

Senyum gue terkembang tat kala menemukan haruto yang tengah duduk di atad motornya sembari menunduk karna fokus pada ponselnya

Tiba tiba ponsel gue berdering membuat haruto yang tengah meletakan ponselnya di telinga mendongak

Gue meraih ponsel gue lalu mengecek siapa yang menelfon gue. Setelah tahu gue pun mendongak menatap balik Haruto lalu tertawa

"Gak sabaran dasar" ucap gue sembari beranjak semakin mendekat, Haruto ikut tertawa lalu menyimpan ponselnya kembali di saku celana

"Lama sih"ucapnya lalu menyerahkan helm ke arah gue

"Izin sama ibu terus ngebujuk Joo tadi" jawab gue lalu menerima helm itu lalu mengenakannya

"Kalo Joo mau ikut gak papa, biar kita kaya keluarga bahagia" canda Haruto lalu memasang helmnya. Gue mendecak lalu memukul punggung haruto kesal

"Nyebelin"

Cowok itu tertawa, "udah ayo naik, nanti kemaleman" titahnya. Gue mengangguk lalu menaiki motornya

"Mau kemana?"tanya gue pada Haruto, cowok itu menoleh sebentar lalu menarik kedua tangan gue untuk di lingkarkan di pinggangnya

"Peluk dulu baru kasih tau" gue mendecak lalu melepaskan pelukan itu sedangkan Haruto sudah tertawa puas karna berhasil menggoda gue

"Yang bener ih, aku udah bela belain loh pergi malam padahal udah janji bacain dongeng ke anak anak" ucap gue sebal. Haruto mengangguk angguk lalu menyalakan motornya. Cowok itu tetap diam bahkan saat motor yang kami naiki ini mulai melaju

"Ihh mau kemana!?" tanya gue sekali lagi dengan nada kesal sembari mendekatkan tubuh gue agar cowok itu dapat mendengar

"Ke tempat yang bukanya kalo malam doang" jawabnya sembari tertawa. Gue mendecak kesal lalu kembali diam sampao tempat tujuan

Gue mengedarkan pandangan. Menatap ke arah depan di mana adanya sebuah kerumunan yang sepertinya sebuah pasar malam

Setelah haruto memakir motornya gue langsung turun tanpa di titah sembari melepaskan helm dan menyerahkan benda itu pada Haruto

Haruto turun dari motornya setelah melepaskan helm dan sedikit merapikan rambutnya cowok itu berdiri tepat di depan gue

Gue mendongak sedikit guna menatap wajah si cowok yang terlampau tinggi untuk gue yang hanya sebatas dadanya

"Kenapa ke pasar malam?" tanya gue pada cowok itu. Haruto menggeleng pelan seakan mengisyaratan kalimat 'Enggak papa' pada gue

Cowok itu bergerak meraih tangan gue yang hendak merapikan rambut. Setelahnya dia mulai nerapikan rambut gue. Jantung gue berdebar kencang seiring dengan senyum manis haruto yang mengembang

"Jadi kita ngapain dulu?" tanya haruto setelah selesai pada rambut gue. Tangannya kali ini dia gunakan untuk menggandeng tangan gue, menggenggam lembut jemari gue

"Terserah kamu" jawan gue seadanya. Sebenarnya inu kali pertama gue ke tempat semacam pasar malam begini

"Mau arum manis enggak?" tawarnya saat kami mulai berjalan memasuki pasar malam tersebut. Gue memggeleng pelan

"Gak suka arum manis. Kemanisan buat aku" jawan gue seadanya. Haruto terkekeh lalu mengusap kepala gue lembut

"Yaudah kamu mau apa, hmm?" tanya cowok itu lagi. Gue mulai mengedarkan padangan lalu menatap biang lala besar yang ada di sana

"Mau naik itu" Haruto menatap ke arah di mana telunjuk gue mengarah. Cowok itu kemudian kembali menatap gue dan mengangguk

"Yaudah ayo" setelahnya cowok itu membawa gue untuk mengantri tiket untuk menaiki bianglala itu

PERFECT

Senyum gue melebar saat menatap ke arah bawah di mana pemandangan kota yang lumayan memanjakan mata terekam indra penglihatan gue

"Seneng?" tanya Haruto yang tengah duduk di depan gue. Menatap gue dengan sorot teduhnya sembari tersenyum

Gue mengangguk, "Banget" sahut gue lalu kembali menatap ke arah bawah setelah tersenyum senang ke arsh Haruto

"Aku suka senyum kamu. Jadi senyumnya jangan sampai hilang ya"pinta cowok itu. Gue mendongak lalu kembali tersenyum

"Selagi semua oramg yang ku sayang ada di sisiku kenapa aku enggak senyum?" ucap gue. Haruto mengangguk lalu mengusak rambut gue dengan lembut

"Makasih enam bulannya" ucap Haruto tiba tiba. Cowok itu menatap gue dengan sorot seriusnya dan tangannya yang menggenggam kedua tangan gue dengan lembut

"Makasih karna bisa bertahan enam bulan ini" ucap Haruto lagi, gue terdiam memperhatikan wajah tampan Haruto yang terlihat  serius sekarang

"Maaf karna enggak bisa selalu ada buat kamu" pintanya. Gue menggeleng pelan guna menjawab ucapannya

"Aku yang harusnya bilang maaf karna nyusahin kamu terus" jawab gue. Kini berbalik, cowok di d depan gue ini terlihat tengah mendengarkan ucapan gue dengan seksama

"Harusnya aku juga yang terimakasih karna mau sama aku walaupun aku begini. I dont deserve it"ucap gue lalu menunduk

Gue selalu merasa enggak pantas setiap kali Haruto memperlakukan gue dengan manis. Gue bahkan belum pernah marah walaupun banyak cewek yang suka mendekati dia, karna gue harus merasa lebih tahu diri. Sudah syukur Haruto yang begitu mau jadi pacar gue yang begini

Kepala gue mendongak kembali setelah dagu gue di angkat oleh Haruto , "Enggak, kamu pantas dan sangat pantas buat aku, yeon. Jangan dengerin orang lain karna mama sama papa aku aja enggak masalah aku sama kamu" ucapnya meyakinkan

"Gak penting apa kata orang selagi hati aku buat kamu. Jangan dengerin mereka lagi ya" pinta Haruto serius. Gue cuman tersenyum tanpa mengangguk atau memggeleng, tanpa kata 'iya' atau 'tidak' untuk menjawab ucapannya

Kalau gue bisa, dari awal gue pasti enggak akan jadi selemah ini. Kalau gue bisa dari awal gue pasti bisa melawan

Tapi gue enggak bisa, ucapan mereka itu benar. Gue terlalu enggak pantas buat cowok yang nyaris sempurna kaya Haruto

Dia orang berada jauh berbanding terbalik dengam gue yang harus bekerja buat bantu ibu

Cowok itu juga pintar dalam benerapa bidang olah raga dan dalam akademik Sedangkan gue hanya pintar di akademik tapi enggak di non akademik

Keluarganya lengkap dan harmonis, juga keluarga terpandang. Sedangkan gue, menatap wajah kedua oramg tua kandung gue aja belum pernah apa lagi tahu mereka itu siapa

Cowok ini juga sopan dan murah senyum. Saat di sekolah enggak sedikit orang menyapanya yang cowok itu balas dengan sedikit memgangguk dan tersenyum

Sedangkan gue? Selalu menunduk bahkan selagi bisa untuk enggak keluar kelas,  gue enggak akan keluar kelas

"Jangan merasa kaya gitu terus. Kamu bahkan terlampau sangat pantas buat ada di samping aku" ucap Haruto lagi saat gue tetap terdiam. Lagi lagi gue enggak mengangguk atau memggeleng, tetap diam dan menatap haruto sembari tersenyum

"Makasih dan maaf, Haru"

PERFECT

End of writing: 21:29 06-06-2020

Author note

YG tanggal debut trejo please😭😂

[3] PERFECT || Watanabe Haruto ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang