(6) Harusnya

887 144 6
                                    

Dengan langkah ragu gue masuk ke ruang rawat inap Haruto setelah beberapa haru enggak berkunjung. Pekerjaan yang jadi alasan kenaoa gue enggak datang ke sini, juga ada hal lain yang jadi penyebabnya

Bisa gue lihat Haruto kini tengah duduk di brankarnya dengan baju pasien yang telah di gantikan oleh kemeja kotak kotak miliknya. Hari ini dia boleh pulang

Langkah gue terasa berat untuk mendekat, padahal rindu gue juga tak kalah berat pada cowok itu

"Ru" cowok itu menoleh saat gue menyerukan namanya. Tangannya merentang, seakan menyuruh gue untuk segera masuk kedalam dekapannya

"Kangen" ucapnya dengan senyum mengambang. Ingin rasanya gue cepat cepat masuk kedalam dekapan yang tengah gue rindukan hangatnya. Namun bukannya memeluk cowok itu, tangan gue malah tergerak untuk menurunkan tangannya

"Papa sama mama kamu mana?" Haruto menatap gue heran saat gue malah enggan memeluknya. Haru, andai kamu tau seberapa berat rindu aku sama kamu

"Mereka masih on the way dari kantor" jawabnya setelah menghela nafas. Bisa gue lihat raut kecewa miliknya. Ekspresinya terlalu kentara di indra penglihatan gue

"Kamu kenapa? Gak kangen aku? Kita terakhir ketemu waktu hari pertama aku masuk rumah sakit. Aku kengen" ucapan dengan nada sendu itu hanya dapat gue balas dengan helaan nafas

"Haru, aku mau ngomong bisa?" tanya gue serius. Cowok itu terdiam lalu menatap gue dengan sorot bingung

"Aku mau kita udahan" karna tak menemukan respon di awal dengan berat gue ucapkan kalimat itu dengan intonasi yang terdengar ragu

Cowok yang ada di depan gue ini membelalak kaget. Ah siapa sih yang enggak kaget kalau di minta putus sama pacarnya, apa lagi setelah menghilang beberapa hari dari pandangannya

"Jangan bercanda"

"Aku serius" jawab gue sembari membuang muka. Raut kecewanya membuat gue agak goyah. Ayolah Seyeon ini buat kebaikan semua orang

"Aku cape. Mereka bener ru, aku enggak pantas" sambung gue tanpa menatap Haruto

"Aku udah bil~"

"Haru, please. Aku capek, aku capek begini terus. Kamu enggak ngerasain di caci dan di hina kaya aku. Aku cape liat orang orang di sekitarku juga kena imbasnya. Kaya kamu. Liat kepala kamu Haru, itu karna aku" potong gue cepat. Setelahnya gue menunduk, menetralkan emosi gue yang tengah kacau saat ini

"Tapi aku enggak mau kamu pergi" tangan gue di raih untuk di genggam. Matanya menyorot gue dengan sorot permohonan. Gue enggak mendongak sama sekali, terlalu enggak sanggup untuk melihat wajah sedihnya saat ini

"Jangan ego, ru. Ini buat kita. Inget, jodoh itu udah di atur. Sejauh apa pun kita kalau kita jodh kita pasti sama sama lagi. Sekarang kita harus fikirn orang orang yang ada di sekitar kita, ru. Ini jauh lebih baik kalau kita saling menjauh dari sekarang" gue lepaskam perlahan tangan Haruto seiring kalimat gue selesaikan. Tanpa menunggu ucapan cowok itu lagi gue keluar dari ruangan itu, meninggalkan Haruto yang tengah terdiam di dalam sana

PERFECT

Hari ini tepat sebulan gue dan Haruto putus, menurut gue. Tapi sepertinya menurut Haruto pun juga begitu. Terbukti dari dia yang sudah tidak pernah lagi datang untuk sekedar bicara atau hal hal kecil lainnya

Syukurlah, sesuai dengan keinginan gue. Tapi gue tidak bisa menampik rasa rindu yang selalu terselip rapi, entah itu pada tutur lembutnya atau sikap manisnya

Tak jarang saat gue pulang dari cafe gue jadi rindu Haruto yang kadang suka datang tanpa di suruh, bahkan sudah gue larang. Gue juga rindu Haruto yang setiap malam memaksa gue untuk berangkat bersama esok harinya ke sekolah, walaupun gue tolak pula akhirnya

Gue rindu dekap hangatnya, gue rindu setiap kali jemarinya terselip di jemari gue, gue rindu saat dia tersenyum dan saat dia mengusak rambut gue lembut. Gue rindu Haruto, tapi apa boleh buat ini jauh lebih baik dari sebelumnya

Dan ajaib, semua hinaan dan cacian yang gue terima sebelumnya tiba tiba berkurang walaupun di awal banyak yang berkata kalau gue bodoh karna melepaskan Haruto. Sungguh, mereka benar benar aneh. Saat gue dan Haruto masih memiliki hubungan mereka malah menghina gue karna tak tahu diri katanya

Soal yang menjatuhkan pot itu, Pihak sekolah mengklaim bahwa itu murni kecelakaan. Tapi Seokrin bilang dia sengaja ingin mencelakai gue namun malah Haruto yang kena. Cewek itu bahkan sempat marah, padahal itu krsalahamya sendiri

Sayangnya gue bahkan enggak bisa apa apa buat Haruto. Siapa yang akan percaya pada siswi lemah seperti gue, apa lagi yang gue sebutkan adalah nama Seokrin

Namun sekarang dia bahkan terlihat seperti tak peduli pada keberadaan gue saat tahu gye dan Haruto putus, cewek itu bahkan beberapa kali mencari perhatian Haruto -walaupun tak berhasil sama sekali-. Gue tahu dsri awal kalau gadis itu memang seterobsesi itu pada Haruto, dia juga agak tempramental setahu gue maka dari itu dia bisa setega kemarin

Kali ini gue tengah melangkah di koridor kelas untuk pulang, bisa gue lihat di sana kelas MIPA 3 yang penghuninya tengah keluar dari kelas mereka.  Ada Haruto juga pastinya

Gue tersenyum tipis saat tawa terpantri di wajah tampan milik cowok pujaan. Dia nampak tengah bercanda dengan beberapa temannya, sungguh gue rindu tawa dengan intonasi berat itu menyapa indra gue

Belakangan ini cowok itu nampak murung, kalian pasti tau alasannya. Gue paham apa yang membuat dia begitu karna gue juga merasakan hal yang sama. Tapi dengan egois semua ini enggak bakalan usai

Dari gesturenya bisa gue lihat Haruto tengah menyuruh dua temannya untuk pulang lebih dulu. Setelah di iyakan dan dia sendirian cowok itu menghela nafas. Menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jemarinya

Ingin rasanya saat ini gue berlari lalu memeluk Haruto untuk menyalurkan rasa rindu yang kini gue rasakan hebatnya. Namun kembali lagi, Haruto kini bukan siapa siapa gue dan begitu juga sebaliknya, jadi gue lebih baik mengurungkan niat yang terlintas sebelumnya

Cowok itu tiba tiba menoleh ke arah gue, membuat gue menunduk dalam lalu menarik tudung hoodie seperti biasa. Bisa gue lihat cowok itu terdiam beberapa detik sampai akhirnya berbalik lalu pergi, seakan akan tak terjadi apa apa dengan kami sebelumnya

Tentu dada gue terasa sesak, sebelumnya mana pernah Haruto mengabaikan gue seperti sekarang. Apa dia marah?

Ah sudahlah, lagi pula itu cukup bagus. Walaupun sakitnya tetap terasa bahkan saat cowok itu sudah tak telihat di pandangan

Gue mendongak dan menghela nafas berat lalu menghapus air mata gue dengan kasar sembari menatap koridor kosong yang tadinya tempat Haruto berdiri

"Aku kangen kamu, Haruto"

PERFECT

End of writing : 23:07 11-06-2020

Author note

Cuman pengen bilang, YG sungguh luar biasa_-

[3] PERFECT || Watanabe Haruto ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang