(10) Bye

864 120 6
                                    

"Kalo di jemput aja langsung ketekuk gitu mukanya" ucap Haruto yang tengah fokus pada jalanan yang ada di depannya

Gue tetap bergeming, sok tak mendengar ucapan cowok yang tengah duduk di kursi kemudi itu dengan wajah cemberut gue

"Seyeon" seru Haruto sembari terkekeh. Gue mendengus lalu menoleh ke arah Haruto, menatap kesal ke arahnya

"Kan sudah ku bilang, ini tuh malam banget gak usah jemputt" keluh gue kesal. Lagian gue sudah beniat untuk memesan taksi online sebelum akhirnya Haruto tiba tiba datang ke cafe tempat gue bekerja saat tempat itu hendak tutup. Paling pintar memang

"Malahan karna malam aku jadi khawatir kamu pulang sendirian" jawabnya tak mau kalah. Gue menghela nafas, lalu menatap Haruto serius

"Aku bisa kok, ru. Lagiankan ini belum tengah malam" ucap gue meyakinkan. Haruto menoleh sebentar, menatap gue dengan malas

"Tapi kamu cewek, yeon. Gak baik pulang sendirian terus. Sudah aku bilang kan kerjanya di toko kue mama aku aja" ucapnya kesal, namun matanya tetap fokus pada jalanan

"Aku gak mau nyusahin, ah.  Lagian kamu tau sendiri kan mama kamu kalo ke aku gimana" gue meringis saat mengingat betapa ramah dan baiknya Mama Haruto sama gue. Bahkan, beliau sering meminta gue buat bertamu kerumahnya, beberapa kali meminta gue untuk menemani beliau berbelanja juga. Sekali sekali gue iyakan, namun terlalu sering gue malah jadi agak segan. Kalian tahu kan gue itu gimana? Apalagi Mama Haruto sering memaksa untuk membelikan gue pakaian. Mana mahal pula, gue kan jadi enggak enak

"Gak papa Seyeon. Mama malah seneng gituin kamu, jangan ngerasa selalu ngebebani padahal orang itu enggak merasa terbebani sama sekali sama kamu, yeon" ucap Haruto. Namun, gue tetap memggeleng pelan

"Enggak sekarang deh, ru. Aku kan masih bukan siapa siapa di keluarga kamu" jawab gue lirih saat di kalimat kedua

Haruto kembali menoleh sebentar, tangan kirinya bergerak untuk menggenggam dengan lembut jemari gue

"Selalu gitu ngomongnya, apa perlu ku jadiin kamu bener bener anggota keluarga di sana besok?" tanyanya sembari tersenyum untuk menggoda gue. Gue mendecak kesal walaupun wajah gue tengah memerah padam

"Kuliah dulu kamu yang bener" ucap gue sembari menahan senyuman yang hendak terkembang, berusah mempertahankan raut sok kesal gue. Hish, memang paling bisa dia tuh

"Iya, kaya aku kuliahnya gak bener aja sekarang" ucapnya dengan di sertai kekehan kecil. Cowok itu melepaskan genggaman tangannya di tangan gue lalu kembali menyetir dengan menggunakan kedua tangannya

Gue ikut tertawa sembari menyandarkam kepala gue di pintu(?) mobil. Menatap dengan seksama paras tampan cowok itu. Nampak raut serius di wajahnya, membuat gue jadi tersenyum karnanya. Benar kata orang, cowok akan jadi lebih tampan kalau tengah serius seperti ini. Bahkan gue bisa untuk enggak tidur kalau harus merhatiin wajah seriusnya semalaman. Gak akan ada kata bosan, mungkin

Hening cukup lama, sampai akhirnya Haruto menoleh ke arah gue yang tengah menutup mulut karena menguap

"Ngantuk?" tanyanya lembut. Gue mengangguk sembari tersenyum

"Sedikit" jawab gue. Walaupun sebenarnya kalau di ibaratkan lampu, mata gue kini tinggal beberapa watt lagi

"Kalo ngantuk tidur aja, nanti aku bangunin kalo udah sampe" ucapnya, gue menggeleng lalu membenarkan posisi gue untuk duduk dengan tegap

"Enggak, aku belum mau tidur. Mau nemenin kamu nyetir aja" jawab gue lalu menoleh ke arah Haruto sembari tersenyum. Haruto ikut menoleh lalu terkekeh dengan suara beratnya

"Terserah kamu deh, kalo mau turunin tuh haedrest nya biar lebih enak" saran Haruto yang kini kembali fokus ke depan. Gue mengangguk samar lalu melakukan apa yang cowok itu suruh

Setelahnya hening, gue yang tengah bersandar kini menatap Haruto kembali. Kalau di fikir fikir gue tuh bucin akut ya. Duh Cha Seyeon

"Mending kamu tidur deh yeon dari pada liatin aku gitu" suruh Haruto. Gue menggeleng pelan sembari menatap Haruto dengan senyuman

"Aku liatin kamu biar mimpi indah" Haruto terbahak saat kalimat itu gue selesaikan, gak lupa tangannya yang terangkat untuk mengacak rambut gue. Gue juga ikut tertawa sembari merapikan rambut gue yang berantakan

"Pinter ngerdus juga ternyata" ucap Haruto masih dengan sisa tawanya tanpa menoleh ke arah gue

"Iya dong, pacarku kan juga tukang kerdus" jawab gue asal. Haruto menggeleng heran walau kembali tertawa

"Ganteng gini masa jadi tukang kerdus sih" candanya. Gue tertawa lalu memukul bahunya pelan

"Narsis banget sih"

"Tapi benerkan aku ganteng?" tanyanya tengil. Gue mengangguk angguk mengiyakan. Lagi pula gue enghak bohong dengan membenarkan bahwa dia itu 'Ganteng'

"Iyaaa, paling ganteng kamu tuh"canda gue. Haruto kembali tertawa. Tak berselang lama akhirnya mobil cowok itu berhenti tepat di depan kontrakan gue

"Makasih" ucap gue sembari melepaskan seatbelt. Haruto mengangguk untuk mengiyakan ucapan gue, lalu tangannya terulur untuk menahan gue yang hendak membuka pintu mobilnya

"Bentar" tahannya. Gue menoleh ke arah Haruto sembari mengernyit bingung. Namun kernyitan gue luntur seketika saat Haruto mulai bergerak mendekat. Membuat gue terapit tubuhnya dan pintu mobil yang masih terkunci

"R-ru?" seru gue tergegap. Cowok itu tersenyum, namum bukannya senanh gue malah jadi ketakutan

"I love you, Cha Seyeon" bisiknya pelan, membuat wajah gue di terpa nafasnya dengan lembut. Astaga

"E-eh" jujur, gue tengah ketakutan sekarang. Mana pernah Haruto begini sebelumnya

Haruto memundurkan wajahnya lalu terbahak puas, sedangkan gue mendengus kasar lalu memukul cowok itu kencang. Dasar, cuman di becandain doang ternyata

"Yaampun, lucu banget muka kamu" ucapnya yang masih terbahak. Gue cubit tangannya, membuat cowok itu kini mengaduh kesakitan

"Jail banget sih, ngeselin tau. Aku udah takut kamu kesambet tadi" ucap gue sembari menatap cowok itu kesal dengan wajah gue yang tengah merona merah

"Yaampun, maaf deh maaf. Kan aku cuman becanda, yeon" jelasnya. Gue mendengus walau mengangguk kemudian, mengiyakan permintaan maaf yang sudah Haruto lontarkan

"Awas aja gitu lagi" ancam gue. cowok itu mengangguk sembari tertawa, "Iya, enggak kok" jawabnya

Gue mencebikan bibir lalu bergerak untuk membuka pintu mobil, namun saar gue sudah turun dari mobil gue jadi kefikiran buat balas dendam. Ah bener, dia harus di balas biar tau rasa

Gue kembali menatap Haruto membuat cowok itu menatap gue bingung. "Ru" seru gue. Haruto mengangguk

"Iya?"

"I love you too" ucap gue lalu bergerak melayangkan kiss bye pada cowok itu. Setelahnya gue berlari untuk masuk kedalam kosan, meninggalkan Haruto yang tengah mematung di dalam mobilnya

Astaga, apa apaan gue tadi

PERFECT

End of writing: 23:43 18-06-2020

[3] PERFECT || Watanabe Haruto ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang