(7) Selesai

942 144 8
                                    

Gue menarik nafas panjang lalu di hembuskan dengan berat setelahnya. Hari ini cukup melelahkan karna OSPEK yang tengah gue  jalani

Oh iya, seperti dugaan ,Haruto benar benar masuk ke universitas yang sama dengan gue. Ya walaupun beda fakultas. Itu semua karna kami sama sama masuk tiga besar saat ujian. Gue satu dan Haruto tiga, sudah gue bilangkan kalau dia itu pintar

Saat perkenalan di depan kating yang menjadi panitia ospek dan beberapa mahasiswa seangkatan, Haruto lagi lagi jadi sorotan. Huh, siapa yang bisa mengalihkan pandangan saat si tampan Haruto tampil kedepan. Bahkan gue pun tak terkecuali

Selain karna itu, gue juga lelah karena kemarin gue baru saja selesai pindah ke salah satu kosan yang dekat dengan kampus ini. Enggak mungkin kan gue harus selalu tinggal di panti, lagi pun gue sudah bisa kok membiayai diri sendiri walaupun seadanya. Biaya kos tidak terlalu besar karna gue berbagi dengan teman satu fakultas gue di sini begitu juga dengan biaya kuliah yang enggak gue tanggung sendiri

Omong omong, kali ini gue tengah duduk bawah pohon rindang di sekitar kampus sembari menikmati angin yang menerpa wajah gue dengan lembut juga earphone yang terpasang di telinga

Sekarang sudah menjelang sore, OSPEK pun sudah selesai setengah jam yang lalu. Hanya saja gue tengah malas untuk pulang. Kaki gue masih lelah setelah berdiri berjam jam, lagi pula jam kerja gue masih satu jam setengahan lagi

Gue pejamkan mata, menikmati semilir angin juga musik yang tengah mengalun lembut di telinga. Jadi rindu Haruto, cowok itu suka menganggu kalau gue tengah menggunakan earphone saat bersamanya. Saat di tanya kenapa cowkk itu malah menjawab, "give me your attention, please! Aku ketemu kamu bukan buat di kacangin". Setelahnya gue akan terkekeh lalu menepuk pipi cowok yang sempat mendecak kesal karna gue itu

Gue terkekeh dengan mata yang tertutup saat mengingat wajah kesal Haruto yang menurut gue sangat lucu. Cowok itu akan mendecak atau mendengus jika tengah kesal pada gue tapi akan mudah luluh hanya dengan tepukan di pipi dan ucapan, "Maaf ya Haru, sayang" dari gue. Senyumnya pasti langsung terkembang

Gue membuka mata, memeriksa arloji yang ada di tangan kiri gue. Satu jam lagi jam kerja gue di mulai, lebih baik gue segera pulang sekarang

Setelah beranjak bangun dari duduk, gue pun mulai melangkah menjauhi pohon itu untuk segera ke halte bus yang ada di dekat kampus

Gue melangkah sembari memasukan earphone dan ponsel gue ke dalam ransel abu yang gue lepaskan sebelah agar mudah menariknya ke depan tubuh gue

Setelah selesai dengan benda itu gue pun hendak memasang dengan benar ransel gue di punggung seperti seharusnya. sampai akhirnya tubuh gue agak terpental kebelakang setelah menabrak dada bidang seseorang

"Maaf" mohon gue sembari menunduk dalam. Gue tahu dia itu siapa dari harum parfum yang ia kenakan

"Seyeon?" serunya. Gue diam, ah benar ternyata dugaan gue. Dari suara beratnya gue langsung bisa benar benar yakin kalau itu Haruto

"A-aku pulang dulu" ucap gue lalu hendak melenggang pergi, tapi tiba tiba kedua lengan gue di cengkram lembut membuat pergerakan gue terhenti

"Aku mau ngomong" ucapnya. Terdengar lembut di telinga gue. Tahan Seyeon, masa hanya karna mendengar suaranya lo udah mau nangis. Lemah

"Busnya bentar lagi sampe, lepasin" ucap gue tanpa menatap wajahnya. Terdengar hembusan nafas berat yang tentu dari Haruto

"Aku anter"

"Gak usah rep~"

"Aku mau ngomong sebentar aja enggak bisa?"tukasnya cepat, gue diam sembari menunduk. Bahkan saat tangan gue mulai Haruto tarik ke arah parkiran kampus gue tetap diam. Dan cowok itu bahkan tak melepaskan tangan gue sampai akhirnya gue masuk kedalam mobilnya

"Apa kabar?" tanya Haruto sembari menyalakan mesin mobilnya, "Yeon?" serunya lagi saat gue tetap diam

Gue menoleh sebentar ke arah Haruto yang sudah fokus pada laju mobilnya, "Baik, kamu?" tanya gue berusaha santai. Oh, coba kalian ada di posisi gue, semobil sama mantan terlebih lagi lo masih sayang

Haruto terkekeh miris sembari menggeleng pelan, "Gak baik. Bahkan saat kepalaku kejatohan pot pun enggak se buruk ini rasanya"

Gue tertegun akibat ucapannya, apa keputusan gue kemarin benar bener memperburuk cowok ini? Haruto melirik gue sebentar sembari tersenyum manis

"Tapi ini jauh lebih baik dari pada harus ngeliat dia luka terus" sambungnya saat kini lampu merah menyala dan setelah mobilnya ia hentikan

"Sebenernya kalau boleh egois, aku rela kok luka kalo buat lindungin dia. Tapi waktu liat Mama dan dia nangis waktu aku luka~"ucapannya terpotong saat lampu merah telah mati yang langsung di gantikan lampu hijau, membuat semua kendaraan yang ada di sekitar kami bergerak. Tak terkecuali mobil Haruto

"Harusnya aku emang enggak selemah itu" bukannya menyambung kalimatnya tadi. Cowok itu malah berucap hal lain sembari meringis miris. Gue menunduk dalam lagi, berusaha menetralkan emosi gue yang tengah berantaka. Ayo seyeon jangan nangis

"Belok kanan" ucap gue untuk menunjuk arah tanpa menjawab kalimat kalimat panjangnya, tentu gue paham betul dengan maksud cowok itu, namun terlalu speechless untuk menanggapinya

Haruto mengangguk. Mobil Haruto berhenti tepat di depan kos gue, gue turun tak lupa mengucap terimakasih kepada cowok yang berkenan untuk memgantar gue kali ini

"Sebentar" ucap Haruto sebelum pintu mobilnya gue tutup. Cowok itu turun dari mobil lalu berjalan mendekat ke arah gue

"Kenapa?" Haruto tersenyum lalu menggeleng pelan

"Cuman mau bilang, aku rindu" ucapannya membuat gue sekali lagi tertegun. Tenggorokan gue tercekat bersamaan dengan dada gue yang mulai sesak. Bahkan ungkapan rindunya jauh membuat gue sakit dari pada cemoohan siswa siswi semasa sma gue

Cowok itu berbalik setelah mengusap kepala gue lembut dan mengembangkan senyum manis di paras tampannya. Haruto beranjak hendak memasuki mobil sampai akhirnya urung karna gue yang berlari mendekat sembari memeluknya dari belakang. Sungguh, tubuh gue bergerak dengan sendirinya

"I miss you too" berkata lirih di sela isakan sembari menyembunyikam wajah gue di punggungnya. Runtuh sudah pertahanan gue sekarang yang sudah gue tahan dari awal. Haruto memang benar benar kelemahan terbesar gue

"I'm so sorry, Haru. Maaf" ungkap gue masih dengan terisak dan posisi yang sama. Haruto yang awalnya membeku karna pergerakan tak terprediksi-bahkan oleh gue sekalipun-akhirnya berbalik lalu menarik gue kedalam dekapannya. Dekapan yang beberapa bulan ini tengah gue rindukan

Cowok itu hanya diam, namun kecupan lembut dapar gue rasakan di puncak kepala gue. Membuat pelukan gue mengerat dan wajah gue yang semakin tenggelam di dadanya. Menghirup dalam dalam harum parfum cowok itu. Ah gue benar benari rindu ini semua

PERFECT

End of writing: 23:19 14-06-2020

Author note

Jadi gimana tum? Apa kabar hati dan jantung kalian? Kalo aku sih. Asdgakakdnwoan

[3] PERFECT || Watanabe Haruto ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang