(9) The Camera

890 121 5
                                    

"Tau gak sih anjir, ternyata penyebab si Seokrin gak ada di acara kelulusan kemaren gara gara dia di pindahin bokapnya ke Malborne" ucap Jaera yang tengah memakan kentang gorengnya di sebrang sana

"Gibah lu gibah" sahut Hara

"Hilih sok lu solikin, padahal kepo juga kan lo" ucap Jaera tak mau kalah. Gue terkekeh, hanya mendengarkan perdebatan mereka berdua yang sendari tadi tak ada habisnya

Jadi, kami bertiga tengah melakukan panggilan vidio di aplikasi whatsapp. Kata Hara, Jaera yang bersikeras juga ingin gue ikut dalam panggilan ini, katanya sih gue juga harus tahu.  Sendari tadi pun gue enggak terlalu banyak nimbrung karna gue yang memang tidak terlalu dekat dengan Jaera. Hanya sebatas saling mengenal walaupun cewek itu pernah membantu gue sekali saat SMA

"Eh yeon, lo udah balikan kan sama Haruto?" tanya Jaera, menghiraukan umpatan Hara di sebrang sana. Gue mengangguk pelan tanpa bersuara, agak segan rasanya

"Bagus deh. Asli ya waktu lo putus sama Haruto gue tuh kesel banget masa, gara gara si Seokrin pula" ucap Jaera menggebu, gue kembali terkekeh lalu mengangguk

"Eh btw, kok dia di pindahin ke Malbourne sama papanya?" tanya Hara setelah selesai menyedot susu kotak yang ada di tangannya

"Kata tante gue sih, katanya si Seokrin itu beneran yang ngejatohin pot kemaren. Cuman ya namanya bapaknya yang punya sekolah jadi di rekayasa. Hish, harusnya dia kepergok kayak yang sama Seyeon kemaren" sahur Jaera cepat, dengar dengar tantenya Jaera itu salah satu TU di sekolah gue. Sebenarnya gue sudah tau soal pot itu dari awal, cewek itu sendiri yang mengatakannya pada gue

"Gue masih bingung sih kenapa dia bisa setempramen itu" sahut gue tiba tiba. Jaera menatap ke layarnya ponselnya sebentar lalu mengangguk

"Kurang kasih sayang sih kalo kata temen sekelasnya. Dia di sekolah aja enggak punya temen deket yeon, temen biasa doang" jawab Hara

"Ortunya kaya banget sih, pasti sibuk. Ya kasian sih sebenernya, cuman ya tetep aja gue kesel sama dia" ucap Jaera menimpali. Gue mengernyit bingung, menatap Jaera yang tengah menghela nafasnya kasar

"Emm kalo boleh tau, kok lo kayanya gak suka sama dia?" tanya gue dengan nada hati hati. Jaera kembali menatap lurus ke arah layar dengan sorot serius

"Gue pernah se SMP sama dia. Dan gue tuh salah satu korban bullyingnya. Gue kesel lah, jadi waktu itu gue pernah bales nampar sama jambak dia. Gimana keren gak gue?" tanya Jaera dengan wajah congkaknya. Gue tertawa berbanding terbalik dengan Hara yang sudah memutar bola matanya malas

"Harusnya sih orang kaya Seokrin itu punya temen yang emang bisa mahamin dia. Atau enggak ada seseorang gitu yang bisa ngasih dia kasih sayang supaya gak gitu lagi" ucap gue yang di angguki Hara juga Jaera

"Pinter" Jaera memajukan tangannya dan memberikan jempolnya untuk gue. Dan lagi lagi gue terkekeh

"Sudah dulu ya, dah" ucap gue lalu mematikan sambungan tersebut. Setelahnga gue memeriksa notif dari Haruto yang terkirim sekitar lima belas menit yang lalu

Haru❤

| Udah pulang?
| Mau ku jemput?

Udah dari setengah jam yang lalu kali :p |
Cafenya tutup cepet karna ada sesuatu tadi |

| dih enggak bilang bilang

Belum sempat gue membalas chat itu, tiba tiba layar ponsel gue beralih. Terlihat bahwa Haruto yang tengah meminta sambungan vidio call dengan gue

"Udah mandi belum?" tanyanya saat ponsel kami sudah sama sama tersambung lewat panggilan vidio

"Sudah Haruu" jawab gue sembari terkekeh. Menatap paras cowok yang tengah terpampang di layar ponsel gue

"Masa sih? Mana coba sini liat mukanya"  cowok itu mendekatkan wajahnya ke layar membuat gue tertawa

"Apaan sih, ru" cowok itu memundurkan wajahnya kembali sembari ikut tertawa

"Cape gak hari ini?" tanyanya sembari berjalan, mungkin hendak naik ke kasurnya

"Lumayan, hari ini aku masuk dua kali terus jedanya cuman tiga puluh menit. Habis itu ngerjain tugas di perpus sampe jam tiga. Baru pulang, jam empatnya ke cafe buat kerja" jelas gue pada Haruto. Cowok yang kini sudah bersandar di sandaran ranjangnya itu mengangguk angguk

"Yaudah istirhat sana" suruhnya. Gue mendengus. "Gak liat apa ini aku udah rebahan di kasur?"

Cowok itu tertawa sembari menatap wakah kesal gue dari layar ponselnya, "Ya maaf, kan aku fokusnya cuman ke muka kamu doang"

"Kerdusss" ucap gue tepat setelah kalimatnya terselesaikan. Cowok itu kembali tertawa lalu membenarkan posisi tubuhnya yang tengah bersandar

"Aku juga baru aja pulang sepuluh menit yang lalu, duluan malah dari papa mama. Remuk semua badanku kerjaanku salaman, kenalan, senyum senyum di acaranya temen papa" keluhnya. Gue tersenyum, seandainya sekarang gue tengah di dekatnya pasti tangan gue telah terangkat untuk menepuk pipinya lembut

"Seru gak tapi acara aniv nya?" tanya gue. Haruto menggeleng cepat

"Aniversarry pernikahan kok jadinya kaya pertemuan bisnis gitu. Setiap kali pesta pesta apa aja pasti ya kalo tamunya pengusaha semua jadi pada ngobrolin kerjaan. Bosen aku" gue tertawa sembari mendengarkan dengan seksama tutur panjangnya

"Nanti juga kamu pasti gitu, ru. Nikmatin aja dulu" jawab gue. Cowok itu mengangguk walaupun wajahnya tetap tertekuk

"Pengen ketemu kamu tau, pengen peluk. Kalo peluk kamukan capeku jadi ilang" ucapnya sembari menyengir lebar di kamera. Gue terkekeh

"Besok kan bisa ketemu. Tadi enggak bisakan gara gara kelas kita waktunya nabrak mulu. Kamu masuk kelas aku keluar kelas" ucap gue. Cowok itu mengangguk

"Iya huh, pasti ya kalo Hari Jumat gitu terus. Ngejar waktu sih" jawab Haruto yang gue angguki pelan

"Gak mau tidur?" tanyanya yang membuat gue refleks mengecek jam yang ternyata sudah hampir jam sebelas malam

"Ku kira masih belum jam segini, gak berasa banget soalnya" ucap gue kaget

"Liatin muka aku terus sih" jawabnya pede. Gue mendengus walaupun akhirnya tetap tersenyum juga. Lagi pula apa yang cowok itu ucapkan memang benar adanya

"Pedee" ejek gue. Cowok itu tertawa yang membawa gue juga ikut tersenyum. Tawa dengan suara beratnya selalu membuat kedua sudut bibir gue terangkat tanpa dapat gue kontrol

"Yaudah tidur sana, istirahat" titah cowok itu setelah meredakan tawanya. Gue mengangguk lalu hendak memutuskan sambungan telfon kami

"Eh bentar" gue berhenti, lalu menatap Haruto dengan dahi yang mengernyit. Cowok itu terkekeh lalu mendekatkan ponselnya ke wajah cowok itu

"Good nigth" ucapnya setelah mengecup kamera depan ponselnya. Membuat gue langsung memutuskan sambungan telfon kami sast di rasa wajah gue memerah padam. Astaga jantung gue

Awas aja kalau gue jadi enggak bisa tidur malam ini. Sudah pasti Watanabe Haruto yang harus di salahkan

PERFECT

End  of writing: 23:00 17-06-2020

Author note

Aww, di kecup online sama Haru. Malu bangettt

[3] PERFECT || Watanabe Haruto ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang